3. Another Daddy's - Gairah Tersembunyi Pria Berkacamata

16.9K 491 61
                                    

Jeanny terdiam sejenak menatap sesosok pria dewasa berambut kecokelatan yang kini asik mengobrol dengan ibunya. Jeanny menaksir usianya tidak lebih dari 35 tahun. Namun, kenapa dia bisa mengobrol dengan wanita yang memiliki penyakit mental?

Ada helaan napas tertahan setiap kali mengingat kondisi Mommy. Usianya baru 37 tahun, tetapi sudah mengalami banyak hal buruk. Melahirkan di usia yang belum genap dua puluh saja sudah merupakan perjuangan tersendiri. Jeanny menelan kepahitan itu dalam-dalam. 

"Oh, Jeanny!" Margareth melambaikan tangan antusias pada putri tunggalnya. Jika melihat binar bahagia itu, mungkin tak seorang pun menyadari jika hampir setiap malam Margareth berteriak-teriak ketakutan ketika mimpi buruk mencengkeram erat-erat.

"Hello, Mom." Jeanny tanpa ragu langsung memeluk Margareth yang masih terduduk di kursi rodanya. Sebenarnya, Margareth kadang bisa berjalan, tetapi dia lebih sering terduduk. Dokter bilang, tekanan mental menyebabkan syaraf motoriknya kadang tidak berfungsi dengan baik. 

Saat itulah, Jeanny merasa dirinya diperhatikan. Gadis belia itu menegakkan tubuh dan menoleh pada pria dengan rahang berambut halus hingga ke dagu. Dengan hidung mancung sempurna, bibir bervolume yang tersenyum memikat, berewok tipis yang menghias menambah kesan jantan sekaligus manis.

"Miss Valentine. Perkenalkan, saya Michael Johansson. Anda bisa memanggil saya dengan Mike." Mike mengangkat tangannya ingin menjabat tangan perempuan muda itu sebagai bentuk kesopanan.

"Kalau boleh tahu, apa hubungan Mr. Johansson dan Mommy?" Jeanny menolak memanggil pria itu dengan nama kecilnya.

"Saya temannya." Mike sama sekali tidak kehilangan sikap ramahnya meski angsuran jabatan tangannya tadi diabaikan begitu saja.

Jeanny menyipitkan mata tidak suka. "Dari mana Anda mengenal Mommy?"

Sejenak ekspresi Mike menjadi serius. Dia bisa merasakan aura kecurigaan memancar kuat dari Jeanny. "Saya seorang pengacara. Kebetulan seorang klien meminta saya menangani sedikit masalah di sini."  

Jeanny mengumpat dalam hati. Harus diakui kalau suara Mike terdengar lembut dan menenangkan. Namun, entah kenapa membawa rasa waspada dan curiga. Apalagi kasus katanya? Bagaimana seorang pengacara bisa mendekati ibunya? 

Mata gadis itu sejenak melebar sebelum kembali menyipit penuh rasa tidak suka. 

Sial! Apa dia ingin menyeret Mommy ke meja hijau? Tidak akan kubiarkan! Selama aku masih hidup, tidak akan ada seorang pun bisa mengganggu ketenangan Mommy! Jeanny menggerutu.

Saat ini, dia hanya ingin menyingkirkan Mike dari sini secepatnya. Menjauhkan pengacara itu dari Mommy. Jangan-jangan, Mike menanyakan sesuatu yang bisa memancing Mommy kelepasan bicara tentang masa lalunya.

Tidak! Mommy tidak boleh kembali terseret ke meja hijau! Apa pun yang terjadi, masa lalu Mommy harus dia kubur dalam-dalam. Tidak ada siapa pun yang boleh mengoreknya ke luar!

"Saya rasa, Mommy sudah lelah. Anda bisa meninggalkannya sekarang, Mr. Johansson." Jeanny menggeser tangan kanannya ke arah pintu mempersilakan pria itu keluar.

Netra dengan warna hijau teduh itu tiba-tiba meredup dan justru tampak bersinar penuh kasih. "Saya rasa juga begitu."

Mike bergerak ke arah Margareth dan mengecup punggung tangan kanan wanita itu lembut. "Aku pergi dulu, Margareth."

"Aku masih ingin mengobrol." Margareth tampak merajuk. Kantong mata yang menghitam dan menggantung tebal menandakan betapa wanita itu sulit tidur. Margareth hanya bisa tertidur lelap di waktu pagi. Mungkin cahaya dan hangat mentari dari jendela yang dibiarkan terbuka berhasil menenangkannya. Entahlah. Namun, ini tak boleh disia-siakan.

(END) LOCK ME IN, SUGAR DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang