Angelus-5

10 2 8
                                    

Malam itu Ari merasa sangat lelah. Sepertinya hari itu adalah hari sial untuknya. Panggilan OSIS dan tugas-tugas lainnya menggerogoti tenaga.

Bahkan ia tidak sempat menonton pertandingan kekasihnya.

Tapi ini juga aneh. Kenapa setiap kali Dennis ada latih tanding maka panggilan tugasnya sebagai OSIS tiba-tiba menggila? Seolah tidak memperbolehkannya menyemangati sang pujaan hati.

Namun pikiran aneh itu ia tepis ketika melihat kalau kakaknya ternyata sudah pulang.

"Ariiiiii maaf kemarin kakak pulang larut!"

Arilyn tersenyum hangat kemudian memeluk kakak tercintanya dengan erat. Ahh rasanya sudah lama sekali mereka tidak berpelukan.

"Apa kakak sudah makan?"

"Belum. Ingin memasak bersama? Kebetulan besok aku libur! Akhirnya Setelah shift 32 jam nonstop aku bisa menghabiskan waktu dengan adikku!"

Ari tersenyum lebar. Memasak bersama? Siapa yang mau menolaknya?

"Ok!"

"Ganti baju dan cuci tanganmu dulu Ari. Lalu kita akan mulai memasak bersama"

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Suasana dapur yang biasanya sepi kini menjadi sedikit ramai dengan interaksi manis antara kedua saudari ini. Ari yang cekatan dan Morine yang memiliki kemampuan yang baik dalam memasak.

"Kakak sampai kapan berlibur?"

"Uhh..... Lusa aku akan kembali bekerja tapi aku akan ambil shift pagi supaya malamnya kita bisa makan bersama lagi Ari"

Ari ber -ohh ria sambil terus mencampur beberapa bumbu masakan.

"Astaga kita kehabisan saus tiram."

Seru Morine dengan kecewa. Ari yang tahu kalau kakaknya sangat menyukai makanan berbalut saus tiram langsung mencuci tangannya sambil meraih jaket di punggung kursi ruang tamu mereka.

"Aku akan membeli saus tiram nya kak"

"Hee? Ari ini tidak apa-apa! Hanya saus tiram saja kok!"

"Kakak sudah kerja dengan keras. Lagipula kakak suka saus tiram kan?"

Morine menghela nafas. "Baiklah kalau begitu hati-hati ya Ari"

Gadis itu mengangguk kemudian pergi sambil bersenandung ria.

"Dia memang yang terbaik" guman Morine pelan sambil meneruskan proses masak memasak makan malam itu.

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Club Karaoke, disaat yang sama

Suara dentuman musik menggila seiring dengan lampu sorot berwarna warni yang menyakitkan mata. Tidak hanya orang-orang yang stress karena pekerjaan, para pelajar dari berbagai jenjang yang stress karena sekolah pun ada.

Entah mereka mabuk sampai muntah, menyanyi sampai suara mereka habis, atau menari di lantai dansa dengan frustasi. Ada juga yang bersenang-senang sambil memanjakan dirinya dengan alkohol dan hiburan dari gadis-gadis di club itu.

Contohnya seperti-

"Hahaha ya aku memang yang terbaik!"

Dennis.

Setelah memenangkan pertandingan itu ia dan teman-teman dan kekasihnya berkumpul di club  untuk merayakan kemenangan kecil tersebut. Minus Ben karena Ben bukan tipe orang yang akan menghabiskan malam untuk minum dengan orang-orang asing.

Madi tanpa berhenti menuangkan alkohol ke dalam gelas kecil untuknya dan Dennis, sedangkan teman-temannya yang lain bersorak karena sudah sekitar 15 gelas minuman laknat itu Dennis habiskan.

Tanpa ia sadari kalau ia sudah setengah mabuk.

"Hahaha dia tau cara untuk bersenang-senang"

"Tuangkan lagi Madi!"

"Lagi! Lagi! Lagi!"

Diluar dugaan, Dennis tiba-tiba merasa marah karena efek alkohol itu.
"Aaaahhh berisik! Aku mau pulang. Huk-"

"Yahh tidak seru kau!"

"Heee sudahlah. Kau mau pulang sayang?"

Dennis merasa matanya begitu berat dan kepalanya begitu pusing. 'Angelin.... Dimana Angelin ku'

"Sepertinya dia memang mabuk berat Madi. Kau bawa saja dia keluar sebelum dia mulai mengacau"

"Pfft. Kau juga sering begitu bodoh"

"Berisik kau!"

Dengan segenap tenaga Madi mulai membopong tubuh Dennis sampai ke pintu keluar club. "Astaga sayang kau benar-benar mabuk. Hei Dennis!! Ayo bangun!"

Namun Dennis masih tidak bergeming dari posisinya, alias ia masih setengah sadar dan lebih memilih untuk tidak sadar sangking mabuknya.

"Berisik...."

"Hei ayo bangun! Kau janji menngantarkanku pulang tahu!"

"...."

"Dennis"

"Dennis!"

"DENNI-"

Suara teriakan itu terendam tatkala Dennis tanpa aba-aba mendekap Madi ke dalam pelukannya.

"Sayang, aku masih mabuk. Nanti kalau aku menyetir dengan kondisi ini kita bisa kecelakaan. Huk- diam seperti ini saja dulu yah Angelineku."

Madi membatu. Angeline?

"Den-"

"Kau itu malaikat ku sayang. Tenang. Itu sebuah panggilan untukmu."

Dennis menangkup wajah Madi dengan kedua tangannya. Namun yang lelaki itu lihat adalah 'Ari'

Madi terdiam dengan wajah memerah. Keduanya bertatapan selama beberapa saat sebelum....









"Dennie?"

Suara itu. Panggilan itu. Dennis menoleh ke arah sumber suara dan sedetik kemudian jantungnya mencelos.

Ia tidak salah lihat.

Di bawah sinar lampu jalan, Arilyn menatapnya dengan sorot mata kecewa berhiaskan air mata.





"Siapa dia?"

Angelus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang