Cemburu Menguras Kalbu

658 36 3
                                    

Chapter 3

Malaikat Penolong ber-moge putih itu sudah hilang dari padangan, dengan secercah harapan, aku ingin setidaknya suatu saat, entah kapan, aku bisa ketemu dia dan mengucapkan terimakasih dengan layak.

Aku masuk ke bengkel, dan menyerahkan sepenuhnya sama tukang bengkelnya untuk menggerayangi motorku karena aku memang gak paham samasekali soal motor.

Sembari duduk menunggu motor selesai diperbaiki, sambil minum es kelapa, ada notifikasi WA, ternyata dari Kak Nikki. eh btw Kak Nikki tau nomorku dari siapa.

((WhatsApp))

“Ini Nikki, kamu dimana Ris, udah malam kok belum balik kos?”

“Lagi di bengkal kak, benerin motor,”

“Masih lama, mau kakak jemput, gak?”

“Gak usah, kak kayaknya bentar lagi selesai”

“Kalau dah beres, buruan pulang ya”

Sesampainya di kos, sekitar pukul 10 malam, banyak penghuni kos yang nongkrong di depan, ada pohon rindang yang dikelilingi kursi-kursi kayu, pasti mereka tuh yang tadi malam ribut main game oline sampe subuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di kos, sekitar pukul 10 malam, banyak penghuni kos yang nongkrong di depan, ada pohon rindang yang dikelilingi kursi-kursi kayu, pasti mereka tuh yang tadi malam ribut main game oline sampe subuh.

Aku matikan motor dari luar, takut ganggu obrolan mereka, dari kejauhan aku dengar suara tawa terbahak-bahak, tak lama terdengar samar-samar “Oh itu penghuni baru itu ya?”, “Asal mana, Bang Nik?”, “Di kamar nomor 10 ya?” tanya mereka satu sama lain.

Aku dorong motor melewati pagar yang memang terbentang, aku berniat menghindari mereka, dan langsung ke kamar saja, aku sadar betul aku ini tipikal orang yang gak asik diajak nongkrong, tapi sayangnya seseoarang memanggilku, Kak Nikki,

“Ris, sini gabung, kenalan dulu sama penghuni kamar yang lain” Ujar kak Nikki matanya masih fokus sama game online di tangan, tapi sebelah tangannya ia lambaikan padaku.

Ga sopan dong kalau aku gak gabung dan lewatin mereka gitu aja.

“Hi bro, aku Riza Syah” seseorang cowo berparas timur tengah mengulurkan tangannya, senyumnya manis, ramah juga kayaknya, kubalas “Aku Harris,” lalu dia menepuk kursi di sampangnya pertanda dia menyuruhku duduk di situ.

Sementara Kak Nikki masih nguyah kacang, ada satu cowo lagi tempangnya lumayan, “Aku Ady Sky” dia julurin tangan, tapi matanya masih di game online ponselnya, gak natap aku sama sekali,  yang notabene lawan bicaranya.

Ada satu cowo lagi di pojokan, aneh banget, ngumpul tapi diam di pojokan, gak pegang hp, gak nyemil juga, perawakannya putih mulus, kayaknya lagi galau gitu, lebih tepatnya ngambek, cuma megangin ranting pohon yang digaris-gariskan ke tanah. Absurd banget dah.

“Hai, aku Harris” aku julurin tangan, tapi cowo berkulit putih itu gak hirau, masih sibuk dengan dunianya sendiri, atau mungkin memang songong. Ya udah aku tarik tanganku lagi, terus aku duduk di samping pak kusir, eh bukan, maksudnya di samping cowo yang namany Riza itu.

The Heart You Hurt | Hati Yang Kau Sakiti (BoysLove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang