"The human face is, after all, nothing more nor less than a mask."
—Agatha Christie—Rose
Aku terdiam menatap langit-langit kamar hotel. Pikiranku berkecamuk, membuat sakit kepalaku bertambah parah. Wangi dari freshcare tidak membantu meringankan sakif kepalaku. Sudah setengah jam aku berbaring di atas kasur empuk ini. Aku tidak peduli dengan tatanan rambutku yang mungkin saja sudah amburadul. Aku terlalu letih untuk memikirkan penampilan. Toh, tidak akan ada yang memperhatikan.
"Teh, ayo bangun. Udah mau mulai acaranya." Ucap sebuah suara. Itu suara adik perempuanku, Lia.
Aku tidak peduli. Kemudian, tangan Lia menarik tanganku cukup keras hingga aku terbangun dari posisi tidurku. "Lia!" ucapku sedikit berteriak, tidak terima dengan perlakuannya.
"Teteh tidur mulu. Itu udah dicariin sama yang lain." Lia merapikan tatanan rambutku.
"Gila. Tadi, kan teteh udah bilang, kepala teteh sakit. Teteh mau istirahat dulu sebentar."
"Enggak bisa, teh. Teteh setor muka aja dulu yang penting. Nanti duduk aja disana." Lia masih berusaha membujukku.
Hari ini aku menghadiri acara resepsi pernikahan saudara sepupuku. Resepsi pernikahannya diadakan di sebuah hotel bintang lima yang cukup terkenal di bilangan Jakarta Selatan. Sejak kemarin, keluarga besarku sudah berkumpul menginap di hotel mahal ini. Aku tidak ikut menginap karena ada jaga malam. Pagi-pagi sekali aku berusaha datang ke hotel ini karena merasa tidak enak hati dengan saudara sepupuku. Aku bahkan sampai memohon kepada dokter pembimbingku untuk pulang lebih awal dari yang seharusnya. Aku belum tidur pulas dari kemarin. Kepalaku terasa sangat sakit, efek tidak tidur. Dan sekarang? Keluargaku bahkan tidak memberi sedikit pengertian. Mereka memaksaku hadir selama acara berlangsung. Aku benci hal seperti ini. Ketika berkumpulpun, mereka hanya membicarakan hal-hal sampah.
"Rose!!" Ah, suara mamaku. Mama datang dengan dandanan yang medok, bahkan mungkin lebih pangling dari mempelai wanita.
"Rose, kamu ngapain, sih? Tidur melulu. Anak gadis jangan malas!" omel mama. Mamaku memang hobi mengomel.
Mama menatap Lia kemudian melanjutkan omelannya, "Adek juga bukannya bangunin Teteh!".
"Tuh, kan. Adek kena omel juga gara-gara Teteh!"
"Aku entar nyusul kesana." kataku.
"Enggak bisa. Pokoknya kamu harus sekarang kesana. Itu udah pada dateng. Rose, jangan begini, dong. Udah berapa kali mama bilang, kamu jangan anti sosial begini." suara mama meninggi.
Aku kesal sekali. Semua orang selalu salah paham dengan sifat introvertku. Anti sosial? Tolong bedakan anti sosial dengan introvert. Aku hanya tidak punya banyak energi untuk meladeni orang lain, terutama dengan topik pembicaraan yang tidak penting seperti, "kapan kamu nikah?" atau "kok belum punya rumah sendiri? Dokter, kan gajinya besar!" dan masih banyak lagi hal-hal bodoh yang sering dijadikan topik pembicaraan oleh keluarga besarku.
"Aku bukan anti sosial, ma. Aku C-A-P-E-K. Belum tidur dari kemarin!" aku mulai meninggikan suaraku juga.
Baiklah, aku memang kurang ajar. Bersikap tidak sopan dengan orang tuaku sendiri. Anggap saja itu sifat burukku. Lagipula, mama yang lebih dahulu meninggikan suaranya. Jangan tertipu dengan tampang innocentku. Aku tidak sebaik yang kalian kira. Aku kasar, egois, dan pemarah. Aku mudah terpancing dengan hal sepele. Beberapa orang terdekatku pernah bilang, "ke psikolog sana! Lo kayaknya ada anger management issue." Padahal jelas-jelas aku hanya menunjukkan sifat asliku. Oh, ayolah kita semua butuh ruang untuk melepas topeng.
"ROSEANNE! JANGAN TERIAK-TERIAK!" lihat, kan siapa yang berteriak?
"Mama juga teriak!"
"Roseanne!" Kali ini papaku yang datang melerai.
Tch, baiklah. Lebih baik aku mengalah saja. Jika nanti aku pingsan di ballroom, biarkan saja mama yang repot. Aku merapikan dress yang sedikit lecek. Mendecih pelan kemudian berjalan keluar kamar. Aku berusaha menetralkan raut wajahku. Malas kalau sampai ada yang bertanya-tanya ada apa dengan wajah kusutku. Topengku yang tadi terlepas, kini kupakai kembali. Ah, kali ini topeng untuk keluarga besar yang kupakai. Asal kalian tahu, aku punya banyak topeng untuk berbagai macam situasi.
Welcome, another Roseanne.
Halo! Work ini cuma meminjam visual Rosé dan Jaehyun. Jadi, kalau kalian berpikiran, "Rosé kan mudah tersentuh hatinya. Kok di cerita ini Rosé buruk banget?" Yah, justru itu makanya cuma minjam visual. Semua tokoh dalam work ini enggak ada sangkut pautnya sama sifat asli mereka di dunia nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Recherché
Romance[ON GOING] "Take your mask off when I'm around you, darling. So that I can love you properly." said Jeffrey to Roseanne. "Love has a powerful way of removing the mask we all insist on wearing." -Jessy-