"Tetapi, eh, apakah ada alasan khusus kenapa kau di sini?"
"Oh ya, Sir," kata Dobby bersemangat. "Dobby datang untuk memberitahu anda, sir... susah, sir... enaknya Dobby mulai dari mana, ya..."
"Silahkan duduk," kata Harry sopan, menunjuk tempat tidur nya. Betapa kaget nya dia, air mata si peri langsung bercucuran—dia tersedu sedu.
"S—silahkan duduk!" dia meraung.
"Dia tidak terbiasa Harry, majikannya jarang memperlakukan nya dengan baik" kata Melody yang sedikit kasihan melihat Dobby.
"Maaf," Harry berbisik. "Aku tak bermaksud menghina mu"
"Menghina Dobby!" si peri tersedak. "Belum pernah Dobby di persilahkan duduk oleh seorang penyihir, seakan kita sederajat—kecuali Miss Melody, hanya dia yang pernah mempersilahkan Dobby duduk"
Harry melirik Melody lalu tersenyum. Melody yang tidak tahu apa yang terjadi hanya membalas senyuman Harry.
Lalu Harry berusaha berkata "Shh!" dan sekaligus kelihatan lega, mengantar, Dobby kembali ke tempat tidur nya. Dobby duduk di situ, cegukan, tampak seperti boneka besar yang jelek sekali. Akhirnya dia berhasil menguasai diri.
Melody yang berdiri disamping meja mengambil gelas air minum, dia bingung apakah hanya segelas air minum yang berada di kamar Harry. Melody maju dan memberikan air minum tersebut kepada Dobby. Dia tidak tahu apakah Dobby mau meminum nya, tetapi dia hanya ingin membantu menenangkan Dobby.
"Pasti kau belum banyak bertemu penyihir yang sopan," kata Harry, berusaha menghibur Dobby.
Dobby menggeleng. Kemudian, mendadak saja, dia melompat dan mulai membentur benturkan kepala nya keras keras ke jendela, seraya berteriak teriak, "Dobby jelek! Dobby jelek!"
"Jangan—kau kenapa?" desis Harry, melompat bangun dan menarik Dobby kembali ke tempat tidur.
Hedwig terbangun sambil memekik luar biasa keras dan mengepak ngepakkan sayapnya dengan liar ke jeruji sangkar nya, Melody membantu menenangkan Hedwig agar tidak terdengar suara.
"Dobby harus menghukum diri, Sir," kata si peri rumah yang mata nya agak juling. "Dobby hampir saja menjelek jelekkan keluarga Dobby, Sir..."
"Keluarga mu?"
"Keluarga penyihir tempat Dobby mengabdi, Sir... Dobby kan peri rumah—terikat untuk mengabdi dan melayani satu rumah dan satu keluarga selamanya..."
"Apakah mereka tahu kau di sini?" tanya Harry ingin tahu.
"Mereka tidak dan tidak akan pernah mau mengetahui nya. Mereka tidak perduli terhadap Dobby, Harry" kata Melody setelah berhasil menenangkan Hedwig di sangkar nya.
"Kau tau?"
"Oh, tentu. Nanti nya Dobby harus menghukum diri dengan sangat menyedihkan karena datang menemui kita. Dobby harus menjepit telinga nya di pintu oven, kalau sampai mereka tau..." jelas Melody, tampak nya Harry sedikit terkejut dengan itu. Lalu dia beralih ke Dobby.
"Tapi apa mereka tidak akan melihat kalau kau menjepit telinga mu di pintu oven?"
"Seperti kata Miss Melody, mereka tidak akan perduli kepada Dobby, Sir. Kadang kadang mereka malah mengingatkan Dobby untuk melakukan hukuman tambahan. Hanya Miss Melody yang bersikap baik kepada Dobby..."
"Tetapi kenapa kau tidak pergi saja? Maksudku, kabur?"
"Peri rumah harus di bebas kan, Sir. Dan keluarga itu tidak akan pernah membebaskan Dobby... Dobby akan melayani keluarga itu sampai mati, Sir..."
Harry terbelalak.
"Dan kukira keadaan ku sudah parah sekali karena harus tinggal du sini sebulan lagi," katanya. "Ceritamu membuat keluarga Dursley nyaris manusiawi. Apakah ada yang bisa membantu mu—kecuali Melody? Bisakah aku membantu mu?"
Langsung saja Harry menyesal bicara begitu. Dobby tersedu sedu lagi saking berterima kasihnya.
"Diam lah," bisik Harry panik, "diam lah. Kalau keluarga Dursley sampai dengar, kalau mereka tahu kau di sini..."
"Harry Potter bertanya apakah dia bisa membantu Dobby... Dobby sudah mendengar kehebatan Anda, Sir, tapi tentang kebaikan Anda, Dobby tidak pernah tahu..."
Harry, yang wajah nya panas, berkata, "Apa pun yang kau dengar tentang kehebatan ku adalah omong kosong besar. Aku bahkan bukan juara di antar teman teman seangkatan ku. Juaranya Melody dan Hermione, mereka.." Tetapi Harry mendadak berhenti, karena memikirkan mereka berdua rasanya menyakitkan, bahkan termasuk Melody. Dia tidak mengirim surat apapun kepada Harry.
"Harry Potter rendah hati dan sederhana" kata Dobby penuh kekaguman, matanya yang seperti bola berbinar binar.
"Harry Potter tidak menyebut nyebut kemenangan nya atas Dia-yang-Namanya-Tidak-Boleh-Disebut"
"Voldemort?" kata Harry.
Dobby menutup telinga kelelawar nya dan mengerang "Ah, jangan sebut nama nya, Sir! Jangan sebut nama nya!"
"Sorry" kata Harry cepat cepat.
"Baiklah, kurasa jika percakapan kalian masih jauh, aku akan pulang. Hari sudah malam dan ibu ku pasti mencari ku. Sampai jumpa, jika ada masalah, kirim saja surat pada ku!" kata Melody berpikir bahwa percakapan Dobby dan Harry selanjutnya merupakan rahasia mereka berdua. Dan dia juga merasa tidak penting di sini.
"Bagaimana cara mu pulang? Dibawah sedang ada tamu. Sebaiknya kau menunggu" kata Harry mencegah Melody pulang.
"Aku memanggil Tom, bentar lagi dia akan tiba—nah, itu dia!" kata Melody dan menunjuk mobil hitam yang baru saja tiba di belakang rumah Harry.
Harry mengangguk dan membukakan jendela kamar nya. Dia pikir Melody tidak akan jatuh, karena dia penyihir mungkin? Lalu saat sudah berhasil memanjat dari kamar Harry ke taman belakang, Melody melambai dan memasuki mobil nya. Dalam sekejap, mobil tersebut langsung menghilang dan berjalan dalam keadaan yang tinggi.
"Baiklah, lanjutkan yang tadi. Maksudku, aku tahu banyak orang tidak menyukai nya. Temanku Ron..." Dia berhenti lagi. Memikirkan Ron juga menyakitkan. Dobby membungkuk ke arah Harry, mata nya sebesar lampu sorot.
"Dobby mendengar cerita," kata nya serak, "bahwa Harry Potted bertemu si Pangeran Kegelapan itu untuk kedua kalinya, Baru beberapa minggu lalu... Bahwa Harry Potter sekali lagi berhasil lolos."
Harry mengangguk dan mata Dobby mendadak berkilau oleh air mata.
"Ah, Sir," isak nya, mengusap wajahnya dengan salah satu ujung sarung bantal butut yang dipakai nya.
"Harry Potter sungguh gagah berani! Dia sudah menghadapi banyak bahaya! Tetapi Dobby datang untuk melindungi Harry Potter, untuk memperingatkan nya, meskipun karena itu Dobby harus menjepit telinganya di pintu oven nanti... Harry Potter tidak boleh kembali ke Hogwarts"
Kesunyian yang menyusul hanya dipecah kan oleh dentang denting garpu dan pisau di bawah dan sayu sayup suara Paman Vernon di kejauhan.
"A—pa?" Harry tergagap.
"Tapi aku harus kembali—sekolah mulai tanggal satu September. Itu saja yang membuatku masih disini. Kau tak tahu bagaimana rasa nya di sini. Aku tidak, termasuk salah satu dari mereka. Aku lebih cocok di dunia mu—di Hogwarts"
"Tidak, tidak, tidak," lengking Dobby, menggeleng gelengkan kepala nya keras keras sampai telinga nya menampar nampar.
"Harry Potter harus tinggal di tempat di mana dia aman. Dia terlalu hebat, terlalu baik, sayang kalau kami kehilangan dia. Kalau Harry Potter kembali ke Hogwarts, nyawa nya dalam bahaya."
"Kenapa?" tanya Harry kaget.
Jangan lupa tinggalkan jejak dalam membaca yah. Kesenangan kalian adalah semangat untuk melanjutkan cerita! Sayang kalian banyak banyak ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Accio (hiat)
FanfictionTahun kedua Melody, Harry, Hermione, dan Ron di Hogwarts. Baca cerita "Lumos" dulu baru cerita yang ini. Baca dulu cerita yang pertama, Lumos