Chapter 3

745 105 18
                                    

"Iya Kak, jadi tadi si Ruto cerita kalo di deket kota tempat tinggal dia di Jep- Kak Hyunsuk lagi chat sama siapa sih sampe ga dengerin aku ngomong?"

Doyoung yang daritadi semangat menceritakan apa yang dia dengar dari Haruto di sekolah seketika menjadi tidak niat lagi.

Mereka sedang duduk di salah satu cafe di Hongdae, dan dari awal mereka duduk sampai sekarang, Hyunsuk tidak berhenti memainkan ponselnya. Terkadang diselingi dengan kekehan kecil.

"Engga, ini si Gon ngasih tau kalo si Raesung sama Junkyu akhirnya jadian juga. Trus dia seneng aja soalnya dia yang jadi mak comblang. Sorry, sorry, tadi kamu ngomong apa?"

"Oh hahaha. Kak Gon lagi ya. Kakak kenapa ga jadian aja sama Kak Gon kalo emang lebih nyaman sama dia?"

"Doyoung, please. Jangan mulai lagi. Kamu kan tau sendiri Gon itu temen aku dari kecil. Wajarlah kalau aku udah nyaman sama dia. Kamu mau aku sama dia kayak orang ga kenal gitu? Aku udah kenal dia jauh sebelom aku kenal kamu ya Doy."

"Kak, maksud ak-"

"Aku mau ke toilet bentar. Kamu tentuin abis dari sini kita mau kemana. Aku butuh dinginin kepala dulu."

--




Malam ini Doyoung memutuskan untuk menginap di apartemen Hyunsuk. Ia tahu perkataanya tadi pasti menyakitkan dan Ia akan membayarnya dengan memanjakan kekasihnya itu semalam penuh.

Entah kenapa Doyoung merasa bahwa akhir-akhir ini ada yang berbeda dengan Hyunsuk. Lebih tepatnya dengan hubungan mereka. Seakan-akan mereka sudah tidak peduli lagi terhadap satu sama lain.

Bisa saja karena mereka sudah saling percaya, mengingat tahun ini adalah tahun ketiga mereka bersama. Tetapi bisa juga mereka sedang dalam tahap jenuh terhadap satu sama lain. Sudahlah, Doyoung tidak mau berpikir yang aneh-aneh.

"Kak, mau aku buatin susu? Atau teh? Kasian lambung kamu diisi sama kopi terus. Awas asam lambungnya naik lagi loh."

Tidak ada jawaban dari Hyunsuk.

Doyoung yakin dia sedang tenggelam didalam tumpukan tugas kuliahnya. Akhirnya Doyoung pun memutuskan untuk membuatkan susu saja.

Teh juga ada kafeinnya mending susu aja deh, siapa tau tingginya masih bisa nambah hehehe.

"Kak, diminum dulu susunya. Ih, kamu mulai ngerokok lagi? Katanya waktu itu mau coba buat berhenti? Duh, Kakak ini. Udah senengannya minum kopi, terus sekarang mulai ngerokok lagi, nanti kalo lambung sama paru-parunya kenapa-napa kan-"





Cup!









"Hei, berisik ya. Aku tadi ngerokoknya cuma sebatang doang, sayang. Panas kepalanya gara-gara mikir terlalu keras. Jadi ya ngerokok bentar berharap ada ide dateng biar tugasnya cepet kelar."

Betul sekali. Hyunsuk baru saja mengecup pipi kekasih bawelnya itu. Kalau tidak segera dihentikan, bisa-bisa tugasnya baru akan selesai besok pagi.

Yang baru saja dicium hanya bisa terdiam. Apalagi dengan tambahan panggilan "sayang" tadi. Jujur, Doyoung masih belum terbiasa dengan perlakuan manis yang diberikan oleh Hyunsuk.

Entah datang darimana, tiba-tiba muncul ide jahil di kepalanya.

"Kak, kalo cium disini aja boleh ga?" tanya Doyoung sambil menunjuk bibirnya.

"Hush! Nakal banget kamu ya! Masih kecil juga. Engga engga, kalo sama kamu cukup disini,"

Hyunsuk menangkup pipi gembil Doyoung dan;

Cup,

Satu kecupan di dahi.

"Disini,"

Satu kecupan di hidung.

"Disini dan disini."

Dua kecupan terakhir di pipi kanan dan pipi kiri.

"Kalau disini," Hyunsuk menunjuk bibir Doyoung, "tunggu sampe kamu ulang tahun ke 20, baru aku kasih yang kamu minta."


Sehabis mengatakan itu, Hyunsuk langsung menarik Doyoung kedalam pelukannya. "I love you so much, my little angel. Kamu janji jangan pernah tinggalin aku. Bisa mati aku Doy."

Doyoung mematung didalam pelukan Hyunsuk, mencoba meresapi kata-kata yang baru saja Ia dengar.

Ia sangat menyesal telah mengatakan hal yang tidak-tidak seperti waktu di cafe tadi.

"Kak, maafin kata-kata aku tadi ya? Aku cuma ga suka aja Kakak keliatan jauh lebih nyaman sama Kak Gon, padahal aku kan pacar Kakak. Maafin juga kalo selama ini aku bersikap kayak anak kecil. Mulai sekarang, aku bakal coba untuk jadi lebih dewasa."

"Udah ah Dobby, ga usah dipikirin lagi. Eh, kok kamu nangis sih?" Hyunsuk melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang keluar dari mata Doyoung.

"Sayang itu airmatanya, mending disimpen buat nonton film sedih. Udah sayang, udah yuk nangisnya hahahah kenapa kamu malah nangis sih,"

Hyunsuk kembali membawa Doyoung kedalam pelukannya, menggerak-gerakkan badan mereka ke kiri dan ke kanan bersamaan. Ia bisa merasakan bajunya sudah mulai basah oleh air mata.

"Aku juga sayang Kakak. Sayang banget. Aku takut Kakak hilang, diambil si dinosaurus itu."

Senyum langsung merekah di wajah Hyunsuk. Kalimat yang baru saja diucapkan Doyoung itu langsung memberikan energi dan membuat moodnya naik seketika.




Sebelum semuanya dihancurkan.

Oleh satu deringan dari ponsel Doyoung.





"Kak, bentar ya. Ini si Haruto tiba-tiba telpon. Kayaknya penting deh, soalnya dia jarang banget nelpon kayak gini. Bentar ya."

Doyoung segera menghapus air matanya dan memberanikan diri untuk mengecup pipi Hyunsuk, sebelum berdiri dan berjalan ke arah balkon untuk menjawab panggilan tersebut.

Hyunsuk hanya  menatap nanar kepergian Doyoung.

Kenapa Tuhan senang sekali  mempermainkannya? Belum ada semenit yang lalu dirinya dibuat bahagia dengan perkataan Doyoung, sekarang kekasihnya sedang asik berbicara dengan orang lain.

Haruto, si anak tengil yang tiba-tiba muncul dan seakan berusaha merusak hubungannya dan Doyoung.

Kadang Hyunsuk merasa bahwa Doyoung jauh lebih nyaman dengan manusia satu itu daripada dengan dirinya. Apa mungkin karena umur mereka yang hampir sama?

Apakah ini yang dirasakan Doyoung ketika melihat dirinya bersama dengan Gon?

Entahlah.

Ingin rasanya dia merokok untuk menghilangkan semua pikiran buruk yang sedang menari-nari di kepalanya. Tapi, Ia sudah berjanji pada Doyoung untuk tidak merokok lagi, dan dia tidak akan mengingkarinya.

Hyunsuk meremas kotak rokok yang berada didalam genggamannya, kemudian melempar asal ke sembarang arah.

Ia segera bangkit dari tempat duduknya dan memilih untuk pergi ke kamar. Persetan dengan tugas kuliahnya. Ia sudah tidak dapat berpikir dengan jernih lagi. 

--



Ruangan tengah yang sempat menyaksikan tawa bahagia pasangan tersebut kini menjadi sepi. Yang tersisa hanyalah kertas-kertas yang berserakan, laptop yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya dan segelas susu hangat yang tidak tersentuh sama sekali.

-/--/-






















Hi guys!
Wow, 21 readers👏🏻
Thank you so much! I feel so honoured☺️

Please give lots of love and keep supporting this story❤️

Salam💎

GOODBYE ROAD ✔️| TREASURE (HYUNSUK X DOYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang