Pagi hari seluruh orang di rumah Dara dibuat kaget dengan datangnya banyak ojek online dengan membawa kiriman bucket bunga. Pak Maman sudah beberapa kali bolak-balik menerima bunga, kini keadaan rumah Dara sudah seperti taman bunga dimana ada banyak bunga mawar berwarna merah.
"Siapa yang kirim bunya sepagi ini pak?" Dara yang hendak berangkat sekolah sedikit terkejut halaman rumahnya sudah banyak bucket bunga.
Bagi Dara sudah biasa orang mengirim bunga ke rumahnya tapi tidak dengan sepagi ini "Saya kurang tau non, abang ojolnya nggak mau ngasih tau. Nggak boleh sama yang ngirim katanya."
Tak lama datang lagi ojek online masih dengan tujuan yang sama, kini Dara yang keluar untuk menerma. "Pak maaf yang kirim siapa ya?"
"Waduh mbak maaf saya tidak diizinkan untuk memberi identitas pengirimnya."
"Yasudah pak. Bapak bawa pulang saja bunganya untuk istri bapak, dirumah saya sudah banyak."
"Saya takut mbak, nanti saya kena suspend gara-gara dikira bawa lari kiriman orang."
"Bapak katakan saja kalau bunganya sudah saya terima."
"Oke mbak. Maaf bisa tolong pegang bunganya sebentar untuk bukti. Supaya customer percaya."
"Oke pak."
Dara kemudian bersiap untuk berangkat ke sekolah, ia sudah terlambat setengah jam dari jadwal seharusnya karena insiden bunga pagi ini. Ia sedikit berlari ke arah halte, pasti ia tidak bisa mampir ke McDonalds karena ketinggalan bus yang seharusnya ditumpangi. Dara tak henti-hentinya menatap jam tangan coklat di tangannya selama metromini melaju. "Masih ada waktu buat mampir tapi nggak cukup waktu untuk sarapan di McDonalds."
Dara turun di halte yang sama dengan kemarin, ia menyempatkan diri untuk masuk ke gerai makanan cepat saji itu memesan menu yang sama tetapi tanpa McFlurry. Kemudian kembali melanjutkan perjalanannya menuju sekolah dengan setengah berlari.
"Ra.. Dara.."
Dara mendengar ada yang memanggilnya kemudian menoleh. "Ra ayo bareng nggak akan cukup waktunya kalo lari."
Dara masih berlari dengan sesekali melihat lawan bicaranya yang tengah mengendarai motor Honda super cub. Dara mencoba menimbang serta memperhitungkan sisa waktu yang dimilikinya dengan jarak yang harus ditempuhnya. "Ra? Nggak mau? Yaudah gue eh.. aku duluan ya Ra." Aksa melajukan motornya beberapa meter didepan Dara.
"Aksa tunggu!" Suara Dara membuat Aksa tersenyum kemudian memberhentikan motornya "Saya ikut" lanjut Dara.
Tanpa menunggu lama Aksa langsung memutar balik kemudian berhenti tepat di samping Dara. "Ayo Non cantik." Dara duduk di kursi belakang motor Aksa "Eits jangan lupa helmnya supaya aman eh tapi Dara akan selalu aman selama sama Aksa" Aksa memberikan helm yang sengaja ia bawa berjaga-jaga jika keadaan seperti ini akan tiba.
"Ra hari ini cuacanya indah ya? Seindah suasanya hatiku" Ujar Aksa dan Dara hanya diam.
"Ra kok kamu bisa terlambat sih? Pasti kesiangan ya karena terlalu lama belajar semalam?" Dara masih diam
"Ra kamu jangan modus peluk aku ya?" Dara tetap diam
"Sa nanti turunnya beberapa meter sebelum gerbang."
"Akhirnya tuan putri ngomong. Kok nggak di sekolah aja?"
"Saya tidak mau menjadi perhatian."
"Baik aku laksanakan sesuai dengan keinginan tuan putri."
Sesuai dengan perjanjian Aksa menurunkan Dara sepuluh meter dari gerbang sekolah. Tapi karena gerbang sudah hampir ditutup jadi tidak banyak siswa-siswi yang berada di luar gerbang. "Pagi non Dara, tumben agak terlambat." Sapa Pak Adim tapi Dara hanya membalasnya dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabitah
Teen FictionKesempatan kedua? kalian percaya itu? Bagi saya itu hanyalah pemikiran dari orang-orang yang tamak. Mereka ingin kembali lagi kepada kisah yang lama dan memaksa agar semuanya kembali seperti semula