3. Pembenci hujan

45 4 0
                                    

"Dicintai karna keindahan fisik itu sudah hal yang biasa, tapi dicintai ketika kamu punya kekurangan fisik, itu adalah cinta yang tulus, maka jangan pernah kamu melepaskan cinta itu"

~Putri Jingga Teratai

___________________________
Senin, 15 September 2016.
Penerimaan siswa baru di buka, setiap peserta wajib menyerahkan hasil UN, ijazah dan mengikuti tes.

Pada hari itu juga Jingga dan Netra pergi bersama untuk mendaftarkan diri mereka di sekolah ternama di kota nya. Sekolah itu nampak dipadati mobil-mobil mewah di halaman sekolah.

Mereka mulai mengambil formulir untuk mengisi biodata, lalu menyerahkan nya ke pihak yang mengurus pendaftaran.

"Kamu yakin ingin mendaftar di sekolah ini dengan keadaan mu yang seperti itu?" Tanya staf pendaftaran itu kepada Jingga.

"Maksud anda apa?!" Bukan Jingga yang menjawab, melainkan Netra.

"Apakah dia akan mampu bersaing? Sedangkan melihat saja sepertinya tidak bisa" Ucap staf itu tanpa memikirkan perasaan Jingga.

"Anda belum mengenalnya! Apakah harus saya tunjukkan semua sertifikat penghargaan nya?" Netra mulai terbawa emosi.

"Sudahlah Netra, tidakpapa" Jingga mencoba menenangkan Netra yang sangat sensitif jika ada orang yang menghina keadaan fisik Jingga.

"Tidakpapa bagaimana?, sekolah ini harus mau menerima mu!"

Netra pun kembali menatap staf itu,
"Jadi bagaimana pak?, apakah kami boleh masuk ke ruangan tes?" Tanya Netra.

"Iya silahkan, kamu boleh masuk. Tapi sekolah kami tidak menerima anak disabilitas"

"Maaf pak staf yang terhormat,
Untuk menjamin pemenuhan hak penyandang disabilitas, pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. ... Mulai dari hak hidup, hak mendapatkan pekerjaan yang layak, pendidikan yang lebih baik dan kemudahan mengakses fasilitas umum. Sikap anda barusan telah bertolak belakang dengan undang-undang negara ini, kami bisa menuntut sekolah ini!" Jingga hanya bisa diam dan mendengar Netra membelanya, dia terlalu takut untuk membela dirinya sendiri, karna menurutnya mungkin ini sudah takdirnya di kucilkan dari masyarakat karna keterbatasan fisik.

"Baiklah, kalian boleh masuk" putus staf pendaftaran pada akhirnya.

"Terimakasih"

Mereka pun mengikuti tes selama 2 jam di dalam ruangan ber-ac itu.

*******

"Tadi pagi udah sarapan?" Tanya Netra saat mereka selesai mengerjakan tes.

"Belum" Jawab Jingga.

Netra menggandeng tangan Jingga untuk pergi ke kantin. Selama di perjalanan, banyak mata yang memandang takjub pada wajah mereka.

"Cakepp bangettt"

"Cogannnn"

"Ganteng bangett bang, sini sama dedek"

"Gantengnya ngelewatin batass"

"Ganteng sihh tapi pacarnya buta!"

"Cantik bangettt, tapi sayang ga bisa liat"

"Bangg... Lamar dedek!"

Kata-kata itu terus bersahutan, yang membuat telinga Netra memanas.

"Kamu mau makan apa? " Tanya Netra saat mereka tiba di kantin.

"Apa aja" Jawab Jingga dengan tersenyum simpul, senyum yang sangat manis.

Netra pun pergi untuk memesan makanan di salah satu kedai.

Netra di Langit JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang