Angelus-4

10 4 21
                                    

Malam berganti begitu cepat menjadi pagi hari.

Sekarang, para siswa yang merupakan anggota klub basket sedang melakukan pemanasan. Termasuk Dennis dan Ben. Tidak hanya mereka, namun tim basket dari sekolah lain pun mulai pemanasan sebelum panitia menyatakan kalau lomba telah dimulai.

Tidak sedikit gadis-gadis yang berteriak histeris kepada para anggota apalagi menyoraki Dennis dan Ben serta lelaki tampan lainnya.

Padahal mereka hanya pemanasan.

Arilyn dengan kuncir kudanya tentu tidak ikut berteriak alay seperti itu mengingat dia adalah anggota inti OSIS dengan tugas yang menumpuk. Lagipula ia harus menghemat suara agar bisa menyemangati Dennis di penghujung pertandingan.

Ada rasa kesal melihat beberapa gadis dari sekolah lain secara terang-terangan melotot memuja Dennis. Namun yah itu resiko ketika kau mempunyai pacar seorang atlet dan bintang sekolah.

"Angelin!" Wah wah wah... lihat siapa yang memanggilnya.

Ari tersenyum bangga dan senang bukan main ketika melihat wajah terkejut gadis-gadis alay dihadapan Dennis. 'I win'- Batin Ari

"Dennie!"

Uhh lihatlah wajah gadis-gadis itu. Siapapun abadikan momen ini.

Mengabaikan para penggemar, Dennis menghampiri Ari dengan senyum sejuta dollarnya.  Andai saja Dennis tahu kalau jantung Ari tidak baik-baik saja.

"Kau akan menonton pertandinganku kan?"

Ari memasang pose berfikir,
"Sepertinya tidak..."

Dennis melotot tidak percaya. Jadi ini yang mereka sebut rasa sakit?!  Inikah rasanya dikhianati?!?!

"Tidak salah lagiiiiii!!" Sambung Ari sambil menertawakan tampang nelangsa kekasihnya. Menggemaskan.

Dennis tanpa aba-aba langsung mendekap Ari dengan kencang. "Kau membuatku takut dasar gadis nakal!"

Aww lihat. Memamerkan ke uwu-an dengan pasangan di tempat umum harusnya ditindak dengan jalur hukum. Lihatlah berapa banyak nyamuk yang Ari dan Dennis ciptakan.

Termasuk dirimu yang membaca ini 

Ari membalas pelukan Dennis tak kalah erat, bangga karena ia berhasil mengerjai kekasihnya.
Namun pelukan itu harus berhenti karena peluit telah dibunyikan, dan Ari sebagai OSIS harus melanjutkan tugasnya untuk menyiapkan rapat antar sekolah itu.

"Aku akan menontonmu 30 menit lagi Dennie"

"Hahhhh... sayang sekali"

"Hei. Semangat!"

Ari menepuk-nepuk pipi lelaki itu dengan lembut, membuat pihak lelaki merasa tenang dan nyaman.
Melupakan fakta kalau harusnya ia berada di lapangan sekarang.

"Aku kira kau mati ditelan bumi sialan. Ayo. Yang lain menunggumu. Dah Ari!" Ben tanpa rasa ampun menarik Dennis dari Ari secara paksa seolah Ben sedang menangkap kekasihnya yang tengah berselingkuh.

Oke, abaikan.

Ari terkekeh kemudian berlari ke dalam gedung sekolah. Rapat akam segera dimulai.

*-*-*-*-*-*-*-

"KYAAAAAA"

"NOMOR 4 AKU MENCINTAIMUUU"

"HAI TAMPAN! MENOLEH KESINI DONG"

"TERIMA MINUMAN DARIKU KAKK"

Jeritan histeria dari penggemar Dennis dan Ben mendominasi. Sebenarnya hal itu sangat mengganggu namun apa daya petugas keamanan dan ketertiban sekolah kalah bar-bar dengan penggemar kedua lelaki itu.

Ben dengan lihai menggiring bola melewati beberapa pemain dari tim lawan, mengopernya kepada Dennis dan seperti biasa, lelaki itu mencetak poin dengan mudahnya. Membuat kaum hawa semakin histeris.

Termasuk seorang gadis yang merupakan kekasih Dennis yang tadi malam menghabiskan waktu berkencan menonton film. Ya gadis itu ada disana mengingat tim lawan sekolah Dennis adalah sekolah gadis itu sendiri.

"SEMANGAT SAYANGG" teriaknya kencang. Dennis yang merasa dipanggil oleh kekasihnya menatap gadis itu sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kau mengencani cowok itu Madi?!" Seorang gadis terkejut dengan perilaku Dennis terhadap temannya yang ia panggil Madi itu.

Dengan bangga Madi tersenyum.
"That's my baby"

Lelaki itu sebenarnya mencari sosok Ari yang untungnya sedang tidak ada di deretan kursi penonton untuk waktu yang lama. Ia khawatir kalau Ari dan Madi akan bertemu satu sama lain.

Jelas itu akan menjadi sebuah kerugian besar untuknya.

Pertandingan masih berlangsung dengan sengit, dan juga tanpa absen dari Dennis yang melakukan filtring untuk Madi. Tidak tahu bahwa Ari sedang berusaha mati-matian menyelesaikan tugasnya agar bisa menyemangati Dennis walaupun hanya 5 detik.

Namun nyatanya, sepertinya memang ada rekayasa oknum yang membuat Ari tidak bisa bergabung dalam kursi penonton hingga pertandingan itu selesai.

'Ari, aku benar-benar minta maaf'- Ben

*-*-*-*-*-*-*

Seperti yang direncanakan, Ari tidak ikut menonton pertandingan Dennis hingga selesai.

"Kau hebat sekali sayang!" Tanpa basa-basi Madi menghampiri dan memeluk Dennis erat.

Lelaki yang dipeluk itu balas memeluk Madi. Ya, Dennis menang. Seperti biasa. 

"Kemenangan seperti ini harus dirayakan!! Ayo kita ke club karaoke malam ini!"

Dennis mengangguk setuju. Minum sedikit tidak akan ada apa-apa kan? "Baiklah sayang. Uhh aku mau ke toilet dulu okay? Tunggu disini"

Madi mengangguk .

Dennis melangkah dengan santai ke dalam gedung sekolah. Sesekali diberikan ucapan selamat atas kemenangannya tadi. Sekitar 1 meter jarak menuju toilet kemudian, lelaki itu melihat sesosok perempuan yang harusnya menyemangatinya selama pertandingan tadi.

"Ari?"

"Dennieeee!! Kalian menang kan ya kan?! Wahhh pacarku memang yang terhebat!!! Aaaaa aku bangga padamu Dennieee!!"

Ari meloncat-loncat seperti anak kecil, membuat hati Dennis menghangat. Pujian tulus dan manis menyerang hatinya.

"Tentu saja aku pasti menang"

"Maaf aku tidak bisa melihatmu bertanding. Ta-tapi.. aku membuatkanmu bekal!!"

Sebuah kotak bekal berwarna biru disodorkan Ari pada Dennis. Tentu saja lelaki itu terkejut. Bekal? Seniat itukah?

"Angeline..."

"Hoi Ari! Kepala sekolah menunggu laporanmu sekarang! Ayo cepat!"
Yap. Penyela yang sangat bagus.

Ari terkejut dan kemudian berlari ke sumber suara itu "A-aku datang!! Byebye Den!!!"

Meninggalkan Dennis dan rasa bersalahnya seorang diri di lorong itu.

'Rasa sakit apa ini?'

*-*-*-*-*-*-*-*

"Sayangggg katanya kau mau mengajakku makan???"

Kini Dennis sedang berada di taman di dekat sekolahnya bersama Madi. Gadis itu bingung kenapa Dennis mengajakmya ke taman itu untuk makan, padahal di taman itu tidak ada restoran.

Dengan kekehannya Dennis mengeluarkan ssbuah kotak bekal berwarna  biru.

Tunggu.

Sepertinya tidak asing-

"Wahhh kau memasak makanan ini untukku?"

"Tentu saja sayang. Apapun untukmu"

Keduanya saling melempar senyum dan tawa, tanpa gadis itu ketahui kalau itu adalah bekal khusus untuk Dennis dari Ari.

Rencana yang mulus oleh Dennison Saputra.

Angelus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang