BAB TIGA < Bad-day 2 >
^ selamat membaca cerita Senja di Ujung SenduNow Playing = Wake Up - Elaine🎶
.
.Setelah dosen rese itu pergi, Rara mencak-mencak tidak jelas sambil menyumpahi Pak Alam. Ini kuliah pertama dan banyak kakak tingkat yang mengulang kelas. Rara malu sekaligus kesal, apalagi tadi Sonia dengan sengaja mengejek Rara dengan angkuh. Sonia memang seperti itu, padahal Rara tidak merasa punya masalah dengan Sonia. Malahan Sonia yang sering berulah dan membuat masalah dengan Rara. Menurut Rara Sonia gadis yang baik, cuman kurang perhatian dan kasih sayang. Dimana-mana selalu mencari perhatian, cari muka dengan banyak dosen, dan membuat ulah dengan mem-bully adek tingkat yang dikira akan menyaingi Sonia.
"Ra, tadi Sonia tidur deh pas bapak dosen menjelaskan, dia juga tadi browsing itu buat jawab pertanyaan itu. Memang dasar cari muka, kesel gue sama itu orang."
"Dahlah, lagi males gue ribut sama Sonia. Biarin saja, gue laper ke kantin yuh." Cengir Rara tanpa dosa
"Lo mah perut terus yang diisi, dasar weteng karet." Celetuk Zeba dengan bercanda
Mereka berdua pergi ke kantin dan duduk di bangku pojok sebelah kanan. Mereka memilih duduk di pojok yang tidak terlalu bising dan menghindari melihat orang yang berlalu-lalang, kata Zeba membuat dirinya tidak berselera makan. Aneh memang kebiasaan Zeba.
Rara memesan bakso dan es jeruk, sedangkan Zeba memesan soto sapi dan teh hangat. Saat pesanan mereka datang, Rara mengambil kerupuk tiga bungkus di meja depan. Satu untuk Zeba dan dua bungkus untuk Rara. Menurut Rara apapun makanannya, mau tempe goreng dengan sambal doang kalau dimakan pakai kerupuk akan menjadi sangat nikmat. Pernah saat mereka makan siang di restoran Jepang, Rara dengan polosnya meminta kerupuk ke pramusaji. Jelas itu membuat malu Zeba, sejak saat itu mereka lebih memilih makan di warung pinggiran yang tidak kalah enak dengan restoran mahal.Drtt drtt
Drtt
Drtt drt drrttRara menoleh ke ponsel yang dipenuhi notif chat dari grup kelasnya. Teman-temannya sedang bergembira saat ketua kelas memberitahu bahwa dosen Antropologi tidak bisa hadir dikarenakan anaknya sedang sakit.
"Alhamdulillah." Ucap zeba dengan gembira
"Astagfirullah istighfar lo, anaknya Bu Sindi lagi sakit malah disyukuri. Kualat baru tahu rasa lo." Sewot Rara
"Anjim, gue ga nyukurin anaknya sakit, tapi gue nyukurin kelas kosong. Emang lo ga seneng?" bela Zeba kepada Rara
"Gue mah ga seneng, lo liat deh tugasnya. Disuruh merivew jurnal yang halamannya sampai 203 dan dikumpulin nanti. Memang ga ada akhlah ngasih tugasnya ga kira-kira." Protes Rara
"Ga usah banyak ngomong deh, habis ini kita ke perpus cari jurnalnya. Gue ga mau ya ga dapet jurnal dan harus barengan sama yang lain."
"Lo cari deh jurnalnya, gue mau beli cireng sama keripik dulu buat nugas. Kalau sudah ketemu nanti duduk di taman aja yang wifinya lancar." Ucap Rara dengan diiyakan oleh Zeba.
Rara berlalu ke arah kantin Mang Asep dan Zara yang sudah berjalan ke arah pepus. Kantin UPN ini memang bersebelahan dengan tempat perkir, jadi memang tidak pernah sepi. Antara kantin dan tempat parkir dipisah dengan kolam buatan dan jembatan yang semakin nyaman dijadikan tempat pelarian saat bosan di dalam kelas. Rara mengamati kendaraan yang diparkir sangat rapi, matanya lurus menatap sedan hitam yang akan keluar dari tempat parkir. Rara terkejut saat tahu sedan itu memiliki plat yang hampir sama dengan milik seseorang yang dikenalnya. "Ah tidak mungkin, mungkin hampir sama dan aku yang lupa." Batin Rara sambil membayar cireng miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika dan Senja
General FictionKau adalah senja untukku. Sejauh apapun kita, aku maunya kamu. Di buku ini, jangan dulu kau izinkan perempuan lain menuliskan tentang kamu ya? Tunggu aku :)