Chapter 7: Réputation

1.6K 337 27
                                    

"Human minds are more full of mysteries than any written book and more changeable than the cloud shapes in the air."
Louisa May Alcott—

Rose
Bohong jika aku tidak tertarik dengan Jeffrey. Jika aku boleh melantur sedikit, Jeffrey bagaikan oasis di tengah gurun pasir (baca: hatiku). Hari ini hari Minggu dan Jeffrey dengan seenaknya mengajakku pergi. Aku sedang berada di kursi penumpang mobil milik Jeffrey. Oke, kembali bercerita.

Ketika Jeffrey hadir di hidupku, ada satu hal yang aku khawatirkan. Mungkin hubunganku dengan Jeffrey tidak akan berjalan mulus. Seorang Rose yang mempunyai reputasi berbeda-beda di tiap tempat berbeda. Begitu aku mendeksripsikan diriku hahaha. Di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama aku mendapat reputasi 'the smart one'. Di Sekolah Menengah Atas, aku mendapat reputasi 'sleepyhead' dan 'lazy girl'. Di dunia perkuliahan dan dunia orang dewasa, aku mendapat reputasi 'Si Telat'. Aku tidak heran, sih. Aku baru menjadi mahasiswi kedokteran di usia 20 tahun setelah 3 tahun berjuang demi mendapatkan satu kursi di fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri. Aku pernah gagal tes masuk fakultas kedokteran berkali-kali. Semua orang yang kukenal terutama keluarga besarku, menekanku terus, menghasutku untuk pindah jurusan saja. Kenapa ngotot sekali harus jadi dokter? Ada alasannya, nanti kuceritakan. Aku terkadang ingin tahu rasanya mendapatkan sesuatu tanpa harus berjuang. Ya seperti iseng-iseng berhadiah.

Aku resmi menjadi seorang dokter umum ketika berusia 26 tahun, dimana saat itu semua orang sedang berlomba-lomba menapaki karier bergaji besar atau membangun keluarga kecil. Lagi-lagi, aku ditekan dengan pertanyaan 'kapan menikah?'.

Aku pernah punya mantan gebetan, sebut saja begitu. Sewaktu di Sekolah Menengah Pertama, aku dan laki-laki itu cukup dekat. Ketika aku dekat dengan laki-laki itu, sahabat terdekatku dan beberapa guru sekolah menilaiku dengan tidak pantas. Bahkan, beberapa menggosipkan diriku. Intinya aku seperti dijudge dan seperti ada aturan tak tertulis bahwa perempuan tidak boleh menyukai laki-laki. Aku sadar bahwa aku tidak pernah benar-benar mencintai seseorang. Aku hanya pernah kagum atau suka saja. Akhirnya aku menjauh dari laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu mulai membuat rumor-rumor aneh tentang diriku yang sepertinya hampir semua orang percaya. Rumor seperti...'Rose cepat sekali berganti gebetan' atau 'Rose punya banyak pacar'. Semua orang di Sekolah Menengah Pertama mencapku sebagai 'playgirl' padahal tidak ada bukti konkretnya. Sejak saat itu, aku trauma untuk membuka hati. Aku takut dijudge dan takut dibenci lagi.

Yang dapat aku simpulkan adalah semua orang berekspektasi terhadapku. Padahal jelas-jelas mereka tidak mendapatkan keuntungan apapun. Ketika ekspektasi mereka terhadapku tidak terpenuhi, mereka mulai berusaha membuat reputasiku terlihat buruk. Aku tidak pernah mempedulikan reputasiku. Benar-benar bodo amat.

But when Jeffrey came into my life, I start to wonder, 'could something fake affect something real, like could my reputation affect someone's getting to know me?' How much does all that matter? Kind of questioning the reality and the perception of a reputation, what that actually is... how much weight it actually has.

Aku khawatir Jeffrey akan lari terbirit-birit ketika mengetahui reputasiku. Sepertinya mustahil Jeffrey tidak mengetahui reputasiku. Cepat atau lambat Jeffrey pasti tahu. Hubunganku dengan Jeffrey...ah sudahlah. Aku tidak mengharapkan apapun.

"Rose, ayo turun. Udah sampai." ucap Jeffrey.

Aku melihat ke arah kanan dan kiri, "ini dimana, Jeff?"

"Rumah orang tua saya."

HAH APA? oRAnG tUA???

RecherchéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang