The First Step

810 137 24
                                    

   Wanita itu terlihat sedang bersiap-siap. Dinaikkannya resleting yang berada dibagian depan bajunya sembari bersenandung kecil. Wajahnya mengukir senyum penuh kebahagiaan. Apa yang membuatnya bersikap seperti itu, ya?

   Gadis kecil yang di samping kanannya hanya menatap bingung dalam diam seraya mencengkram ujung baju wanita tersebut. Wanita itu pun menolehkan kepalanya padanya lantas tertawa kecil melihat gadis kecil yang menatapnya keheranan. Ia pun menjongkokkan diri agar dapat memandang jelas wajah cantik putri kecilnya.

   "(Y/N), ibu hendak menjalankan misi dulu, ya?" perkataan wanita yang mengaku sebagai ibunya pun dibalas dengan anggukan oleh (Y/N). Wanita itu pun berdiri lalu menggandeng tangan anaknya untuk berjalan keluar dari kamar. "Sayang! aku sudah siap!"

   ---

   Langkahnya terhenti. Dengan tatapan malasnya, ia memerhatikan gedung di depannya lalu mengarahkan atensinya pada salah satu saku celananya. Telepon genggam disakunya mendadak berdering, menandakan ada panggilan yang masuk. Dengan segera ia merogoh saku dan mengambil gawai miliknya.

   Atasan Cerewet
   Accept | Decline

   Ia membuang napas panjang dan membuat ekspresi tolong-jangan-ganggu-aku seraya menjawab panggilan tersebut. Didekatkannya layar benda tipis itu ke telinga kanannya. (Y/N) terlalu malas untuk membuka suara jadi dia diam saja. Yang menelpon pun tidak bergeming lantaran mengira panggilannya belum dijawab.

   (Y/N) mendecak kesal. Setelah itu sang atasannya pun memecah keheningan. "Oh! (Y/N)! Kukira kau belum menjawab panggilan dariku!" Gadis itu mengarahkan pandangannya pada sosok pemuda berambut hijau dan gadis berambut cokelat yang terlihat sedang berbincang di depannya.

   Nampaknya yang di seberang sana merasa bersalah atas sikapnya pada gadis yang kini ia telpon. "Dengar, (Y/N), kau berhak marah padaku atas apa yang aku lakukan padamu. Namun, aku hanya ingin menyampaikan apa yang sekiranya orang tuamu akan sampaikan jika mereka masih-" Gadis itu menggigit bibir bawahnya lalu menundukkan kepalanya.

   "Tolong intinya saja." Atasannya pun memasang eskpresi bersalah tanpa disadari oleh (Y/N). "Aku ... do'akan yang terbaik untukmu ... (Y/N)." Yang disemangati hanya diam saja. Air mata yang menggenang melesat jatuh ke tanah.

   Panggilan pun dimatikan sepihak oleh (Y/N). Punggung tangannya mengusap air mata dengan cepat. Ia pun memasuki gedung tersebut dengan langkah yang lebar. Menutup seluruh wajahnya dengan syal dilehernya ketika ada yang menjatuhkan pandangan padanya.

   Setelah berada di dalam gedung tersebut, (Y/N) melihat sekeliling. Tempat ini luas juga. Batinnya. Ia pun mendudukkan dirinya pada tempat duduk yang paling dekat dengan pembicara.

   Matanya yang bercahaya menelisik sekelilingnya. Segala teknologi yang ada disini tergolong canggih. Ia mengubah eskpresinya dari serius menjadi ekspresi aku-tak-percaya-ini. Siku kanannya kini bertumpu pada meja di hadapannya lalu menopang dagu miliknya. (Y/N) tak pernah dibuat sekagum ini sebelumnya.

   Lalu tiba-tiba datang sesosok pria bertubuh kurus di hadapannya. "Bolehkah aku duduk di sebelahmu?" Gadis itu sedikit terkejut. Buru-buru ia menonaktifkan quirknya dan mengganti ekspresi kagumnya dengan muka triplek andalannya.

   (Y/N) melihat itu. Senyuman hangat terpancar dari wajah lelaki dengan rambut sebahu itu. Rasanya sudah lama semenjak ia melihat senyuman tulus yang datang dari lubuk hati terdalam seseorang. Gadis itu sudah tak kuasa lagi untuk menahan senyumnya.

   "Boleh!" Lelaki itu pun memasang wajah yang terlihat lebih bahagia dari sebelumnya. Berlalu di hadapan (Y/N) untuk mendudukkan dirinya di sebelah kiri gadis itu. Tanpa sadar tangan kanan lelaki itu terulur tanpa diminta.

Estranged [MIDORIYA IZUKU X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang