Jisung tengah menunggu kedatangan suaminya. Ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Namun suaminya itu tak kunjung datang. Ia melihat ponselnya dan kebetulan suaminya mengirimkan pesan padanya.
Jinnie💕
Honey, maaf aku tidak akan pulang. Aku harus lembur, maafkan aku ya😔
Kau tidurlah, kita akan merayakannya besok. I love you Honey 😘
23.25Love you too
23.26Jisung menaruh ponselnya di meja makan. Kemudian membereskan semua makanan yang ada di meja. Padahal ia sudah menyiapkan makanan sebanyak ini tapi suaminya malah tidak pulang. Sudah tidak ada mood untuk makan, Jisung memutuskan untuk kembali ke kamarnya setelah semua makanan sudah masuk ke dalam kulkas. Jisung langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Ia hanya menatap langit-langit kamar. Ia tertawa. Entah apa yang ia tertawakan, mungkin dirinya sendiri.
Dan beberapa menit setelah tawanya hilang Jisung mulai menangis."Bunda, Jisung salah apa sampai Jisung dikhianati? Jisung udah percaya banget sama Hyunjin tapi Hyunjin malah ngilangin kepercayaan Jisung. Jisung cuma mau Hyunjin jujur sama Jisung" Jisung berbicara seakan ada bundanya di depannya. Jisung kembali mengingat kejadian yang membuatnya seperti orang gila hari ini.
Satu tahun lalu tepat dihari ulangtahunnya, ia melihat Hyunjin berjalan beriringan dengan seseorang yang bahkan Jisung tak pernah melihatnya. Jisung tak mau berburuk sangka, mungkin saja orang itu adalah klien Hyunjin. Orang itu tentu bukan teman Hyunjin karena Jisung tau semua teman Hyunjin. Karena penasaran Jisung mengikuti mereka dan itu merupakan keputusan terburuk yang pernah Jisung buat. Ia melihat Hyunjin dan orang itu berciuman didalam mobil Hyunjin. Dan yang memulai adalah Hyunjin. Air mata Jisung jatuh begitu saja. Sakit, itu yang Jisung rasakan. Melihat orang yang benar-benar kau percaya mengkhianati mu adalah hal paling menyakitkan. Ingin rasanya Jisung menampar Hyunjin saat ini juga tapi ia masih menahan diri. Jisung langsung berlari dan masuk kedalam mobilnya. Ia menangis sejadi-jadinya. Meluapkan segala kekecewaannya terhadap Hyunjin.
Jisung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jisung berhenti di sebuah tebing. Tempat yang selalu ia datangi ketika ia sedih, kecewa atau bahkan hancur.
Jisung kembali menangis. Ia berteriak sekencang mungkin untuk meluapkan sesak di dadanya. Menceritakan segalanya tanpa ada yang mendengar. Jisung selalu melakukan ini dulu. Tapi tidak dengan 4 tahun terakhir. Setelah ia menikah dengan Hyunjin ia tidak pernah menapakkan kakinya di tebing ini. Ia merasa menjadi orang paling bahagia di dunia. Dan ia melupakan keberadaan tebing ini. Selama 4 tahun terakhir Hyunjin lah yang menjadi tempat Jisung untuk berkeluh-kesah. Namun sekarang Hyunjin lah yang membuat Jisung hancur berkeping-keping.
Melihat indahnya laut dari atas tebing membuat Jisung sedikit lebih tenang. Matahari mulai tenggelam dan Jisung masih saja duduk di tebing itu. Ia tidak ingin pulang, tidak ingin melihat orang yang membuatnya kembali menangis. Orang yang telah melupakan janjinya. Orang yang bilang tidak akan pernah membiarkan Jisung menangis. Dan sekarang orang itulah yang menjadi penyebab Jisung menangis seharian. Jisung mulai bertanya-tanya apakah hanya ia yang bahagia dengan pernikahan ini? Apakah Hyunjin tidak bahagia hidup bersama Jisung? Apakah hanya Jisung yang mencintai Hyunjin?
Ting!
Jisung mengabaikan bunyi ponsel nya itu. Ia hanya ingin sendiri sekarang. Mungkin ia akan menginap di hotel. Jisung bangun dari duduknya membersihkan celananya dari tanah dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Menyalakan mesin mobil dan menyalakan musik. Ia tidak ingin menangis lagi. Matanya sudah bengkak sekarang. Jisung mengendarai mobil dengan kecepatan normal. Ia membuka jendela dan menikmati udara segar di pinggir laut. Ia memutuskan untuk melupakan masalah ini. Ia ingin Hyunjin jujur dengannya. Ia akan tetap diam sampai Hyunjin yang mengakuinya sendiri.