***
"Kirain tadi yang mau nganterin aku ke rumah Aunty, supir rumah!" ujarku saat kami berdua sudah dalam perjalanan.
"Yah tadinya emang gitu, tapi kebetulan abang pulangnya cepet, jadi sekalian deh jemput kamu. Dan mulai dari sekarang, abang yang akan antar jemput kamu ke sekolah"
"Bang Arya kan kuliah!"
"Iyah, jadi apa salahnya?"
"Ngak salah kok, cuman nanti bang Arya kerepotan kalo antar jemput, kan aku bisa pulang sendiri naik taksi"
"Ngak boleh, mulai sekarang itu kamu tanggung jawab abang, kalo ada masalah atau ada yang gangguin kamu, lapor aja. Nanti abang labrak tuh orang, kalo perlu kamu lapor ke abang 24 jam"
"Ngak usah berlebihan kek gitu juga kali, emangnya aku anak kecil apa pake dijagain ampe segitunya. Aku kan udah gede bisa jaga diri sendiri"
"Oh jadi adik kecil abang ini udah gede, tumben banget kamu ngomongnya bijak gitu" ucap Arya sambil mengacak rambutku.
"Iya dong, masa mau kecil terus"
"Cowok tadi, pacar kamu yah?" Tanya Arya
"Emang kenapa?"
"Ngak kok, cuman mau bilang dia lumayan ganteng juga, keliatanya juga baik. Tapi masih gantengan abang sih" Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arahku
"Dih...kepedean"
"Tapi bener kan kalian pacaran?"
"Enggak...dia itu kakak kelas aku"
"Keliatanya dia suka deh, sama kamu"
"Emang"
"Udah pernah ditembak?"
"Udah"
"Terus kamu nolak dia?" Tanya bang Arya penasaran
"Iya" aku terus menjawab pertanyaan bang Arya dengan singkat.
"Kenapa kamu tolak? Belum bisa move on yah?" Goda Arya kembali
"Apaan sih...aku udah move on. Cuman lagi males aja buat pacaran, ngak ada waktu" jawabku dengan santai
"Diih...sok sibuk. Katanya ngak ada waktu, tapi setiap hari juga pergi jalan-jalan sama dia"
"Bang Arya tau dari mana?" Tanyaku penasaran, karena selama ini aku tidak pernah cerita padanya soal aku yang sering jalan bareng kak Devan
"Iya...adalah"jawabnya santai
"Bang Arya nguntitin aku yah...ayo ngaku" ujarku sambil menunjuk kearahnya.
"Yah enggak lah...kurang kerjaan banget nguntitin orang"
"Trus tau dari mana, aku sering jalan sama kakak kelas aku?"
"Mata-mata abang itu ada di mana-mana, jadi abang bisa tau"
"Diih..."
Percakapan kami berlanjut di perjalanan. Dibanding dari rumahku ke sekolah, rumah aunty maria terletak lebih jauh dari sekolah.
"Mau singgah beli ice cream ngak?"
"Mau dong"
"Mau rasa apa?"
"Seperti biasa"
"Ok"
Tidak lama perjalanan mobil berhenti di depan sebuah mini market.
"Abang aja yang turun beli, kamu tunggu aja disini. Soalnya, mau beli pesenannya bunda juga."
"Aku bantuin yah?"
"Ngak usah, ngak banyak juga kok belanjaanya, tunggu aja yah!"
"Iya deh!"
Saat sedang menunggu bang Arya datang dengan belanjaanya di dalam mobil, aku melihat ada seorang pria berperawakan tinggi, berdiri di bawah pohon, sambil terus melihat kearah mobil yang kutumpangi. Tapi aku tidak terlalu memperdulikanya, karena tidak ingin dia mengira aku yang kepedean karena dipandangi olehnya. Lalu kembali mengalihkan pandanganku pada ponsel yang sedari tadi kugenggam.
Tapi lama kelamaan orang itu masih saja memandang ke arahku, yang membuatku sedikit risih apalagi dengan tatapannya yang tajam membuatku merinding, seolah-olah ingin menguliti orang hidup-hidup.
Jadi kuputuskan untuk memandang sekitarku untuk memastikan bukan aku yang dilihat oleh pria tersebut. Tapi nihil sama sekali tidak ada orang di sekitar jalan sini, selain mobil yang kutumpangi.
Yang kebanyakan terlihat di jalan sekitar sini juga hanya hutan walau tidak terlalu lebat tapi cukup menyeramkan. Bahkan jarang ada kendaraan yang lewat jalan sini, hanya sesekali saja.
Itu berarti, yang sedari tadi dipandangi pria tersebut adalah dirinya. Karena merasa takut jika orang tersebut tiba-tiba menghampirinya dan berbuat hal-hal aneh atau ingin menjahatinya, kuputuskan untuk menyusul bang Arya ke dalam toko.
"Bang Arya, udah selesai belanjanya?" Tanyaku sambil melirik pria tersebut yang masih terus memandangiku, sampai ke dalam toko.
"Loh kamu kok ke sini, kan abang udah bilang, kamu tunggu aja di mobil" ucap Arya sambil menuju ke kasir untuk membayar belanjaannya.
"Di mobil panas, jadi aku susul deh ke sini"
"Ini kakak beli banyak, soalnya buat persediaan juga"
"Eh, iya" jawabku masih terus melirik ke sebrang jalan
"Kamu liatin apasih dari tadi" tanya bang Arya sambil melirik ke arah yang kuliat.
"Ah, itu ngak kok, bukan apa-apa"
"Udah selesaikan belanjanya?
"Udah nih" jawab Arya sambil menunjukkan dua kantong plastik ditangannya.
"Ya udah, kita pulang udah sore juga, aku mau cepet-cepet ketemu sama Aunty Maria" ucapku kegirangan untuk sedikit menutupi ketakutanku.
"Iya, ayo"
Lalu kami kembali masuk ke dalam mobil. Saat kembali melihat ke tempat pria tersebut tadi berdiri, ternyata dia sudah tidak ada. Aku hanya mengedikkan bahu untuk melupakan hal tersebut, mungkin itu hanya orang iseng, batinku. Mobil kemudian melaju pergi meninggalkan toko.
***
Disebrang jalan terlihat seorang pria berperawakan tinggi sedang berdiri di bawah pohon. Dengan sorot mata tajam, menatap seorang wanita berseragam sekolah di dalam mobil putih. Sampai mobil tersebut berlalu pergi kemudian dia menghilang begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Gost
Novela JuvenilCinta memang bisa membuat seseorang buta akan berbagai hal, termasuk sesuatu yang menyangkut tentang hidupnya.