SE 37 || Hurt And Happy

11.3K 996 57
                                    

Mata tajam yang biasanya membuat siapa saja enggan kepadanya, kini meredup sendu menatap foto keluarga kecilnya yang masih utuh saat itu.

Mata tajam yang biasanya membuat siapa saja enggan kepadanya, kini meredup sendu menatap foto keluarga kecilnya yang masih utuh saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia pasti sudah tumbuh menjadi gadis cantik jika ia masih hidup." suara lirih wanita disampingnya membuat pria itu menoleh, menatap wajah sendu tak bersemangat yang istrinya tampilkan.

"Apakah dia masih mengingat ibunya yang jahat ini? Apakah dia tidak membenci ibu yang tega meninggalkannya ini? Apa aku bisa berharap semua keresahanku itu mustahil untuk dia lakukan?" keduanya saling menatap dengan tatapan sedih mereka masing-masing.

"Apakah aku masih bisa bertemu dengannya sebelum mata ini tertutup rapat tanpa mau membuka lagi?" tanyanya lirih kepada suaminya.

"Mommy pasti masih bisa bertemu dengannya! Varo yakin!" ujar Varo membuat kedua orang tuanya menoleh menatap pemuda itu yang berdiri di belakang mereka.

"Bagaimana jika ia telah—"

"Dia masih hidup!" ketiga pasang mata itu langsung menoleh ke arah pintu pembatas.

Disana Alifka berdiri dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan. "Jangan sekali-kali menganggapnya telah tiada! Gue yakin dia masih hidup!"

"Bagaimana lo bisa seyakin itu, kita bahkan belum dapet tanda-tanda keberadaannya." Alliqa terkekeh miris. Apa semua orang berusaha menghiburnya jika putrinya masih hidup? Sudah 11 tahun sejak kepergian gadis itu, tapi tanda-tanda keberadaannya tidak pernah diketahui.

"Naluri seorang ibu!" jawab Alifka tegas. Tidak mungkin ia menceritakan segalanya. Ia tak ingin merusak rencana yang sudah disusun rapi oleh Ara.

"Tapi gue ibu kandungnya!"

"Itu faktanya. Tapi Ara lebih banyak menghabiskan waktunya sama gue daripada sama lo yang sangat sulit meluangkan waktu untuk anak lo sendiri!" ucapan tajam itu menampar Alliqa secara tidak langsung. Ia hanya bisa tersenyum miris jika mengingat ia memang sangat jarang meluangkan waktu dengan anak-anaknya, terutama Ara. Gadis malang itu selalu tersisihkan oleh adiknya yang egois. Varo.

"I-iya. Benar juga. Gue memang ibu yang buruk untuk anak sebaik dan setulus Ara."
Varo dibuat tertegun oleh ucapan Alliqa. Dalam lubuk hatinya ia membenarkan ucapan mommynya itu. Ara memang sebaik dan setulus itu, sampai ia mengorbankan dirinya sendiri untuk adik sepertinya.

"Saking buruknya, anak gue gak pernah mau nemuin gue walau cuma dalam mimpi. Untuk pertama kalinya gue mimpiin dia, tapi... yang gue temui justru makamnya. Membuat gue seperti orang gila di dalam mimpi gue sendiri.

Gue harap dia memang masih hidup. Gue masih mau liat anak gue. Gue benar-benar merasa bersalah udah mengambil langkah meninggalkan permata berharga dalam hidup gue. Harusnya saat itu gue gak ninggalin dia."

"Lo jangan berharap banyak setelah semua perbuatan lo! Gue cuma mau bilang, kalau anak lo kembali, jangan buat dia kecewa untuk kesekian kalinya!" setelah mengatakan itu Alifka pergi dari rumah megah milik keluarga Wilbert.





Mohon maaf mengganggu aktivitas membaca kamu🙏🏻

Sebagian cerita ini telah di hapus demi kepentingan penerbitan🙏🏻

Kalau kalian pengen cerita lengkapnya, silahkan tunggu pre-order bukunya.

Info lebih lanjut mengenai kapan PO-nya berlangsung, silahkan pantau cerita ini terus atau ig aku @nurarifani_ dan ig penerbitnya @nezhapublisher

Sampai bertemu dengan Ara / Aquinsha Arala Wilbert versi cetak👋🏻

Side Effect [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang