"Sial, kenapa juga harus hujan. Padahal gue belum nemu ojol. Mana hp mati lagi. Apa ngga ada orang lagi. Kenapa juga tadi gue ogah ogah segala di tawarin pulang bareng Deff. Nyesel kan gue" gumam ku sendiri. Oke jadi sekarang gue lagi terjebak di parkiran stadion. Kebetulan juga stadion ini terletak jauh dari keramaian, dan sekarang tinggal aku sendiri disini. Hari juga sudah mulai petang dan hujan tak kunjung reda. Apa aku nekat saja? Baiklah.
Aku menutup kepalaku dengan hoodie yang sedang aku pakai sekarang, walau aku tahi sekarang dingin dan mungkin besok aku akan terkena demam. Aku memaksa berlari dibawah hujan ini. Sampai akhirnya ada mobil yang menghampiri ku di tengah perjalanan ku. Mobil itu mengklakson mengisyaratkan padaku agar menghentikan langkahku.
Aku berhenti, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan menarik tanganku. Membukakan pintu mobilNya dan memaksaku masuk."Def? Makasih ya. Kirain siapa" ucapku pada Deff yang seperti Hero.
"Kenapa tadi ngga mau barengan sama gue, sekarang malah udah kehujanan aja. Untung gue lewat sini lagi. Coba kalau enggak" kata Deff panjang lebar.
"Ya gue kira ada ojol"
"Farren ngga dateng jemput lo?" Tanya Deff tiba-tiba.
"Ngga, dia udah pulang duluan sama Raina" jawabku dengan nada kecewa.
"Ya udah, lo ganti baju sana gih. Pake ni jaket gue. Daripada lo demam." Kata Deef sembari memberikan jaketnya. Posisi sekarang dia juga menyetir.
"Oke gue ganti, jangan lihat. Punya gue ngga gede-gede amat kok wkwk"
"Eee bngst, siapa juga yang mau lihat lo"
Wkwkwk pembicaraan yang ringan. Aku dan dia bisa tertawa layaknya teman pada umumnya.
"Uda sampai nih. Jangan sakit." Ucap Deff padaku.
"Iya, makasih ya. Jaketnya ku bawa dulu, entar kalo uda bersih gue balikin." Ucapku sembari keluar mobil. Memang keadaan masih gerimis dan hari sudah benar-benar petang.
"Iya terserah lo. Gue balik dulu Za. Uda ada yang nungguin elo tuh. Bye"
"Ehh..okee"
Ketika aku membalikkan badan, seorang familiar berdiri di depan mobilnya yang terparkir di rumahku. Dia dalam keadaan basah kuyup. Perasaan marah dan kecewa tersirat pada sorot matanya.
Tanpa basa basi, aku menarik tangannya dan menyeretnya masuk ke rumah. Memberi dia handuk dan pakaian hangat.
Dia tetap diam."Jadi, kenapa lo ada didepan rumah gue? Kenapa lo basah-basahan kayak gitu? Apa lo ngga mikir kalo lo nanti bisa sakit? Harusnya lo kan ngerayak in kemenangan lo di rumah dengan orang yang lo cinta." Tanya ku bertubi-tubi.
"Itu jaket nya Deff?"
"Iya, kenapa?"
"Tadi Deff yang nganterin lo?"
"Ngga sengaja tadi dijalan ketemu terus nyamperin gue"
"Lo ngga demam kan?"
"Eh apaan sih, yang harusnya kuatir itu gue. Kenapa lo nanya mulu? Gue nanya belum lo jawab."
"Gue mau jemput, tapi lo uda ngga ada di stadion. Gue menghububgi elo berkali-kali dan hp lo mati. Dan ketika gue kerumah lo, lo belum pulang. " terang Farren panjang lebar.
"Uda? Sekarang gue uda pulang. Lo pulang aja gih. Uda malem. Lagian Lina juga dirumah sendiri"
"Di rumah ada Raina, Lina ngga sendiri"
"Terus? Gimana sih lo, Raina lo tinggalin dan sekarang lo dirumah gue? Helo. Otak lo bermasalah. Kalau Raina tau gimana? Gue bilang apa sama dia?"
"Dia uda tau kok"
"Eeeeeeeeehhhhhhh."
"Yaudah, pulang sekarang!" Teriak ku pada Farren.
Hatcin! Hatcin!
"Tuh kan lo demam. Gila panas banget nih jidat." Ucapku sembari menempelkan telapak tangan ku ke dahinya.
"Gue tidur sini aja ya, ngga kuat nyetir pulang"
"Tuh kan ngerepotin gue lagi."
"Gapapa, lagian lo seneng kan kalau gue temenin dirumah. Gue udah bilang sama Lina kalau aku tidur dirumah lo. Raina juga udah pulang dari tadi." Terang Farren panjang lebar.
"Iya iya"
Akhirnya aku merawat dia. Sekarang dia berada di kamarku. Aku seperti seorang ibu yang sedang merawatnya.
Oke jadi semalaman aku nungguin dia sampai akhirnya aku tertidur di sofa.Farren Pov.
Zara, kenapa gue jadi sekhawatir ini sama dia? Mana gue ngga suka banget kalau ada cowo yang deketin dia. Gimana ya, gue ga suka aja kalu cowo nya itu ngga bener. Apalagi si Dino itu. Terus tadi kenapa juga pake ketemu Deff segala. Mana jaketnya di pakek juga sama Zara. Seharusnya kan gue yang ada di tempat Deff. Lah sekarang? Gue malah di rawat dia. Harusnya kan dia yang gue rawat. Anjirr. Gimana Kata Raina coba? Mungkin gapapa kali ya, kan gue emang uda temenan dulu sama Zara. Mungkin dia maklumin.
Sudah malam ya? Aku tau dia pasti lelah. Setelah pertandingan tadi dan malah hujan-hujanan. Sekarang juga ngerawat gue segala.
"Za.. lo uda tidur ya?" Tidak ada jawaban.
"Zaa" sekali lagi tidak ada jawaban.
Waktu menunjukkan pukul 00.42 dini hari. Zara tergeletak di sofa. Aku berjalan mendekatinya. Membelai beberapa rambut yang menutupi wajahnya. Entah mengapa dia terlihat cantik malam ini.
Tanpa sadar aku mencium bibirnya yang menggoda itu.Tidak, apa yang sedang ku lakukan? Zara adalah temanku. Dan kekasihku adalah Raina.
Aku mengangkatnya ke ranjang. Dan menempelkan selimut hangat ke tubuhnya yang kedinginan itu. Dia memang benar-benar wanita. Tanpa ku sadari, aku juga tertidur tepat di sampingnya.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
FriendZone
Ngẫu nhiên[17+] [Slice of life, drama, romance] Ketika aku mulai bahagia dengan kehidupan baruku, ketika itulah semuanya direnggut oleh sahabat lamaku yang tiba-tiba muncul dan menghancurkan semua harapanku. Aku senang kalau Raina adalah orang itu tapi aku...