~Wish You Were Here~
Di sebuah kamar yang gelap, dimana hanya ada cahaya dari lampu berdiri di sudut ruangan.
Terdengar isak tangis.
Isakan pilu yang mampu membuat hati setiap orang yang mendengarnya terasa di remas.
Sesak.
Meskipun ia usap berkali-kali, namun bulir bening itu tetap mengalir dari sumbernya.
Ia tiba-tiba teringat kembali bagaimana indahnya masa-masa bersama orang terkasih yang kini telah meninggalkannya.Sungguh, saat ini ia tak berniat bernostalgia. Tapi ingatannya hadir begitu saja.
Isakan nya semakin keras. Menumpahkan segala kerinduan yang mendalam.
Ia tidak khawatir isakannya terdengar, karena orang yang tinggal bersamanya sudah bilang akan pulang larut lagi.
Tapi ternyata tidak,Tok tok tok
"Eonni?"
Segera Miso mengelap air matanya dengan kasar.
"Iya? Kamu kok udah pulang?" Balas Miso senormal mungkin, meskipun suaranya masih terdengar serak
"Latihannya cuma sebentar eon"
"Aku boleh masuk?""Mau apa?"
"Tadi aku ketemu cowok ganteng yang biasa jemput eonni, dia ngasi aku sesuatu dan katanya harus langsung di kasih ke eonni"
Miso langsung mematikan satu-satunya sumber penerangan di kamarnya. Ia tak mau lagi dipergoki menangis sendirian.
"Oke masuklah, tapi langsung tutup lagi pintunya"
Pintu pun terbuka, namun tak segera ditutup oleh Minhae.
"E-eonni gelap banget" ujar Minhae mulai gemetar
Ah, Miso lupa Minhae punya nyctophobia atau pobia gelap.
Miso langsung menyalakan senter ponselnya tanpa melihat kearah Minhae. Ia tak mau Minhae melihatnya menangis lagi.
Terakhir kali Minhae melihatnya menangis malam-malam seperti ini, Minhae kelabakan dan khawatir berlebihan.
Apalagi Miso yang masih enggan menceritakan masa lalunya. Ia jadi bingung mencari alasan yang tepat kenapa ia menangis.
Minhae pun dengan cepat meletakkan barang yang dititipkan padanya di meja belajar Miso. Tak terlihat benda apa itu karena minimnya pencahayaan.
"Makasih ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish You Were Here
FanfictionMakna 'hadir' begitu penting, kan? Ada yang mengharapkan kehadiran dari yang 'tidak mungkin' Ada yang masih bingung siapa yang ia harapkan kehadirannya Dia, Penopang saat kita hampir jatuh Pelindung kita saat bahaya mengintai Obat kita saat ada gor...