Berhenti Untuk Menyakiti

556 33 3
                                    

Chapter 4

Dengan semangat mencari kerja yang masih menggebu-gebu, aku menangkap dan mengambil setiap kesempatan dan kemungkinan yang lewat di depan mata, aku masuk ke sebuat toko fotocopy yang tentu di dalam juga dilengkapi komputer dan printer untuk nge-print dan menjual beberapa alat tulis kantor, tokonya gak begitu besar, bagian depannya berdinding kaca, ada tulisan FD COPY di sisi kiri pintu, mungkin itu nama tokonya, ada dua karyawan di dalam, cewe dan cowo, maksudku untuk ngeprint beberapa surat lamaran yang nanti siang akan aku masukkan ke bebarapa tempat usaha yang mungkin lagi nyari karyawan baru.

Aku "tarik" pintu kaca yang bertulis "dorong", sengaja dan penasaran aja sih, ternyata gak bisa. Hahah... ide eksperimen yang sungguh gila. Aku ngakak sendiri dalam hati. Gimana caranya ngakak dalam hati? Coba aja sendiri.

Dengan tenaga ekstra dan kecepatan setara kecepatan cahaya aku dorong pintunya hingga berbunyi suara "Dukkkk", ya Allah, ada anak orang kejedot pintu, maksudnya ada cowo yang kepala membentur pintu yang aku dorong,

"Santai dong! Rusuh amat lo!!!" aku yang memang salah, langsung mundur dong "Maaf, maaf", seorang cewe yang tadinya gandeng lengan si cowo langsung bercekak pinggang, beberapa jilidan makalah ada di totebag yang menggantung di lengannya.

"Lain kali jalan pakek mata!!!" kata si cewe ke aku.

"Gak perlu sekasar itu juga kali," si cowo menegur si cewe. Eh btw kayaknya aku pernah liat muka cowo itu, tapi lupa dimana, suaranya juga kaya familiar gitu di telinga. Tapi itu gak penting, yang lebih terpenting sekarang aku harus segera selesaikan masalah ini. Secepatnya.

"Maaf," aku ulangi lagi permintaan maafku, ya walaupun gak akan mengubah apapun.
"Ya ampun yang, tuh dahi mu sampe merah gitu" si cewe mendramatisir keadaan, bersuara manja, sambil mengusap kening si cowo.

"Biasa aja, coba?" si cowo tadi menepis tangan si cewe. Duh pemandangan apa-apaan ini, drama sepasang kekasih di depan mata aku. Awkward banget rasanya jadi pihak ketiga pemicu retaknya hubungan orang lain, wkwkwk.

Karena si cewe kayak masih marah gitu, lalu aku tawarkan "Mau aku gendong atau panggilkan ambulan? Dukun? Mantri? Tenang, biaya pengobatan biar aku yang tanggung." Kataku dengan usaha seramah dan semelas mungkin.

"Udah salah, ngeselin!!!" kata si cowo, kemudian berlalu keluar dari toko foto kopy itu, sembari mendorong bahuku minggir dengan kedua jarinya, karena dia mau lewat.

Sembari melangkah masuk, dan menyerahkan flashdisk pada seorang karyawan untuk kemudian minta diprint-kan fileku yang ada di dalamnya, sekilas aku memandang keluar, sepasang kekasih tadi pakek motor mirip dengan motor yang kemaren bantu ngedorong motorku waktu mogok di jalanan, apa mungkin orang itu...? ah gak mungkin, pasti ada banyak sekali orang yang punya motor gede warna hita putih kayak gitu. Pasti bukan dia orangnya. Bukan!!!

"Print file yang itu mbak" aku menunjukkan file surat lamaran dan CV yang terpampang di monitor,
"Berapa rangkap CV nya?" tanya mabak-mbak berwajah timur tengah itu.

"tiga rangkap mbak" jawabku, tiba-tiba saja terlintas sebuah pikiran "Mbak, disini lagi butuh karyawan baru gak?" tanyaku,

"Kemaren sih, boss nyari, oh itu dia boss, saya tanya dulu ya"

Dan yang terjadi kemudian, aku dan si boss ngobrol sebentar, lalu aku dites kemampuan mengoperasikan komputer dan beberapa software basic yang paling dibutuhkan di toko ini. Bossnya ramah banget. Usianya kisaran 30. Kepalanya plonots. Lumayan Good looking dengan keunikannya tersendiri. I don't know why to describe my boss too much. Hahah.

Akhirnya aku pulang, dengan tanpa kejelasan apakah aku diterima kerja di toko fotocopy itu atau nggak, katanya nanti kalau diterima bakalan dikasih tau lewat WhatssApp, tapi niatku untuk memasukkan lamaran ke tempat lain sudah pupus, harapanku sepenuhnya hanya tertuju : bisa bekerja di tempat itu. Secara lokasi cukup setrategis dengan letak kosan ku. Tanpa butuh biaya transport, bisa sekalian menghemat pengeluaran dong. Hahah.

Aku sampai di kos, kos dalam keadaan sepi, kayaknya sebagian udah pada berangkat kuliah dan Kak Nikki kayaknya udah berangkat kerja, aku segara beberes untuk membeli perlengkapan yang belum aku punya, semisal pengharum ruangan, keset, dan semacamnya. Aku berangkat ke pasar terdekat, dengan keputusan berat aku memilih menggunakan angkutan umum, bus, kalau pakek motor takutnya mogok lagi kayak kemaren.

Dengan tas ransel di punggung, dan masker demi mengikuti protokol kesehatan, aku menghentikan mengentikan sebuah bus yang cukup penuh, tapi tak masalah, soalnya jarak ke pasar juga dekat, sekalipun harus berdiri gak masalah.

Alhamdulillah ternyata masih ada satu kursi yang kosong, aku duduk lah disitu dengan penuh keberuntungan, hahah... berasa kayak menang give away Baim Wong.

Di kursi samping kananku ada kakek-kakek memagang tongkat, bertopi, rambut bagian sampingnya udah agak putih, penampilannya agak misterius gitu.

Beberapa kali bus berhenti, masih menerima penumpang yang rela berdiri.

Hingga ada sepasang kekasih yang sepertinya sedang marahan, si cewe masuk dengan terburu-buru ke dalam busa, si cowo menyusul di belakangnya, surprisingly mereka adalah dua orang yang tadi pagi ketemu di toko foto copy. Otokke!!! otokke!!!

"Ngapain nyusul sih, aku bisa pulang sendiri," kata si cewe judes, jelas sekali terbaca dari raut mukanya, aku bisa dengar karena mereka berdiri tepat di hadapanku, rok mini si cewe yang terpampang jelas di hadapanku bikin aku serba salah, si kakek di sebelahku bertingkah aneh, sedikit menaikkan topinya, dan memindahkan tongkat yang tadinya di tangan kanan ke kiri, sepasang kekasih itu berpegangan pada sadel yang bergelantungan di sepanjang dek bus,

"Aku gak suka kamu ngambek gak jelas gini ya, buang-buang waktu," kata si cowo dengan berbisik, tapi masih jelas di telingaku, dalam hati aku hanya mikir duhhh drama apa lagi ini ya Allah... Episode kedua setelah yang tadi pagi di toko fotocopy kah?

Dengan ketulusan hati nuraniku sebagai pria gantle dan mengingat norma sosial, rasanya tak elok membiarkan wanita beridiri sedangkan aku yang notabene laki-laki malah duduk santai di kursi, juga sekalian untuk menebus kesalahanku yang tadi pagi nge-jedotin pintu ke kening pacarnya, maka aku berinisiatif seraya berdiri mempersilahkan si cewe duduk di kursi ku,

"Silah-" ucapanku terputus, "anjing gatel amat sih-" teriak perempuan itu, tiba-tiba ada kepalan tangan yang menghantam mukaku "bukkkkk" keras sekali, padanganku menghitam sesaat, badanku terjerembab lagi ke kursi, si cewe hanya shok melihatku yang tiba-tiba dihajar tanpa ampun, "Brengsek" umpat laki-laki itu, "berani beraninya ngelecehin perempuan di angkutan umum" mendarat lagi kepalan tangan pria itu di muka ku sebelah kiri, bertubi-tubi.

"Stop!!! Stop!!! Aku bisa jelasin!!!" kataku, penumpang lain menghindar, dan hanya memandangi kami dengan heran, sialnya tak ada yang melerai.

"Berhenti, Ky, stop!!! Stop Risky!!!" si cewe berteriak melengking ikut mengentikan cowonya. Si cowo itu masih dalam amarah sepertinya, rahangnya megeras.
"Ohh aku inget, kamu yang tapi pagi ngehantam kepalaku kan? Parasit banget idup lo, pembawa sial!!! Dasar mesum, bisa-bisanya ngambil kesempatan dalam kesempitan"

Dengan muka yang sudah bonyok dengan serpihan darah mengalir di ujur bibir dan pelipis, aku berdiri dengan tubuh bergetar, "Aku gay, gak tertarik sama perempuan, aku gak mungkin ngelecehin pacarmu!!!" kataku menjelaskan, pria itu terperangah.

"Aku juga heran kenapa pacar pacarmu terika kayak tadi, padahal aku cuma mau kasih kursi aku buat dia," tambahku, si cowo kayaknya masih belum percaya sama ucapanku.

Tiba-tiba si cewe bilang "Mana kakek yang tadi duduk di sini?". Semua orang terperangah, mencari kakek-kakek yang tiba-tiba udah gak ada, pasti dia udah turun sejak mobil ini berhenti karena kejadian pemukulan ini.

Nah!!! Sekarang cowo ini mungkin baru sadar bahwa bukan aku pelakunya.

Pas aku mau turun, cowo itu bilang ke aku "maaf kalau emang bukan kamu pelakunya" dengan wajah datar, seolah tnpa penyesalan samasekali.

"Kalau kamu masih ragu, lebih baik jangan minta maaf. Kamu gak cuma nyakitin fisik, tapi juga batin!!!" lalu aku turun, sedangkan cowo itu tercenung di dalam bus bersama pacar tercintanya.

To be continued

The Heart You Hurt | Hati Yang Kau Sakiti (BoysLove)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang