Prolog

330 177 166
                                    

Hai selamat datang di cerita ini.
Maaf jika ada kesalahan
Soalnya aku baru menulis cerita
Mohon kritikan nya

Semoga kalian suka.

Terimakasih 🙏

Happy reading

_________________

"Heh upil asem," panggil Stev sambil menggerakkan jari telunjuk nya mengarah kepada Veva yang duduk di bangku kedua dari depan itu.

Merasa terpanggil dan merasakan segala tatapan seluruh kelas mengarah pada nya, Veva reflek menolehkan kepala nya ke depan.

Veva menaikkan kedua alisnya lalu mengerutkan kening bingung atas apa yang diucapkan murid laki-laki yang tidak ia kenali itu karena baru saja bertemu sudah berkata upil asem, emang rasa upil asem ya?

"Lu," panggil Stev lagi, tetapi Veva semakin terlihat bingung, daripada ambil pusing ia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan.

"Iya elu!!" kesal Stev sambil berkacak pinggang.

Lalu, dengan malas Veva bangkit dari kursi nya untuk menghampiri Stev.

"Apa?" tanya Veva malas.

"Lu anak baru kan?" tanya Stev balik.

Veva mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban atas pertanyaan Stev.

Lalu Stev tidak melanjutkan perkataan nya, lalu hening menyelimuti mereka.
Dan Stev kembali berucap.

"Elah lu mah jangan canggung-canggung amat dah," ucap Stev kesel melihat sifat gadis itu yang canggung.

Tanpa perintah, tanpa suruhan,tanpa hujan, tanpa panas. Veva langsung menonyor kepala Stev, seperti bermain bulutangkis. Sakit euy

Stev meringis menerima toyoran dadakan dari Veva, sedangkan Veva ia hanya bangga karena telah berani menonyor kepala orang aneh itu.

"Eh, ogebb sakitt ini," ringis Stev.

"Tadi lo bilang jangan canggung-canggung. Ya udah gue gak canggung kan tadi?" tanya Veva dengan nada angkuh

"Itu gak sopan!" balas Stev sambil meringis karena kepala nya masih sakit.

Veva memutar bola mata nya jengah karena mendengar lelaki itu mengeluh.

"Eh, maling kundang, tadi elu nyuruh gak canggung-canggung. Kenapa sekarang lu malah marah?!" kesal Veva.

"Apaan sih lu jamilah! Lu gak sopan ya sama gua, anak baru gak boleh gitu!" elak Stev.

"Apaan sih! Lu kan yang bilang gak usah canggung canggung gimana sih? Kalau mau bukti tanya aja yang lain. Bener kan?" Veva pun tak mau kalah mengelak.

Yang ditanyakan malah diam tak berkutik tak mau ikut campur dalam perdebatan mereka.
Seluruh kelas maupun penjuru sekolah penasaran dengan apa yang terjadi di 11 IPS 1 itu, untuk mengobati penasaran yang sudah stadium akhir, langsung saja mereka melihat apa yang terjadi di sana.

"Iya bener gue bilang gak usah canggung-canggung tapi jangan gitu dong kurang sopan tau gak. Sakit ini," bela Stev kepada dirinya sendiri.

"Ya kan cara gue gak canggung itu lain!"

"Tapi itu gak sopan!"

"Itu cara gue!"

"Ga sopan monyet!"

"Eh, lu juga gak sopan ya ngomong monyet."

"Lu juga ngomong ya upil, hahahah."

"Upil badak!"

"Tai jerapah!"

"Monyet bunting!"

"Kunti ketiwi!"

"DIAM!!!!" teriak ketua kelas di kelas itu.

Tetapi tidak ada yang mengindahkan teriakan ketua kelas itu.

"Badak berupil empat!"

"Tai cacing."

"Tanduk ular."

Seluruh kelas maupun penjuru sekolah sudah jengah melihat maupun mendengar perdebatan yang non faedah itu.

"Gajah g-" perdebatan mereka terpotong, karena......

"BERISIKKK!!!!" teriak seluruh kelas kompakk.

Lalu detik berikutnya mereka berdua menoleh kan kepala mereka melihat orang orang yang berteriak tadi.

"Kenapa?" tanya mereka berdua kompak.

Seluruh kelas melongo mendengar pertanyaan mereka itu.

"Eh curut dua, lu berdua udah bikin gaduh kenapa malah nanya sih?!" teriak salah satu dari mereka menahan rasa kesal yang terpendam di dada.

Mereka saling berpandangan, lalu detik berikutnya mereka berdua sadar mengapa orang-orang di kelas itu marah.

"Hehehehe maaf, peace," cengir mereka berdua tanpa rasa bersalah lalu menunjukkan dua jari nya.

Lagi lagi mereka semua melongo mendengar cengiran yang tanpa bersalah itu.

"Udah-udah jangan pada ribut, bubar-bubar balik ke kelas kalian masing-masing sono." Ketua kelas itu melerai perdebatan.

"Lu berdua juga udah, kenapa coba debat kayak tadi, kayak bocil aja tau gak," lanjut nya lagi sambil menasehati.

Lalu Stev maju satu langkah menghadap lawan bicara nya itu lalu membisikkan sesuatu.

"Masalah kita belum selesai, ingat itu," bisik nya.

Veva bingung, tetapi selanjutnya dia paham lalu berkata.

Dengan lantangnya ia menjawab "Siapa takut!"

Lalu, Stev kembali ke kelas nya dengan sedikit rasa kesal, niat nya mengajak anak baru itu untuk berteman ia urung kan karena sifat nya yang membuat diri nya kesal setengah mati.

Saat ini detik ini jam ini hari ini tahun ini dia akan memasukkan nama gadis itu yang ia tidak tahu namanya ke list musuh bebuyutan nya.

Sedangkan di sisi lain, Veva bingung mimpi apa dia semalam sampai sampai ia di pertemukan dengan orang yang aneh sudah stadium akhir itu.

Gadis itu mengedikkan bahu, bodoamat jika lelaki itu mencari masalah baru dengan nya, dipikir pikir seru juga.

TBC.

Gimana prolog nya?

Jangan lupa follow wattpad aku @ingolv.
Ig @ingrdolv_

Dan jika kalian suka tinggal kan jejak (koment) dan vote.

Terimakasih 🙏

UniquenessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang