"The meeting of two personalities is like the contact of two chemical substances: if there is any reaction, both are transformed."
—Carl Gustav Jung—Rose
Hari Minggu yang cerah dan berawan. Aku sedang berada di dalam kamar nyamanku. Weekend kali ini aku dapat jatah libur hore! Tidak ada tugas menyebalkan dari Dokter Reino. Benar-benar bebas! Semalam aku tidur larut malam karena maraton K-drama. Setelah sarapan, aku menonton beberapa video operasi milik Professor Deria, salah satu dokter spesialis bedah anak di rumah sakit tempatku menuntut ilmu. Tentu saja, aku mempelajarinya juga. Hari Senin besok aku mulai rotasi bedah anak.Saat belajar terkadang aku cepat sekali merasa lapar. Sepertinya kadar gula di dalam darahku cepat sekali turun ketika belajar. Hahaha payah. Padahal tadi sudah sarapan. Akhirnya, aku keluar kamar dengan niat mengambil beberapa cemilan. Baru beberapa langkah keluar dari kamar, bel rumah berbunyi. Ting..nong...ting...nong...
"LIA!! ADA TAMU, TUH!" aku berteriak cukup keras kemudian bergegas masuk kembali ke kamarku. Aku tidak suka menghadapi tamu. Bahkan, pernah suatu kali aku sendirian di rumah kemudian ada tamu asing, tapi aku tidak membukakan pintu. Biarin, deh dikira enggak ada orang. Aku malas bertemu orang asing.
Sesampainya di kamar, aku mengintip sedikit keluar. Papa sudah membukakan pintu untuk tamunya. Bagus. Aku lupa mengambil cemilan. Duh, semoga tamunya cepat pulang, deh.
Hampir satu jam aku menunggu tamu itu untuk pulang. Namun, tidak ada tanda-tanda tamunya sudah pulang. Aku kelaparan.
Tok..tok..pintu kamarku diketuk.
"Masuk aja! Enggak dikunci!"
Lia masuk kemudian menutup pintu dengan kilat.
"Teh, teteh calonnya kasep pisan? Kok, diem-diem aja, sih?" cerocos Lia.
"Calon apaan, sih? Kuliah aja gak kelar-kelar." aku bingung dengan maksud ucapan Lia.
"Gausah bohong, teh. Itu calonnya teteh tentara, ya? Pernah masuk txtdrberseragam, gak?"
"Apa-apaan, sih? Tentara apa?" aku semakin bingung dengan Lia. Aneh banget!
Tok...tok...pintu diketuk entah oleh siapa kali ini.
"Teteh, itu tamunya mau ketemu teteh!" ucap sebuah suara—suara Mama— yang khas.
"Hah? Iya!"
Ketika aku sudah memegang gagang pintu, Lia menahanku.
"Teh? Ini serius teteh kucel begini mau ketemu calonnya?" Lia memperhatikanku kemudian geleng-geleng kepala.
"Calon apa, sih? Minggir!" Aku bergegas keluar dari kamar, mengabaikan ocehan Lia.
Di ruang tamu ada Mama, Papa, dan seorang pria yang tidak asing. Seragam hijau lumut—persis seperti yang pernah kulihat—, wajah tampan, tapi tunggu sebentar. Ini, kan tentara yang pernah membantuku? Jangan-jangan dia mau minta uang ganti ban.
"Ma, ini si teteh disuruh mandi dulu gamau. Semangat banget mau ketemu calon!"
Lia dan mulut julid netizennya.
"Calon apa?!?" mataku melotot ke arah Lia yang tertawa.
"Teh, duduk dulu sini. Kenalan dulu." kata Papa. Aku duduk di samping Mama, berhadapan dengan pria asing ini. Begitu banyak pertanyaan di kepalaku. Kenapa pria ini bisa ada di rumahku? Kenapa pula Mama dan Papa tampak akrab dengan pria ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Recherché
Romance[ON GOING] "Take your mask off when I'm around you, darling. So that I can love you properly." said Jeffrey to Roseanne. "Love has a powerful way of removing the mask we all insist on wearing." -Jessy-