SE 7 || Bala-Bala Squad🐒

19.5K 1.7K 62
                                    

"Kenapa masih melakukannya jika kau tahu hal itu akan menyakitiku?!"

__________________

Varo berjalan dengan wajah gusar memasuki rumahnya. Penampilannya yang acak-acakan ditambah dengan tatapan kosongnya serta wajah datar nan dingin itu membuat aura yang ia pancarkan semakin mencekam.

“Varo!” panggil seorang pria namun tak didengarkan oleh Varo.

“Varo!” suara pria itu semakin meninggi namun orang yang dipanggilnya tetap tak menggubrisnya. Bahkan Varo tetap berjalan dengan tatapan kosong.

“Var—“

“Udah, gak usah khawatir, biar aku yang susulin dia!” ujar sang istri menenangkan suaminya yang dilanda khawatir melihat anak bungsunya yang seperti tak memiliki gairah untuk hidup.

Dialah tuan dan nyonya Wilbert, Aldhino Ayhner Wilbert dan Alliqa Lizandra Airlangga. Yah! daddy dan mommy Ara dan juga Varo.

Tok! Tok! Tok!

“Varo! Ini mommy, buka pintunya, nak!” panggil Alliqa di depan pintu kamar Varo. Merasa tak di tanggapi, Alliqa kembali bersuara.

“Mommy masuk yah!”

Ceklek…

Alliqa tersenyum sendu menatap putranya yang duduk melamun di pinggiran kasurnya sambil menatap foto sang kakak yang ia simpan di nakas sebelah tempat tidurnya.

“Maafkan mommy dan daddy membuat kalian terpisah.” Lirih Alliqa ikut menatap foto kecil Ara yang tertawa lepas, tangannya mengusap lembut kepala bagian belakang Varo.

“Jangan kayak gini, nak! Mommy sedih liat kamu kayak gini! Mommy juga kangen sama kakak, tapi kita udah berusaha menemukannya tapi tetap aja gak ketemu.” Ujar Alliqa dengan suara serak, ia tak bisa membendung air matanya jika dihadapkan dengan permasalahan mengenai anak-anaknya.

Varo juga ikut menitikan air mata dalam diamnya. Ia tak membenci kedua orang tuanya yang menyebabkan ia dan kakaknya terpisah, dia hanya kecewa. Kecewa terhadap semuanya. Ia kehilangan sosok kakak dalam hidupnya, kakak yang selalu ada disampingnya, walaupun kakaknya menyebalkan, tapi ia merasa tak bisa jauh dari kakaknya.

Mereka bukan saudara kembar, tapi ikatan diantara keduanya begitu kuat, terutama untuk Varo. Dulu, saat mereka masih kecil, berpisah sehari dengan kakaknya saja bisa membuatnya sakit, namun hingga sekarang? Ia bahkan sudah berpisah dengan kakaknya selama 12 tahun, bagaimana ia tidak sakit, jika dipisahkan begitu lama?

Karena hal itulah, Varo berubah menjadi sosok dingin, datar, irit bicara, dan tak suka bersosialisasi, bahkan dengan keluarganya. Itulah yang membuat Alliqa dan Dhino (daddy Ara dan Varo) semakin merasa bersalah dengan tindakan yang mereka ambil 12 tahun lalu untuk menyelamatkan keluarganya.

Varo menarik tangan Alliqa yang masih mengusap kepalanya. Ia menatap wajah mommynya dengan wajah datar andalannya. Alliqa tersenyum menatap sang putra. Tangannya yang terbebas bergerak mengusap air mata Varo yang masih berbekas di pipi mulus pemuda itu.

“Mommy gak usah sedih! Ini diluar perkiraan mommy dan juga daddy kan?” Alliqa mengangguk membenarkan pertanyaan putranya.

“Yaudah kalau gitu! Gak usah sedih liat adek kayak gini, karena mommy udah tau, kalau adek gak bisa pisah sama kakak tapi kalian masih aja melakukan itu! Jadi jangan harap adek akan berubah jika kakak belum kembali!” setelah mengucapkan itu, Varo bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, menginggalkan Alliqa yang terdiam setelah mendengar ucapan Varo yang begitu menusuk tepat di hatinya.

Air mata Alliqa mengalir deras dikedua pipinya. Hatinya hancur melihat putranya begitu terluka kehilangan kakaknya. Rasa bersalah menyelimuti hatinya atas semua yang terjadi di keluarga kecilnya.

Side Effect [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang