Chapter 7

3 0 0
                                    

Kesampingkan dulu pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai penyakit Zara. Sekarang Fokus ke lomba basket.

"Lo yakin mau bantuin Farren, za?" Tanya Raina kepada Zara.

"Jadi, kalau bukan gue siapa lagi?"  Ucap Zara.

"Jangan paksa in diri, karena gue juga uda janji. Gue ngga bakal bilang ke dia kalo lo emang ngga baik-baik saja" terang Raina.

"Iya gapapa kok."

……

Dengan semangatnya Farren memainkan bola basket di lapangan. Sepertinya dia juga menunggu seseorang datang, iya Dia menunggu Zara. Cewe jadi-jadi an yang lumayan tinggi diatas rata-rata cewe umumnya.

"Yow Za. Datang juga lo" ucap Farren sembari menepuk pundaknya.

"Masa iya gue bilang ngga mau kalau dimintai tolong orang 😂"

"Iya iya."

Beberapa hari telah berlalu. Hari pertandingan pun telah tiba. Pertandingan berjalan dengan lancar. Tidak ada kendala atau apapun yang menghambat. Tim basket SMA Bhinneka menang telak melawan SMA Nusantara.

"Selamat, gue salut sama gaya bermain lo Mbak" ucap Seorang laki-laki yang menjabat tangan Zara.

"Lo juga bagus kok, kapan-kapan lagi kita bisa main bareng Din" jawabku dengan sedikit tersenyum.

Tiba-tiba Farren yang melihat itu memisah jabatan tangan mereka.

"Apa an main bareng segala, benerin dulu dong cara mainmu. Main jelek aja sok banget sih lo" ketus Farren Pada Dino selaku kapten tim dari SMA Nusantara.

"Kalo mau pulang, samperin gue di parkiran Za." Ucap Dino tanpa mempedulikan Farren.

"Oke" jawabku santai.

……

"Lo mau kemana?" Tanya Farren yang sedang merapikan bajunya.

"Ke parkiran"

"Ketemu Dino?"

"Iya, emang kenapa?"

"Ngga usah. Kalo lo ketemu dia gue ngga mau anterin lo pulang!"

"Kan gue udah bilang iya sama Dino, masa iya gue pulang dulu."

"Aku bilang ngga usah ya ngga usah!" Bentak Farren tiba-tiba.

"Eh" aku bingung dengan sikap Farren yang selalu ambigu itu. Dia melarangku menemui orang lain, padahal dia juga tidak pernah mempertimbangkan perasaan ku ketika dia bersama dengan Raina. Oke jadi salahku apa? Kenapa aku yang terlihat bersalah disini?

"Ya udah lah, gue pulang! Lo mau pulang sama siapa gue ngga peduli!" Kata Farren meninggalkan Zara yang masih kebiNgungan dengan sikapnya.

"Bodo ah"

……

"Jadi lo datang beneran?" Kata Dino yang menyadari hawa keberadaanku.

"Yah lo kan nyuruh gue kesini. Ada apa emang?"

"Minta no.hp lo doang sih. Boleh kan?"

"Oh cuma itu, boleh lah" ucapku sembari memberikan no. Hp ku.

"Udah gitu doang, gue pulang dulu ya. Mau ada urusan soalnya." Kata Dino yang langsung pergi menaiki Ninjanya itu.

Asli, jadi gue sekarang ditinggal di stadion sendiri. Babi emang. Mana mendung lagi. Oke tenang, gue cari ojol aja. Lagian jarak rumah kesini ya ngga jauh" amat.

……

"Aku pulang" ucap Farren memasuki rumah.

Lina yang mendengar suara kakaknya langsung turun dan menemuinya.

"Loh, Kak Zara Mana? Bukannya tadi berangkat sama Kak Zara? Kenapa malah Kak Raina yang sama kakak?" Tanya Lina heran.

"Eh Lina, Zara tadi ada urusan jadi Farren pulang dulu sama kakak. Ini kakak bawain makanan buat kamu" ucap Raina pada Lina.

"Ngga mau ah, ngga enak"

"Udah makan sana, bawa ke dapur" timpal Farren.

"Kak Zara mana kak?  Aku mau makan masakannya kak Zara"

"Zara, Zara terus! Dia lagi sama cowo nya. Itu bukan urusan kakak lagi. Udah yok Rain, kita ke kamar aja. Males ngurus bocil" kata Farren sembari menarik tangan Raina.

"Dasar, punya kakak bg banget"

……

Raina pov.

Aku tau kalau Farren lagi cemburu sama Zara. Tapi dia menyangkalnya. Dia tidak mengakui hal itu. Sejak kejadian Sama Dino tadi, suasana hatinya sangat buruk. Sampai aku dan Lina kena imbasnya. Sekarang dia malah menarikku ke kamarnya. Menjatuhkan tubuh ku kasar ke atas ranjangnya. Sepertinya dia sangat marah sampai melampiaskan kemarahannya kepadaku.
Dia mencium bibir ku kasar, melumatnya dengan tergesa-gesa sampai aku tak berdaya. Dia memangsaku seperti aku makanannya. Dia tidak memberiku jeda untuk beristirahat mengambil nafas. Dia tidak seperti biasanya. Sampai akhirnya.

" tok tok tok.. kak! Kak Farren! Buka pintunya! Kak!..."

"Bngst! Apaan sih ganggu orang aja" umpat Farren.

"Ngga papa, kamu buka aja pintunya" oke jadi aku bisa sejenak terlepas dari genggamannya.

"Apa?" Tanya Farren pada Lina dalam keadaan telanjang dada.

"Di luar hujan, Kak Zara ngga bisa di hubungi. Aku cuma mau ngomong itu aja sih"

Tanpa basa-basi, dia mengambil kaos. Dan juga jaket. Berlari tanpa kata menuju entah kemana dan meninggalkan ku begitu saja. Se khawatir itu dia sama Zara 🙃.

Tbc


FriendZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang