5. Imut

1.6K 128 8
                                    

"assalamualaikum" Sena mengucap salam dengan pelan, namun tetap bisa didengar oleh Fabian dan Deon yang berada di belakangnya. Niatnya sih menghorrorkan suasana, karna kamar Rega terlihat gelap.

"waalaikumsalam" jawab kedua makhluk dibelakang Sena. Yang mereka lakukan benar bukan? Bukankah salam memang harus dijawab? Sena melirik kebelakang dan memicingkan matanya.

"ya ahli kubur... " lanjut Sena kurang ajar.

Plak

Nah kan, jadi horror beneran.

"aduh" Sena mengusap kepala belakangnya yang digeplak oleh Fabian.

"anjing lo emang Sen" bisa bisanya Sena menyamakan mereka dengan orang mati. Amit amit.

"kelamaan kalian" Deon nyelonong begitu saja memasuki kamar Rega dan menghidupkan saklarnya.

"lah, sibocah masih tidur" Deon menatap kedua kacung dibelakangnya dengan mengangkat sebelah alis.

"gimana nih? " lanjut Deon.

"maen ps di ruang tengah aja deh, sekalian ngabisin cemilannya tante Rita"

Plak

Lagi dan lagi, Sena mendapat KDRT.

"udah lah, maen di ruang tengah aja. Gak tega gue bangunin si adek"

●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●

"Ragil, Arsal, ayo bangun. Kita makan malam dulu sayang, ayo bangun"

Ragil dan Arsal mengerjapkan matanya, Ragil duduk dengan mata terpejam, sedangkan Arsal ia sudah beranjak mencuci muka bantalnya.

Rega? Masih tidur dong.

"Arsal, tolong bangunin Ragil juga ya, kalian tante tunggu di bawah"

Setelah bunda Rita keluar dari kamar, Arsal yang sudah mencuci muka mulai membangunkan Ragil yang kebonya subhanalloh.

"Gil" Arsal mengguncang tubuh Ragil pelan, namun sang empu tak kunjung membuka matanya.

Bruk

Pada akhirnya Arsal dengan sengaja mendorong tubuh Ragil hingga jatuh dari kasur. Beruntung dibawah ada karpet halus yang tebal, yang siap menangkap tubuh Ragil.

Mata Ragil langsung terbuka lebar. Jantungnya berdegub kencang. Ia menatap sengit sahabatnya yang berdiri tanpa ekspresi apapun.

"ck, ga ada sopan sopannya lo sama tuan rumah"

Arsal memutar bola matanya malas, ia duduk dipinggiran kasur dan menatap Ragil dengan ekspresi datar.

"cuci muka sana. Tante Rita udah nyuruh kita turun"

Ragil segera ke kamar mandi yang ada diruang kamar adiknya untuk mencuci muka.

Arsal menatap tubuh yang terbaring disampingnya dengan senyuman kecil. Lihatlah, betapa polosnya Rega ketika tidur. Arsal mencubit pipi Rega karena gemas.

Siapa yang tidak gemas dengan bayi gede kayak Rega coba?

Bahkan Arsal yang katanya dingin banget kayak doi bisa luluh dihadapan bocah ini.

'Rega gituloh' - Rega

'yeu, sombong lu bambang' - Author

'😊😊😊' - Mahardika Family + Arsal dkk.

RIP author.

Oke abaikan.

Kembali lagi bersama Rega yang masih tertidur.

Pundak Arsal ditepuk oleh Ragil yang sudah selesai mencuci mukanya. "ayok kebawah"

Arsal menaikkan satu alisnya. "Rega?"

"adek masih dihukum sama ayah, ga boleh keluar kamar" Arsal mengangguk, dan keduanya segera turun ke bawah untuk makan malam.

●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●●_●

Suara dentingan piring memecah keheningan malam di rumah istana keluarga Mahardika. Kelurga kecil ditambah dengan teman teman Ragil itu sedang melakukan makan malam tanpa si bungsu. Tak lama kemudian, si sulung meletakkan sendoknnya. Tanda bahwa ia telah usai.

"Aku selesai. Bunda, Gara bawa buburnya ke kamar adek ya? "

Rita mengangguk, mengiyakan permintaan si sulung. Gara pun segera ke kamar adiknya yang berada di lantai 2.

Setelah dibuka, terlihat Rega yang masih bergelung manja didalam mimpi dengan selimut yang membungkusnya sebatas leher dan boneka beruang berukuran besar yang dipeluk dengan erat.

Cup

Satu kecupan Gara daratkan di puncak kepala adiknya yang sangat ia sayangi.

"adek, bangun baby"

Gara mengelus rambut legam Rega pelan secara teratur. Sesekali juga mencubit pipi chubby yang membuat siapa saja ingin menggigitnya.

"euunghh" Rega yang terusik menenggelamkan wajahnya didalam boneka beruang kesayangannya. Gara terkekeh, ia menahan rasa gemas yang memuncak karena ulah adik bungsunya ini.

"jangan gitu dek, nanti sesek loh" bukannya menurut, Rega malah semakin menenggelamkan kepalanya dan melanjutkan mimpinya.

Dan akhirnya Gara langsung mengangkat Rega dan mendudukkannya didalam pangkuan Gara.

"abaang~, masih ngantuk hiks"

"bangun hm, makan dulu dek, biar maghnya nggak kambuh" ucap Gara dengan mencubit hidung adiknya.

Dengan rasa Amat Sangat Terpaksa Sekali, Rega berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat.

"ayo cuci muka dulu" Gara dengan cekatan menggendong bayi besarnya menuju kamar mandi sekalian membantu Rega mencuci muka. Maklum, si bayi masih ngantuk berat gaes.

"coba buka mulutnya, Aaaa" Rega mengunyah makanannya, walau masih setengah sadar.

"makan yang bener adek, nanti kese-"

Uhuk uhuk, uhuk

"--lek"

Tuh kan. Bang Gara memang cocok jadi cenayang. Ada yang setuju kawan kawan?

"makanya, bangun dulu yang bener dek, aduhh gemesin banget sih" ucap Gara setelah membantu adiknya minum sekalian memberi kecupan gratis ke seluruh wajah Rega.

"huaaa AYAAAHH BUNDAA hiks hiks"

Arga, Rita, dan Ragil berlali tergopoh gopoh menuju kamar Rega. Dan setelah sampai, pemandangan yang ia lihat adalah Rega yang menangis dan berontak di pangkuan Gara.

Jika kalian bertanya dimana Arsal, Fabian, Sena, dan Deon...
Mereka sudah pulang. Maklum, udah malam takut dicariin katanya.

'padahal mah mereka bernongki ria di cafe'-- author.

"ada apa sayang? " tanya bunda Rita lembut sambil mengelus kepala Rega.

"abang hiks abang nakal bundaa huaa"

Rita menggelengkan kepalanya, ia mengambil alih Rega dari pangkuan Gara dan memeluk putra bungsunya.

"udah, cup cup jangan nangis sayang"

Sedangkan kedua orang lainnya hanya tersenyum. Mereka tak bisa apa apa. Ingin menenangkan pun pasti nantinya malah lepas kendali, sama seperti Gara. Jadi, hanya bunda Rita lah pawang seorang Regal Agraham Mahardika ketika ia menangis.

Dan ketahuilah bahwa tingkat keimutan Rega itu Over.

๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏๏_๏

Alhamdulillah..
Setelah berabad abad tidak upload, akhirnya author sudah diberi hidayah untuk kembali upload kawan kawan...
Salam hangat dari author resek yang minta ditampol.

Regal |HIATUS|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang