10. Taking care

42 6 0
                                    

Jeon memang tidak pernah bertanya; perihal apa yang terjadi pada keluarga kecil ini. Itu hanya karena Jeon tak ingin pertanyaannya menjadi sebuah paradoks yang mungkin bisa kembali goreskan luka, atau mungkin menjadi penyebab luka itu sendiri. Pemuda itu sungguh tak ingin mempertanyakan, apa lagi sampai mempermasalahkan. Jeon tahu semua. Sojin suami Fey itu sudah tiada. Itu kan yang Fey percaya?

Petang ini Jeon memang bertamu, tapi dia yang membuat tehnya sendiri. Di sana –di dalam rumah tempat di mana dua nyawa biasa bertukar rasa—, kini Jeon ikut serta. Tapi tak seadikara itu Jeon bisa terlibat. Di kursi ruang tamu Jeon hanya duduk tergugu. Sudah habiskan dua gelas susu hangat yang ia buat sendiri.

Fey sudah menyerah dengan penawarannya segelas minuman sebab Jeon hanya sibuk lafalkan huruf a, a dan a nya selama beberapa lama, membuat Fey benar-benar gusar dan dia jadi tak acuh. "Buat sendiri minumanmu!". Fey bilang itu pada tamunya. Dan Jeon malah menanggapinya dengan senyum antusias. Anggap saja rumah sendiri. Mungkin itu yang Jeon pikirkan di dalam hati.

Di sofa panjang ruang tamu di sana, Jeon sering kali kedapatan mengekori ke mana pergerakan Fey pergi. Sibuk sekali manik kelincinya itu meniti setiap senandika yang dilakukan obyeknya. Bening-bening pada manik jelaganya sungguh siratkan keingintahuan tentang apa yang sedang dilakukan. Sedang Fey absolut sekali tidak acuhnya dengan makhluk hidup yang satu itu.

Seperti ada yang salah dengan rumah ini. Atmosfer yang sarat akan senyap terlalu mendominasi. Begitu sunyi. Apa selalu seperti ini? Jeon bergumam dalam hati. Retofleks jam dinding di sana sampai thuk-thukkan bunyinya di dalam kepala. Satu dua sekonnya masih mampu Jeon titi, tapi setelahnya Jeon kembali dilahap sepi. Jeon tak pernah jumpai hunian sesepi ini. Ya itu karena di rumahnya Jeon punya anggota keluarga yang lengkap. Ada ayahnya, ibunya, satu kakak perempuan, satu lagi kakak laki-laki. Kadang juga kakek dan neneknya yang berada di luar kota datang.

Sementara rumah dengan ruang tamu besar ini, sungguh kelewat sepi. Bahkan kehidupan di dalamnya terkesan seperti dipaksakan keberadaannya. Bagaimana seseorang bisa hidup seperti ini? Jeon bicara sendiri untuk kesekian kali.

Jeon menghela. Bukan karena jenuh. Jeon hanya kehabisan gelas kedua dari susu hangatnya. Entah sial entah kehilangan akal, Jeon masih tak ingin pergi. Entah kenapa Jeon selalu ingin berada di sini. Meski kehadirannya sendiri tak lebih dari seekor lalat yang begitu tak dipedulikan sekali pun terbang-terbang di depan mata. Kalau si kecil Yujin bangun, Jeon pasti tidak akan selenggang ini. Apa Jeon harus menyelinap ke kamar untuk bangunkan Yujin agar ia punya teman?

Sambil membawa gelasnya, Jeon melangkah menuju dapur. Jeon hendak membuat gelas ke tiga dari susu hangatnya. Astaga, tamu macam apa yang sudah habiskan beberapa gelas minuman? Ke manakah itu yang namanya rasa sungkan? Ah persetan dengan sungkan, Jeon akan berada di sini hanya sampai Yujin bangun; seperti yang Fey bilang kalau biasanya Yujin akan terjaga nanti di semenjana malam.

Tapi ketika Jeon sampai di pantri dapur , Jeon berpapasan dengan Fey yang sudah berdiri di sana terlebih dulu. Di sana Fey tak melakukan apa pun selain berdiri mematung sambil netranya sibuk pandangi meja di depannya. Jeon juga lihat Fey tengah menukik lemaskan dua alisnya.

"Noona, sedang apa?" Jeon muncul dari arah belakang. Tiba-tiba saja ia berdiri di samping Fey yang sibuk melamun.

Lagi-lagi Fey terkejut. Bahkan botol berukuran dua ratus lima puluh mili itu sampai terlepas dari genggamnya. Ya ampun, Fey bisa mati muda kalau seperti ini. Bagaimana tidak, Jeon selalu muncul dengan mengudarakan suaranya tepat di daun telinga.

"Jeon! Berhenti membuatku terkejut kalau kau masih ingin hidup!" Oho, gertakan Fey sungguh membuat si pemilik gigi kelinci bergidik ngeri. Tapi tidak sungguhan. Jeon hanya berusaha menjadi jenaka. Entah kenapa ia suka sekali mengusili perempuan berambut basah ini. Ah iya, Fey baru saja selesai mandi, dan rambut basahnya masih teteskan beberapa bulir airnya. Seharusnya tadi Fey mengeringkannya terlebih dulu, tapi ada hal lain yang membuatnya harus terburu.

OFFERSEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang