09 | DARE OR DARE

272 63 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Hhh gue harus keluar dari sini.. Gue harus keluar.. Bunda.. Yiyi... Tolong kakak...." lirih Yena dengan air mata yang terus keluar dengan derasnya, cewek itu hanya bisa menangis sambil berharap seseorang datang menolongnya.

Tangan Yena di ikat, kakinya juga di ikat, tenaganya sudah habis terkuras karena susah payah melepaskan diri dari ikatan talinya tapi tetap tak bisa. Pikirannya terus tertuju pada Bundanya dan adiknya yang mungkin sedang cemas di rumah karena Yena tak pulang sejak dua hari yang lalu.

Pintu kamar terbuka, ya, Yena sedang berada di sebuah kamar. Cewek bebek itu auto berhenti menangis ketika siapa yang datang, tubuhnya mulai bergetar dan keringat dingin bercucuran di seluruh tubuhnya.

"Kamu nangis lagi? Huh?" tanya seorang cowok mendekati Yena, cowok itu yang telah membuka pintu kamar tadi. "Tali tambang mau aku rubah jadi besi yang tajam? Ikatan ditangannya kayaknya agak longgar, aku ganti ya?" lanjutnya sambil menarik sebelah ujung bibirnya membentuk senyuman kecil yang menyeramkan.

Cowok itu berjalan ke arah lemari, melihat itu Yena jelas menggelengkan kepalanya lalu terisak dengan terang-terangan. Cowok itu yang sedang membuka laci lemarinya langsung menghentikan pergerakannya, kemudian memutar tubuhnya menatap tajam Yena.

"Aku udah berapa kali bilang? Aku ga suka kamu nangis, aku lebih suka kamu diam dan nurut!" ketus cowok itu lalu berbalik lagi dan membuka laci, beberapa borgol koleksinya berjejeran rapi membuat cowok itu sempat bingung harus pilih yang mana. "Eum.. Would you like a whip, a cane, a belt or anything to make you do the law? - oh? Or should I shock it? It's kind of fun to try something new, right?" katanya dengan nada yang begitu lembut saat selesai mengambil salah satu borgol, lalu beralih ke lemari sebelah dan membukanya.

Isakan Yena makin terdengar, kepalanya menggeleng pelan, dia benar-benar takut sekarang. Cowok itu sedang memilih-milih stun gun yang baru saja dia koleksi beberapa, alat setrum listrik yang harusnya untuk melindungi diri dari bahaya, tapi cowok itu mempergunakannya untuk menghukum Yena yang terus-terusan menangis.

Lalu cowok itu memilih stun gun yang kecil berwarna pink yang sangat imut, cowok itu berbalik menghadap Yena yang sengaja dibuat duduk bersandar di kasur. Senyumnya mengembang cerah.

"Look at this, Yena. Isn't pink cute? Your favorite color." ucap cowok itu mengangkat stun gun di tangannya dan memperlihatkannya pada Yena.

Oh, bahkan detik itu juga Yena benci warna pink.

"No, please don't hurt me again, please..." ucap Yena sambil terus terisak.

DARE OR DARE: Peremptory [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang