02 Bad-day

45 14 6
                                    

BAB DUA < Bad-day >

^ selamat membaca, jangan lupa vote dan beri komentar 😊

Now Play = What the Fuck - Hugel ft Amber van Day🎶

.
.

September 2020
Hari ini Rara tidak bersemangat, sedari tadi manyun dan enggan tersenyum. Rara gusar dan terus memperhatikan benda yang melingkar dipergelangan kirinya. Lima belas menit lagi kelas akan dimulai, dan Rara masih menunggu ojek online yang sedang menambal ban. Rara kesal dan mengumpat dalam hati, bagaimana tidak. Ini semester awal dan kelas yang akan diampu adalah Statistik Pendidikan. Dengar-dengar dari kating, statistik termasuk matkul yang susah, dan dosennya terkenal killer.

“Yuk Neng.” Ujar abang ojol, Rara pun menaiki dan berdoa semoga dia tidak telat. Biasanya Rara berangkat bersama abangnya, tapi karena Bang Dipa masuk siang, jadilah Rara berangkat menggunakan ojek online. Sesampainya di depan gerbang, Rara membayar dan langsung berlari menuju ruang D-302. Dengan nafas yang terengah-engah Rara berlari menaiki anak tangga dan menghiraukan sapaan dari adek tingkatnya. Kenapa tidak ada lift atau eskalator di kampus ini? Saat fokus berlari, Rara dengan tanpa sengaja menabrak laki-laki yang membawa tumpukan kertas. Kertas itu berhamburan, dengan segera Rara membantu asal dan memakinya.

“Gimana sih, kalau jalan liat depan dong. Aku buru-buru ini, lain kali hati-hati. Dasar picek." Omel Rara dan pria yang ditabrak Rara masih mendegar makian yang tak sopan itu. Rara langsung melanggang  dan sudah tidak terlihat karena berlari menuju kelasnya.
Setelah di ruang kelas, Rara menghampiri sahabatnya dan meletakkan ransel merk Elizabeth di kursi sebelah kanan.

“Untung lo ga telat Ra.” kata Zeba dengan panik.

“Denger-denger nih, dosen statistik galak, dan ngasih nilainya juga susah. Jangan sampai punya masalah sama itu dosen, bisa-bisa nilainya auto C.”  ucap Zeba.

“Masa sih? Gue ga paham kalau sama hitung-hitungan. Anjiir kenapa ada statistik sih, gue liat bukunya udah mubeng duluan.” Ucap Rara

“Omegod, lo aja bilang susah apa kabar otak gue yang pas-pasan Ra. Niat hati ngambil Sosiologi tapi eh tapi ketemu statistik.
Eh.. dosennya dateng.”  Senggol Zeba.

Rara yang sedang menunduk dengan malas melihat ke arah dosennya datang. Rara membelalakkan matanya. Dia kaget dan takut.

“Astaga Zeb, tadi gue nabrak itu dosen. Parahnya lagi gue maki-maki.” Bisik Rara kepada Zeba.

“Demi apa lo? Mampus dah lo ngulang kelasnya. Semoga bapak dosennya ga inget sama muka lo Ra.” jawab Zeba
“Amiin.”

Rara mencatat materi dengan menopang dagu, terkadang mencoret-coret kertas yang tidak bersalah. Rara bosan, ngantuk, jenuh mendengarkan materi yang tidak masuk ke otaknya. Tadi dosen yang ditabrak Rara memperkenalkan diri, Beliau bernama Edzard Alam Gunadhya. Menurut Rara namanya aneh, juga mengucapkannya yang sulit. Kenapa tidak Eza atau Guna, atau namanya malah Alam? Pikir Rara sambil terkekeh. Padahal Rara pikir tadi dia menabrak kating, ternyata dosen. Terbilang masih muda untuk dosen-dosen di Universitas Pendidikan Nusantara ini. Dan parahnya, Beliau mengajar statistik. Pasti masa mudanya tidak bahagia karena sudah berkutat dengan angka dan penelitian.

Pria yang sedang menjelaskan materi di depan  memperhatikan mahasiswanya, dia melihat ada mahasiswa di sebelah kanan yang sedang melamun, Ia masih ingat gadis itu yang menabraknya tadi pagi. Dengan tidak sopan gadis itu memaki, padahal sudah jelas dia yang salah.

“Kamu yang memakai baju bewarna krem.”

“Saya pak?” tunjuk Rara pada dirinya sendiri.

“Coba jelaskan pengertian variabel dan frekuensi sesuai dengan penjelasan yang sudah saya katakan!’'

“... mm maaf Pak, saya tidak tahu.” jawab Rara

“Saya tidak tahu?” dengan menekankan jawaban Rara.
“Kamu itu mahasiswa, jawaban saya tidak tahu itu seperti jawaban anak SD kelas tiga!” kata Pak Alam.

“Ya Bapak menjelaskannya tidak jelas!” sanggah Rara

“Jadi saya menjelaskannya tidak jelas? Baik jika Clemira Yasmin belum bisa menjawab. Kelas ini tidak akan saya berikan jam istirahat”

“Loh! Ga boleh begitu dong Pak. Jangan mentang-mentang Bapak di sini menjadi dosen terus seenaknya saja ya sama kami.” Tantang Rara

“Yang sopan kamu! Saya berikan kamu nilai E. Kelas ini juga tidak saya berikan jam istirahat gara-gara kamu.”

Rere melongo tak percaya, dia kesal habis-habisan dengan dosen yang menurutnya GILA ini. Rere menahan amarah, bagaimanapun dia tahu tempat. Dia tidak mau membuat kelas tambah gaduh.

“Adakah yang bisa membantu Clemira Yasmin untuk menjawab?” tanya Pak Alam.

“Saya Pak!” jawab Sonia dengan percaya diri. Sonia menjawab dengan lancar dan benar mengenai pengertian variabel dan frekuensi sesuai dengan yang dimaksud Pak Alam. Sonia tersenyum remeh ke Rara saat jawabannya itu benar.

“Kamu dengar? Teman kamu bisa menjawab pertanyaan saya. Silahkan saat jam kuliah selesai nanti kamu ke ruangan saya jika ingin memperbaiki nilai.
Baik untuk perkuliahan hari ini sampai di sini, lanjut minggu depan. Selamat Siang.” Ujar Pak Alam.

“Anjir,” batin Rara sangat kesal

Terimakasih yang sudah membaca, minta vote dan komennya juga ya :)
💜💜

Arunika dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang