"Memiliki 5 huruf, tapi susah untuk dilaksanakan. Terlalu mementingkan ego, daripada kepentingan bersama."
"Kita tak bisa menggenggam apapun, jika tak berdamai dengan diri sendiri. Semua berawal dari diri kita maka berdamailah dengan diri sendiri."
"Hati terasa sesak,
beningan kristal tak lagi terbendung.
Bibir ini membisu,
senyum itu menjelaskan semuanya.
Berdamai dengan masa lalu? hanya akan menyisakan rasa sakit, bagai menabur garam di atas luka."
"Tinggalkan aku dalam damai, biarkan aku tidur satu malam ini saja, setidaknya tanpa bantalku basah dengan air mata, mataku terbakar dan kepalaku berdenyut."
"Bumi melewati beberapa fase, dan bumi juga menawarakan kehidupan yang nyaman. Namun, para penghuni bumi tetap mencoba peperangan. Jika ada kata damai diantara peperangan, kenapa tidak?"
"Kadang lelah dengan hingar bingarnya kehidupan. Ingin menutup mata dan telinga, hanya ingin mencari kedamaian, mendinginkan pikiran, dan mendapatkan ketentraman."
“Damai tidak bisa dijaga dengan paksaan, tetapi bisa dicapai dengan pemahaman, kebersamaan, dan diawali dengan senyuman tanpa adanya ancaman.”
Firda Hanif Syafabila
"Awalnya aku terus mengumpat. Merutuk dan terus menerus menyalahkan Tuhan tentang sulitnya hidup. Hingga aku melihat bagaimana mahkluk kecil itu bertahan hidup, dengan senyum tulus dan mata teduhnya. Darinya, aku belajar untuk berhenti mengumpat. Belajar untuk berdamai dengan keadaan, dan belajar untuk mensyukuri segala nikmat dariNya."
"Dibalik persemayaman damaiku, kamu hadir. Mengusik semua rindu yang pernah terukir, juga rasa yang kini meminta andil. Dari setiap jumpa yang tak pernah kuduga, berharap kita kembali bersama. Nyatanya damaiku hanya sebuah dusta. Dibalik ucapku yang tak lagi mencinta, ada sepenggal rindu yang tersisa."
"Tuhan mengajarkan kepada setiap orang untuk hidup rukun dan damai. Lalu mengapa kamu masih bertanya apa tujuannya?"
"Diantara damai dan kenyamanan tidaklah berbeda. Bersyukurlah kalian untuk orang-orang yang mendapatkan keduanya. Namun seringkali aku bertanya. Dimanakah letak damaiku berada? dan ternyata aku masih terisolasi dalam belenggu keputusasaan. Kosong dan perlahan mulai kabur. Inilah damaiku."
