Hai, Assalamualaikum temen-temen☺️🍭
Nggak tahu kenapa pengen ngangkat cerita tema ini.
Mungkin banyak penulis yang udah nulis cerita bertemakan cewek childish dengan konflik ringan ataupun berat.
Disini tidak ada unsur copy ataupun jiplak, karena memang cerita ini cerita pertama murni hasil pemikiran saya.
Hanya tema saja yang menjadi dasar kesamaan antara cerita saya dengan cerita yang lain,
Yaitu tentang →Cewek Childish←
Selebihnya, alur akan menjadi urusan author.
Oiya, saya juga hanya mempublikasikan cerita ini di platform wattpad. Jadi jika ada cerita serupa di platform lain, tentu bukan cerita saya dan bukan saya yang memplagiat.
Mohon bantuannya ya, saya sedang belajar menulis🙏🏻
Udah itu aja. Selamat Membaca✨
Tandai typo, okeyy
°
°
°09.30
→ Taman belakang sekolah ←"Ke-kenapa ya Kak?"
Sumprit, gadis itu tidak berani menatap laki-laki yang sudah hampir 15 menit berdiri di hadapannya hanya untuk men-scan tubuhnya.
Disaat yang lain sedang asik makan di kantin, gadis itu justru terdampar disini.
Bersama kakak kelas yang katanya badboy dan suka tawuran. Katanya sih yaaa, dia sendiri juga tidak tahu. Dia kan bukan anggota BIN.
Maka, dengan sedikit keberanian, matanya bergerak pelan-pelan dari ujung kaki hingga ujung kepala, persis seperti tabib jaman singosari yang menyembuhkan penyakit sampai matanya mengeluarkan cahaya ilahi.
Kalo diliat-liat dari penampilan sih, dia yes.
Rambutnya yang acak-acakan dengan keringat yang mengucur dari dahi dan berakhir di leher. Telinga kirinya ada tindik magnet warna hitam.
Seragam putihnya aja dikeluarin dari celana abu-abunya. Dasinya udah miring 180 derajad, ndak og.
Dan saat melihat kakinya. What?! Ni orang mau sekolah apa mau nggembala sapi sih. Yakali di sekolah nyeker nggak pake sepatu.
Style seorang Dicky Ardhiyasa Pranaja.
"Nama lo siapa?"
Gadis itu tersadar dari acara menyemb---- mengamati penampilan laki-laki di depannya ini. Lalu mata bulatnya mengerjab lucu.
"Nama aku?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Suaranya kecil, tapi lembut.
"Iyess."
"Arvita.." Jawabnya pelan sambil menunduk.
Dicky manggut-manggut memegangi dagu, "Arvita ya.."
"Kamu siapa, aku takut.." Karena takut, Vita sampai meremat jemari tangannya sampai berkeringat.
"Massakk lo gak tau gue sih??!!"
Vita tersentak, "Hiks hiks..."
Eh nggak-nggak, Dicky tidak ada niatan membentak Vita. Justru Dicky terlihat kesal karena Vita tidak mengenal siapa itu lord Dicky, assooyy.
"Eh eh, kenapa nangis?!" Dicky kelabakan saat Vita tiba-tiba menangis.
Emang abis diapain Ya Tuhan...
Belom juga bilang apa-apa, udah nangis duluan aja. Tolong....
"Kamu... bawa aku kesini mau ngapain?" Ujar Vita dengan suara tercekat dan mata yang basah akan air mata.
Iya air mata, masa aer comberan.
Dicky dibuat melongo dengan pertanyaan polos Vita. Tidak tau apa yang ada dipikiran Vita sampai dia menangis seperti ini.
"Gue belum ngapa-ngapain elo lho. Masak udah nangis aja." Ujar laki-laki itu duduk di samping Vita.
Tangan besarnya mengusap pipi gembul Vita yang memerah. Tangannya terangkat menyeka air mata itu dengan lembut.
"Pa-pasti kamu a-agen organ dalam yang--- yang nyamar jadi a-anak sekolah, bu-buat cari mangsa k-kan..? Ngaku!" Tanya Vita dengan masih sesenggukan.
"Hee bussett!! Halunya dah sampek arab aja ni bocah." Gumam Dicky.
"Diem dulu coba, nangisnya. Cup cup cup, anak cantik ga boleh nangis nanti diculik aunty wewe." Ujarnya menenangkan.
Vita mendongak menatap Dicky, "Aunty wewe siapa? Tantenya kamu?"
Dicky memejamkan mata, mencoba sabar. Nggak papa nggak papa, ini Vita kok bukan yang lain.
"Iya tante gue. Dia gak suka sama anak kecil yang suka nangis, dia juga jahat kayak ibu tiri di pilem-pilem." Dicky, kamu ngga boleh gitu. Ish ish ish
Vita semakin takut saja, "Tapi aku bukan anak kecil, aku udah gede kok."
"Nah. Kalo udah gede berati ga boleh? Gaboleh apa hayo? Gaboleh na--?"
"Ngis.."
"Pinter."
Vita mencoba diam dengan napas yang masih ngap-ngapan. Dia sampai keringetan karena ketakutan.
"Nah kan. Mukanya merah semua kelamaan nangis." Tangan Dicky kembali mengahalau anak rambut Vita yang jatuh di dahi dan sedikit lepek karena keringat.
"Mana ingusnya keluar lagi." Imbuhnya.
Srooott!!
"Hehh nggilani! Jangan disedot, astaga... Nggak ada tisu apa ya?! Sini gue lap-in pake baju gue aja!"
Tangan Dicky langsung membuka dua kancing kemeja teratasnya dan langsung meraih tengkuk Vita untuk sedikit menunduk menyesuaikan seragam yang dibuka Dicky.
Lalu dengan pelan, Dicky mengusap ingus yang ingin keluar dari hidung kecil itu. Persis seperti seorang bapak lagi mengusap ingus anaknya yang abis nangis.
Vita hanya diam melihat perlakuan Dicky. Orang dia aja nggak paham kok, makanya diem aja.
Lalu Vita mendongak menatap wajah Dicky dari dekat. Oppa sarangeekk..
"Terima kasih..." Ujar Vita dengan pelan.
Dicky tersenyum.
"Jadi pacar gue mau ya?"
🍓🍓🍓
Kabooorrrr
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Girl [ON GOING]
Teen Fiction🍁 P O K O K N Y A H A P P Y R E A D I N G 🍁 *** "Jadi pacar gue mau ya?" "Mau!!" *** Start : Jum'at, 23 Oktober 2020 End : 🏅92 - childish [20/12/20] 🏅1 - dicky [27/03/21] 🏅1 - arvita [18/09/21] ⚠️ SAYA HANYA MEMPUBLIKASIKAN CERITA INI DI...