4. Trauma Masa Lalu

29 5 0
                                    

"kalau kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali"

.
.
.

Netra kembali ke rumah dengan baju yang basah kuyub. Kaki nya berjalan lunglay memasuki gerbang rumah. Tangan nya yang menggigil mengetuk pelan pintu kayu di hadapan nya.

"Astaughfirullah baby! Kenapa basah kuyub gini??" Tanya Maya—Bunda— Netra

Netra tidak menjawab pertanyaan Maya, kepalanya terlalu pening. Ia pun melangkahkan kaki nya ke kamar.

Maya sangat khawatir dengan keadaan Putra kesayangan nya itu. Ia pun memutuskan untuk mengikuti Netra sampai ke dalam kamar.

"Baby, jawab bunda! kamu sakit? Belum makan? Kedinginan yah?" Maya memberi pertanyaan bertubi-tubi. Namun, yang ditanya hanya menunduk tanpa berbicara sepatah kata pun.

"Jawab bunda dong, jangan bikin khawatir!" Maya mulai cemas, karna tak biasanya Netra bersikap seperti ini. Irit bicara memang kebiasaan Netra, tapi jika pendiam seperti ini, artinya dia sedang banyak pikiran.

"Cerita sama bunda, kamu ada masalah apa? Di tolak cewek? Mm kayaknya gak mungkin... Anak bunda kan ganteng nya titisan dari surga" Netra semakin pening mendengar pertanyaan Maya yang bertubi-tubi, ia pun menarik nafas dalam-dalam.

"Bun, biasanya cewek gak suka hujan karna apa? " Tanya Netra akhirnya.

"Cewek? Siapa hayooo? Cerita dong sama bunda" Maya mulai kepo dengan kehidupan pribadi putranya.

"Jingga" Jawab Netra.

"Oh"
Respond yang tidak mengenakkan pun mulai terlihat dari wajah Maya. Yah! Maya memang tidak suka dengan Jingga sejak awal, karena Ia merasa Jingga selalu merepotkan dan mengusik kehidupan putra semata wayangnya.

"Bun? "

"Mmm.... Si buta itu? " Ucap Maya kasar.

"Bunn! Kasar banget manggilnya, dia punya nama"

"Iyah bunda tau. Terus masalahnya apa kalau dia nggak suka hujan? "

"Yahh tadi kan sepulang daftar sekolah, kita pergi ke danau dan waktu itu hujan, aku liat dia ketakutan luar biasa saat hujan" Perjelas Netra. Jarang sekali Netra berbicara panjang lebar seperti ini! Dia tipe cowok yang sangat irit bicara.
"Ouhh.. Jadi karna itu. Yahhh mungkin ada kejadian yang membuat dia trauma, atau dia memang tidak suka hujan" Jawab Maya.

Netra pun manggut-manggut mendengar jawaban dari Maya. Ia akan mencari tahu, kenapa Jingga bisa sangat menakuti hujan.

"Bunda bikinin kamu sup, mau? " Tawar Maya.

"Gausah bun. Udah kenyang" Jawab Netra seadanya. Maya pun keluar dari kamar Netra untuk menyambut suaminya pulang.

****

Kamar bernuansa pink itu terdengar sangat riuh ole suara tangisan. Gadis itu terus menangis tanpa mau bercerita, yang membuat omma semakin kalut.

Omma berusaha menenangkan Jingga yang terus menangis dengan wajah yang dibenamkan di balik selimut. Ia meremas selimut tak berdosa sebagai pelampiasan kesedihan nya.

"Cerita sama omma, ada masalah apa? " Jingga tidak menjawab. Tangisnya malah semakin pecah.

Hujan telah kembali mengingatkan nya pada tragedi itu.

Omma tak patah semangat membujuk Jingga agar mau bercerita. Bagi omma, Jingga adalah segalanya. Omma tidak memiliki siapapun selain Jingga.

"Hujan, omma" 2 Kata akhirnya terucap dari mulut Jingga. Omma pun akhirnya mengerti. Trauma masalalu itu belum bisa hilang dari ingatan gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Netra di Langit JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang