"Izin kan aku menjadi pelukis warna pada jelaga hitam netra mu"~Darma Netra Bagaskara
Netra POV
Bandung, 25 September 2005 adalah tanggal persahabatan kami. Saat itu usia ku baru beranjak 5 tahun.
Pagi itu, bunda mengantarkan ku ke sekolah. Saat hendak memasuki kelas, aku melihat anak perempuan sebaya dengan ku yang begitu menggemaskan, saat itu rasanya aku ingin segera berlari menghampiri dan mencubit pipi nya. Tapi langkah ku tiba-tiba berhenti, aku menatap gadis itu dengan seksama, dia berbeda dengan teman-temanku yang lain nya. Dia selalu membawa tongkat kemanapun dia pergi.
"Halo, nama ku netra" Ucapku memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan ku kepada nya.
"Hai, namaku Jingga" Jawab nya tanpa membalas jabatan tanganku. Tatapan matanya kosong, seperti tidak melihat kehadiran ku.
"Hey aku disini" Ujarku sambil melambai-lambaikan tanganku ke depan wajah nya.
Jingga mulai meraba-raba tanganku hingga wajahku.
"ohh ini netra" Ujar nya setelah selesai meraba wajah tampan ku.
Aku semakin di buat heran dengan sosok Jingga. Sorot mata ku tak pernah lepas menatap wajahnya.
"Ayo kita main ayunan disana" Tunjukku ke arah ayunan di taman sekolah.
"Dimana? " Tanya nya.
"Disana" Jawabku sembari menunjuk ayunan itu lagi.
Tiba-tiba Jingga menggenggam tanganku. Kami berjalan kearah ayunan.
"Tongkat itu sahabat mu yah? " Tanyaku dengan penuh keluguan.
"Bukan"
"teruss?"
"Ini biar aku bisa meraba jalan, karna aku buta"
"Emang nya orang buta gak bisa melihat yah?" Jingga tidak menjawab, dia malah tertawa, yang membuatku semakin gemas.
Itu adalah cerita singkat tentang pertemuan kami. Sejak saat itu aku dan Jingga bersahabat, dan kuharap hubungan kami bisa lebih dari ikatan persahabatan.
Jingga, adalah warna senja kesukaan ku, begitu pun dengan orang yang bernama Jingga, yang sekarang sedang duduk di sebelahku. Kami sedang menikmati indahnya senja di danau belakang rumah.
"tara" seperti itu lah Jingga memanggilku. Katanya itu panggilan kesayangan.
"Iya?"
"Seperti apa keindahan senja?"
Mata ku berkaca, kujawab dan ku genggam jemari nya.
"Seperti Langit Jingga"
"Seperti apa warna jingga?" Tanya nya lagi.
Hela nafas menghantar bisik lirihku menyentuh kulitnya.
"Hangat seperti genggaman tangan kita
Dan seperti hembus nafasku yang kau rasa" Jawabku.
Entahlah, hati ini terasa tersayat ketika dia bertanya tentang keindahan senja, dalam hati aku berdo'a agar aku bisa menjadi netra di langit Jingga nya. Agar dia bisa melihat keindahan senja melalui mata ku. Izinkan aku menjadi pelukis warna pada jelaga hitam netramu.
◌⑅●♡⋆♡CUAP CUAP AUTHOR♡⋆♡●⑅◌
Bagaimana part 1???
Author harap kalian sukaa
Jangan lupa vote....karna vote kalian adalah penyemangat author.
Tandai jika ada typo atau kesalahan tanda baca yahh... Follow akun Wattpad author nanti aku follback😊#pasuruan, 6 oktober, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Netra di Langit Jingga
Dragoste"Langit jingga" itu yang dia katakan ketika aku bertanya seperti apa keindahan senja. Aku salah satu dari ribuan orang yang mengagumi senja tanpa pernah melihatnya. Melihat senja adalah salah satu dari impianku. kepada senja aku belajar arti kata "...