SE 21 || 11 Tahun Lalu

14.5K 1.2K 12
                                    

Ara menyibukkan diri dengan pekerjaan kantornya. Sudah dua hari gadis itu tidak sekolah hanya untuk mengalihkan perhatiannya pada kenangan terburuk dalam hidupnya.

Ponsel yang biasa dia gunakan untuk berkomunikasi dengan sahabatnya ia matikan. Nomor Elsa pun untuk sementara dia blokir. Ia tak ingin orang lain mengganggunya. Bahkan Sheva yang merupakan sekertarinya, tidak akan mengganggunya selain hanya jika membahas pekerjaan saja.

Alshad yang sedang mengunjungi perusahaan di Inggris dan Arkan yang sedang berada di luar kota pun tak menghubunginya sama sekali. Mereka tahu, saat-saat seperti ini Ara tidak akan menanggapi orang lain kecuali berhubungan dengan pekerjaan kantor.

Mereka memaklumi itu. Masa lalu gadis itu memang menyiksanya, tapi mereka tak bisa melakukan apa-apa selain membiarkannya, jika tidak, gadis itu bisa berbuat nekat. Pernah suatu ketika, mereka membuat pesta untuk merayakan ulang tahun gadis itu, bukannya senyum bahagia yang mereka dapatkan, tapi justru tatapan terluka dan kecewa yang dipancarkan gadis itu. Bahkan lebih parahnya gadis itu sempat menghilang selama seminggu, sebelum dia ditemukan oleh orang suruhan grandmanya di sebuah rumah sakit. Gadis itu terkapar tak berdaya karena traumanya, dan tanpa memberitahu grandma dan juga granpanya. Gadis itu menggunakan kekuasaan grandmanya untuk membungkam semua pihak yang akan menghubungi grandmanya. Tapi entah bagaimana orang suruhan grandmanya itu bisa menemukannya disana.

Semenjak kejadian itu, tak pernah ada yang merayakan ulang tahunnya, dan jika ada anggota keluarganya yang merayakan ulang tahun, gadis itu hanya menitipkan kado, tanpa menghadirinya.

Ara mengambil tas dan juga kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja kerjanya lalu bangkit meninggalkan ruangan yang sudah dua hari ia huni tanpa beranjak keluar selangkah pun dari sana.

"Tolong bereskan mejaku, saya akan pulang sekarang!" ujarnya dengan nada datar tanpa ekspresi, ketika sudah berdiri didepan meja kerja Sheva yang berada diluar ruangannya.

Gadis itu langsung berlalu tanpa mendengar jawaban Sheva. Sheva hanya bisa menghela napas menatap punggung mungil gadis itu yang dibalut jas berwarna abu-abu muda menghilang dari pandangannya.

"Kakak cuma bisa berdoa agar kamu segera mendapatkan kembali kebahagiaanmu, dek!" batin Sheva.

🍃🍃🍃

"Bi Inah, tolong bawakan makanan ini ke kamar Ara!" titah Chieren kepada maid yang bernama Bi Inah.

"Baik nyonya." Bi Inah menerima nampan itu lalu berlalu ke kamar Ara.

Chieren menghembuskan napasnya pelan mengingat wajah dingin Ara saat memasuki mansion tadi. Untung kedua anaknya sedang tidur, jadi mereka tak mengganggu Ara yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Non! Ini Bi Inah bawa makan malam untuk non Ara!" seru Bi Inah di depan sebuah alat penghubung suara, karena kamar Ara kedap suara.

Tak lama Ara membuka pintu kamarnya, dengan tersenyum tipis, sangat tipis. "Terima kasih, Bi! Nanti ambil nampannya kembali di meja itu setelah 15 menit, yah?" Bi Inah mengangguk lalu pamit pergi dari sana.

Ara menikmati makanannya antara niat dengan tidak. Gadis itu tidak bersemangat melakukan apapun. Tubuhnya selalu lemas disaat seperti ini. Setelah menyelesaikan makannya, gadis berkaos hitam polos serta celana kain selutut berwarna cream itu keluar dan meletakkan nampan berisi piring kotor dan gelas kosong di meja depan kamarnya.

Gadis itu berjalan memasuki lift menuju lantai tiga mansionnya. Ia memasuki studio musik yang dilengkapi berbagai alat musik seperti piano, gitar, drum, biola, bass, dan lain-lainnya.

Ia melangkahkan kakinya menuju piano berwarna hitam yang ada di pojok ruangan. Dengan lihai ia menggerakkan jari-jari lentiknya menekan tuts hingga menghasilkan melodi yang sangat indah.

Side Effect [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang