Entah sejak kapan, perasaan Jeanny terasa ringan. Restoran tempatnya makan terlihat lebih bersinar dari sebelumnya. Perempuan itu belum menyadari kalau otaknya sudah cukup terpengaruhi alkohol. Dunianya terasa lebih berwarna dan yang indah. Seolah beban hidup yang selama ini membelenggu menguap lenyap dalam senyap.
"Are you okay?" Dom berdiri dan bergerak mendekati Jeanny yang masih duduk tak memedulikan ajakannya untuk bangkit dari kursi.
Aroma jantan yang dihidu Jeanny semakin membuat tembok yang membatasi nafsu dan akal sehatnya semakin berguncang. Dom membelai wajah Jeanny yang kini menatapnya penuh damba.
Dom mendekatkan wajahnya dan memeriksa tatapan Jeanny. Memastikan apa gairah yang terpancar dari netra sewarna langit itu ditujukan kepadanya. "Sweety, can you hear me?" Kali ini suara Dom yang rendah dan berbisik begitu seksi.
Jeanny tergeragap. Ada getaran halus terasa merayapi perutnya. Berputar lembut, tapi juga memabukkan. "Sorry, aku hanya…." terpesona denganmu, batin Jeanny melanjutkan.
Suara debasan halus dari Dom terdengar. "Aku akan mengantarmu pulang." Dengan gerakan sangat halus, pria itu membantu Jeanny berdiri.
Yang dibantu tak bisa membantah. Siapa yang bisa bertahan terhadap lengan kukuh posesif yang kini merengkuh pinggulnya dengan lembut. Jeanny merasa seperti melayang di antara kumpulan awan kebahagiaan.
Sebenarnya, Jeanny tidak terlalu mabuk. Hanya saja, keberadaan Dom di sisinya membuat pikiran Jeanny lebih sering melalang buana ke tempat yang tidak seharusnya.
Karpet merah lembut yang terasa di bawah sepatu yang dikenakan bahkan membuat Jeanny berkhayal dirinya sedang digandeng keluar gereja setelah meresmikan ikatan suci dengan Dom sebagai suami istri.
Astaga! Jeanny! Jangan lupakan kalau semua pria itu berengsek! batin Jeanny menjerit. Namun, gejolak liar yang selama ini dipendam perlahan merayap keluar. Perempuan itu merasa tabir yang menyelimuti nafsunya kini perlahan terkoyak.
Berbahaya! Dom memang pria berbahaya!
Mereka berdiri sejenak di depan lift dengan ornamen mewah. Sepasang patung dengan bentuk yang bahkan Jeanny bahkan tak bisa mendefinisikan apa yang dilihatnya itu. Yang pasti, patung itu berdiri tegak setinggi lift dengan gagah.
Begitu seriusnya Jeanny melihat kedua patung itu, dia tak menyadari Dom tengah memberikan tip pada penjaga lift saat membukakan pintu dan membiarkan keduanya masuk tanpa dikawal.
Lampu-lampu kota Las Vegas terlihat berkerlap-kerlip di balik kaca ketika lift bergerak turun menuju basemen. Jeanny ingin bergerak menjauh dan berhenti menghirup aroma memabukkan yang terus menguar dari tubuh pria yang diciptakan Tuhan menjadi dambaan banyak wanita itu.
"Aku baik-baik saja. Bisa tolong lepaskan aku?" Jeanny berusaha bicara dengan tenang, tapi suaranya terdengar tercekat dan memohon.
Tampaknya Dom tak ingin memaksa lebih jauh. Pria itu memastikan Jeanny bisa berdiri tegak sebelum melepaskannya dengan lembut.
"Did I scare you?" Lagi-lagi pertanyaan yang sama terucap.
Namun, kali ini Jeanny mendengarnya sebagai sesuatu yang menyedihkan. "Apa kau selalu kesepian?" Perempuan itu mendongak dan menatap mata keemasan itu penuh simpati.
"Eh?"
"I mean, lihat semua hal ini. Harta, kekuasaan, bahkan kau bisa mendapatkan wanita mana pun yang kau mau. Namun, pertanyaanmu tadi terdengar begitu menyayat." Tiba-tiba Jeanny membeliak. Dia bicara terlalu banyak. Alkohol tampaknya sudah sukses merubuhkan salah satu tembok pembatas agar dia tidak terlalu ikut campur dengan urusan atasannya itu. "Ma-maafkan aku. A-ku.…"
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) LOCK ME IN, SUGAR DADDY
RomanceAda degup yang meliar di dada Jeanny, ketika seorang pria matang meninju si berengsek yang berani mengganggunya. Lengan kukuh dengan kekuatan yang mampu meremukkan tulang rahang lawannya tadi, justru membelai pipi gadis berusia 18 tahun itu dengan l...