Perihal Pulang [7]

1.7K 241 40
                                    

vote n'comment
happy reading ❤

-❤-

END

-❤-

Pagi yang sangat cerah dikota Yogyakarta, menginjakkan kaki ditanah Yogya yang subur, bertiup angin sejuk membelai tubuh pria kekar berbalut seragam dinas angkatan darat, Jeffrian Prasetyo. Sudah enam tahun sejak kejadian kelam nan kekanakan di masa dulu berlalu, membuat Jeffry bertekad membanting stir dari cita-citanya yang dulu menjadi pengusaha, menjadi seorang abdi negara.

Semua itu karena siapa, tentu saja karena Rose.

Perempuan itu merubahnya menjadi seperti ini. Ia dulu sangat berharap kalau ia masuk di angkatan darat ia bisa bertemu dengan Rose, dan memperbaiki semuanya, sebut saja kembali bersama. Namun, itu semua hanyalah angan-angan. Gadis itu tidak disini. Impiannya jatuh, hancur lebur begitu saja saat pengumuman penerimaan seleksi tahap akhir diumumkan. Nama Roseanne Amanda, tidak disebutkan.

Gadis itu, dulu pernah bercerita ke sahabat (pura-puranya) kalau dirinya akan menjadi seorang wanita kuat yang menyerahkan seluruh jiwa raganya demi bangsa dan negara. Rose bermimpi menjadi seorang abdi, dan Jeffry mengingat itu semua, dengan sangat jelas.

Tapi apa daya, mungkin gadis itu juga membanting stir menuju impian lainnya, sama seperti dirinya. Hahh, Jeffry kau sangat bodoh.

Jeffry bersama prajurit lain yang sedang piket di lapangan mengelap semua senjata yang akan digunakan untuk praktik tembak-menembak dengan batalyon lain dipacuan tembak. Mempersiapkan senjata masing-masing, sambil mengetes seberapa baik senapan dan alat lainnya dalam pengujian. Jeffry mengangkat senapan laras panjangnya didepan dada, menempelkan pipinya ditempat, memjamkan sebelah matanya, lalu melihat sekitar menggunakan teropong di atas senjatanya.

Saat matanya melihat, pasukan tembak dari batalyon lain yang akan menjadi lawannya, datang. Sekitar sepuluh orang membawa tas hitam besar yang ditenteng di tangan masing-masing. Mata Jeffry melihat itu semua, lalu ia tertarik dengan salah satu prajuritnya, ia wanita. Wajahnya tidak terlihat jelas, karena posisinya yang sangat jauh.

Ketahuilah, sangat jarang seorang tentara wanita. Jadi kalau pun ada, berarti mereka sangat, sangat hebat. Jeffry menghentikan aksi mengintainya, ia kembali mempersiapkan senjatanya yang akan membantunya keluar lapangan pacu tembak sebagai juara.

Ahh, dia jadi teringat akan wanita itu.

Pertandingan selesai, hasil dari semua petarung antar batalyon, seri. Ya, betalyon-nya dan lawan, seri. Tidak ada yang menang dan kalah, semuanya sama-sama kuat. Setidaknya hal itu menandakan kalau kekuatan prajurit pelindung negara bukanlah main-main.

Jeffry berdiri didepan meja senjata, menaruh kembali senjata yang benar-benar sudah membawanya menang. Ia berjalan ke tenda istirahat, tempat dimana semua prajurit berteduh dan makan makanan ringan di teriknya matahari siang. Ia merenggangkan sedikit ototnya yang kaku sehabis bermain, mengambil sebotol air mineral dingin dari kulkas, lalu menegaknya.

Seseorang dan rombongannya datang ke ketenda, merabah semua tempat yang tersedia, bercengkrama sesama prajurit dari batalyon lain. Jeffry terus berdiri didepan kulkas sambil minum sekaligus mendenginkan tubuh dipintu kulkas yang terbuka.

Tiba-tiba saja, tangan perempuan menyelinap disela-sela tubuhnya, untuk mengambil beberapa minuman kaleng, "Permisi" ujarnya datar.

Jeffry tertegun, walau tak melihat wajahnya kerena posisinya yang menghadap ke kulkas sedangkan wanita ini dibelakangnya, Jeffry mengenali suara ini. Jeffry menggeser sedikit tubuhnya, mempersilahkan wanita itu untuk mengambil minuman.

Perihal PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang