Bi Yuri mengetuk pintu kamar Dara meminta izin kepada pemiliknya untuk masuk "Non Dara ini Bibi non. Bibi mau naruh cucian non Dara yang sudah disetrika"
"Iya Bi masuk aja"
"Ya ampun non Dara ngapain ? kok rambutnya dipotong"
"Hehehe iya Bi. Dara bosen sama model rambut yang lama. Ini mau Dara rapihkan saja"
"Sini-sini Bibi saja yang ngerapihin. Kok nggak ke salon aja non?"
"Sayang bi uangnya. Hanya merapihkan rambut Dara bisa Bibi taruh aja bajunya di kasur nanti Dara simpan di lemari"
"Bibi bangga sama non Dara. Udah cantik, pintar, mandiri, hemat, nggak sombong salut deh Bibi" Bi Yuri mengangkat dua ibu jarinya
"Ah Bibi bisa aja. Sudah rapih belum Bi ?" Dara memutar badannya, meminta Bi Yuri untuk melihat rambut hasil potongannya sendiri.
"Udah non. Ayo non sarapan ada mamanya Non Dara dibawah, Bibi juga sudah masak nasi goreng kesukaan Non Dara"
"Dara berangkat dulu ya takut terlambat di hari pertama" Dara mencium punggung tangan Bi Yuri yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, kemudian melengos pergi.
Dara menuruni tangga dia melihat ada Mamanya sedang sarapan di meja makan tapi tak ia hiraukan ia terus berjalan keluar rumah kemudian menggunakan sepatu converse yang sudah mulai usang tapi tak ada niatan untuk diganti dengan yang baru.
"Non Dara mau Pak Maman antar?" Tawar Pak Maman yang sedang membersihkan kaca mobil.
"Tidak perlu Pak, Dara naik metro Pak Maman mengantar Mama saja"
"Baik non"
Dara berjalan beberapa meter untuk sampai ke halte bus terdekat. Dara anak yang sangat teratur ia sudah memperhitungkan kapan metromini akan sampai di halte ini berikut dengan kemungkinan keterlambatan metromini. Waktu tempuh antara rumah dengan sekolahnya hanya setengah jam jika lalu lintas normal. Gerbang sekolahnya ditutup pukul setegah tujuh dan kini ia sudah berada di halte tepat pada pukul lima pagi.
Sesuai dengan perkiraannya ia akan tiba pada pukul setengah enam pagi, masih ada waktu satu jam sebelum pintu gerbang ditutup. Dara turun di satu halte sebelum halte sekolahnya ia ingin mampir sebentar untuk sarapan di McDonalds dengan membeli satu chese burger dengan McFlurry oreo kemudian memilih duduk di sudut ruangan menghadap jalanan. Ini selalu menjadi kebiasaan Dara setiap datang ke gerai makanan cepat saji ini hal itu sudah dihafal oleh para pegawai karena paras cantik yang dimiliki perempuan itu mampu menarik pandangan pegawai disini.
Selesai sarapan ia memilih untuk tidak naik metromini lagi, ia harus sedikit olahraga dengan berjalan kaki toh waktunya masih sangat cukup ia gunakan untuk berjalan kaki menuju sekolah. Dara berjalan sesekali ia pandangi lalu lintas jakarta yang mulai padat, para pengendara seolah berebut tempat untuk sampai tujuan lebih cepat.
Beberapa pengendara ada yang memutuskan untuk naik ke atas trotoar. Dara tentu melihatnya tatapan dinginnya kembali lagi. Matanya sedikit memicing membuat ngeri setiap orang yang memandangnya. Mereka adalah orang tidak patuh yang memaksakan dirinya menjadi patuh batin Dara.
"Selamat pagi Non Dara" Sapa Pak Adim satpam sekolahnya yang tertangkap basah oleh Dara sedang merokok di pos jaganya.
Dara hanya melihatnya sinis. Ia sangat tidak suka dengan orang yang tidak taat dengan peraturan. Disekolahnya ada peraturan untuk tidak boleh merokok dan itu harus dipatuhi oleh setiap masyarakat sekolah tak terkecuali satpam maupun penjaga kantin.
"Jutek banget jadi anak. Cantik – cantik kok jutek" Pak Adim bermonolog.
Dara berjalan melewati koridor menuju kelasnya. Belum banyak yang datang ia hanya mendapati penjaga kantin sedang menata dagangannya juga ada beberapa cleaning service sekolahnya. Dara menyimpan tasnya di dalam loker kemudian mengambil beberapa buku untuk ia baca menunggu teman-temannya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabitah
Teen FictionKesempatan kedua? kalian percaya itu? Bagi saya itu hanyalah pemikiran dari orang-orang yang tamak. Mereka ingin kembali lagi kepada kisah yang lama dan memaksa agar semuanya kembali seperti semula