***
SMA yang terletak di Jakarta timur, termasuk sekolah elit berlantai tiga. Lantai satu untuk kelas sepuluh, lantai dua kelas sebelas dan lantai tiga kelas dua belas. Yang bersekolah disini juga kebanyakan orang berada, dan rata-rata muridnya mengendarai mobil sendiri ke sekolah. Bahkan ada juga yang menggunakan mobil mewah. Aku juga ingin, tapi papah melarangku membawa kendaraan sendirian. Jadilah aku diantar jemput supir pribadi setiap hari.
Setelah sampai di kelas, aku sudah melihat kedua sahabatku Ayra dan Kila sedang berbincang. Aku mengenal mereka berdua sejak aku SMP. Dan dari situlah kami mulai bersahabat. Kami selalu berada di kelas yang sama, entah itu hanya kebetulan atau telah direncanakan. Bahkan sampai sekarangpun.
Lalu aku menghampiri mereka dan duduk di bangku sebelah Ayra. Di bangku depan, Kila yang menghadap ke belakang sedari tadi.
"Heh kok lo cemberut gitu sih, kenapa? ada masalah?" Tanya Ayra setelah aku meletakkan tas di atas meja.
"Iya, udah kek pakaian belum disetrika aja. Kenapa sih?" Tanya Kila
"Mamah sama papah keluar negeri" jawabku sambil menopang dagu dengan kedua tangan.
"Kok tumben nyokap lo ikut?" tanya Ayra
"Iya, soalnya papah bakal lama banget di sana"
"Emangnya mereka ke mana? Terus kenapa bisa lama? Lamanya sampai kapan?"
"Kalo nanya satu-satu dong" ujarku
"Tau tuh, udah kek KRL" sungut Ayra, sedangkan Kila hanya mencibir
"Jadi gimana?" Tanya kembali Kila karena penasaran.
"Apanya?" Tanyaku balik karena juga merasa bingung.
"Yah, tadi gue nanya, yah lo jawablah" geram Kila karena memang dirinya sedari tadi kesal, jadi tambah kesal.
"Oh... iya, katanya perusahaan papah yang di London drop akibat korupsi salah satu staf di sana"
"Emang yah, orang-orang yang kaya gitu tuh, mesti di tenggelamkan di laut biar dimakan hiu sekalian sungut Kila.
"Emang ngak ada akhlah" balas Ayra
Sedangkan aku hanya menganggukan kepala, mengiyakan omongan kedua sahabatku.
"BRAK...WOY BU MARNI UDAH DATENG" tiba-tiba salah satu murid yang sedang berbincang di depan pintu kelas, menggebrak pintu dan berteriak sambil berlari masuk disusul dengan murid yang lainya.
Sontak membuat seisi kelas terkejut bukan main. Dan seketika kelas yang mulannya ribut menjadi hening seketika, menunggu sang guru masuk kelas. Bu Marni adalah guru matematika kelas sebelas yang terkenal galak.
"ANJAY, si Anjay bikin orang kaget" sungut Kila karena juga terkejut termasuk aku.
Anjay yang dimaksud adalah Anjas Mara, salah satu teman kelas kami.
Pelajaran matematika di pagi hari terasa begitu lama.
***
"Kring...kring...kring"
"Ke kantin yuk!" Ajak Ayra setelah bel istirahat berbunyi.
"Yuk" balasku setelah memasukkan buku ke dalam tas, lalu kami bertiga menuju kantin yang sudah mulai ramai dengan murid-murid yang sedang kelaparan.
Kami kemudian menuju tempat favorit kami yang terletak di pojok kanan dekat jendela, yang langsung berhadapan dengan tempat parkir.
"Mau pesen apa neng?" Tanya pelayan kantin, pria setengah baya saat kami sudah duduk.
"Aku mau bakso, minumnya es jeruk" jawabku
"Sama aku juga" balas Ayra dan Kila bersamaan
"Tunggu bentar yah neng" ucap pelayan tersebut lalu pergi.
"Eh, jadi loh tinggal sendirian di rumah loh?" Tanya Ayra setelah kepergian pelayan tadi.
"Ngak, aku ngak tinggal di rumah"
"Trus loh tinggal dimana dong?" Tanya Kila
"Aku tinggal di rumah Aunty Maria"
"Wih, nanti kita bisa jalan-jalan ke sana dong" heboh Kila yang sedari tadi bermain handphone langsung meletakkannya ke meja karena mendengar pembicaraan kami.
"Iya bisa kok, tapi kalo mau datang bilang dulu"
"Yeh lu mah ada maunya, mau ketemu sama kak Arya kan? Basi tau ngak"
"Hehehe itu tau, nanti kita kesananya barengan deh"
"Ok, ok. Jadi kapan lo mulai tinggal di sana?" Tanya Ayra kegirangan karena mendapat tawaran
"Entar pulang sekolah gue langsung ke sana"
"Ok, gimana kalo hari minggu nanti kita ke sana?" Ucap Kila lalu memandah aku dan Ayra bergantian.
"Boleh tuh" seru Ayra
"Iya" lanjuku
"Kak Arya, i'm coming" teriak Kila sambil merentangkan kedua tangannya. Sontak hal tersebut membuat seisi kantin langsung memandang aneh ke arah meja kami, ada juga yang berbisik-bisik.
"Woy goblok jangan teriak-teriak, ini kita masih di sekolah" geram Ayra
"Ups, sorry" balas Kila lalu menurunkan kedua tangannya sambil nyengir.
"An...!" Panggil Kila
An adalah nama panggilanku, sedangkan keluargaku sering memanggilku lisa sebagai nama panggilan khusus.
"Apa?"
"Itu tuh" ujar Kila sambil menunjuk ke belakangku, karena meja kantin memang berbentuk bundar, dan kami duduk saling berhadapan.
Lalu aku berbalik melihat ke arah yang di tunjuk Kila tadi. Ternyata itu adalah kumpulan kakak kelas cowok yang termasuk anggota osis, dan yang paling menonjol diantara mereka adalah sang ketua osis. Pas saat aku berbalik, dia juga memandang ke arahku sambil tersenyum, lalu aku membalasnya dengan canggung.
"Cie...cie... yang lagi diliatin" goda Kila
"Udah jadian belum?" Tanya Ayra sambil tersenyum menggoda kearahku.
"Isyh...apaan sih" sungutku lalu mulai memakan pesananku yang baru saja tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Gost
Teen FictionCinta memang bisa membuat seseorang buta akan berbagai hal, termasuk sesuatu yang menyangkut tentang hidupnya.