🦋 34 || Kegelisahan

311 59 19
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Dengan rusuh, Aruna berlari sangat kencang. Membiarkan wajahnya diterpa angin karna ulahnya. Gadis itu beberapa kali merapalkan doa dalam hati. Berharap orang yang ia cari masih ada di tempatnya.

Pintu mading didobrak. Sopan dan santun. Ah, Aruna melupakan hal itu. Kakinya buru-buru masuk melangkah. Matanya menyapu pengedaran, lalu tak lama ia berhasil menemukan Kaisha yang tengah mematung menatapnya.

"Siapa, Kak?!" serbu Aruna tanpa aba. Tangannya mencengkram kedua bahu Kaisha, mendesak kakak kelasnya itu untuk segera memberitahukan semua kebenarannya.

Didiamkan, Aruna menggertak pelan, "SIAPA?!" Kilat matanya menyorotkan amarah. Jika ingin, Aruna bersedia mendesak Kaisha hingga sekolah bubar nanti. Akan tetapi, hal itu hilang ketika Kaisha mulai berucap.

"Aku gak bisa ngasih tau, kamu," balasnya sedikit melirih. Bibirnya terangkat sedikit, menyunggikan senyuman tulus pada Aruna, "aku udah buat teka-tekinya. Kamu, cuma tinggal mecahinnya, Aruna."

Tangan Aruna mengepal. Di dalam hatinya, ia merutuk seribu kali. Semalam, Kaisha memberitahu pada Aruna jika sebenarnya ada satu orang yang mengetahui Aliya akan mengakhiri hidupnya sendiri hari itu.

Namun, yang membuat gadis itu geram adalah, mengapa seseorang yang dimaksud Kaisha itu tidak mencegah Aliya?!

"Teka-teki apa?!" Amarah Aruna memuncak. Gadis itu tak habis pikir, bagaimana mungkin seseorang yang tahu akan ada nyawa yang hilang tapi ia sendiri membiarkannya?!

Genggaman tangan Aruna dari bahu Kaisha terlepas. Gadis itu lantas memegangi jidatnya, merasa ada yang aneh sekarang. Jika kata Kaisha kemarin Aliya mengantungkan dirinya beberapa menit sebelum istirahat, itu artinya tepat bersamaan ketika Aruna yang tertawa girang dengan Zidan, Aliya meregang nyawa saat itu juga.

"Dia bukan pembunuh, Na." Suara Kaisha berubah menjadi serak. Ia berbicara diiringi dengan nada parau, "dia ... dia cuma tau kalo Aliya bakal bunuh diri hari itu."

"YA KENAPA DIA GAK CEGAH KAK IYA?!" teriak Aruna marah. Matanya mulai membayang. Setitik air mata berhasil jatuh ke pipi chubby miliknya. Gadis itu menangis, entah apa yang dirasakannya sekarang, namun itu mampu membuat hati Kaisha ikut sakit.

Kaisha mundur selangkah, merasa mendekati Aruna sekarang hanya mencari masalah. Sembari menarik kedua kakinya ke belakang, Kaisha menggigit bawahnya takut.

"Aku udah kasih tau teka-tekinya." Lagi dan lagi, gadis itu sempat-sempatnya menyunggingkan senyum di sela-sela tangis Aruna, "kamu, cuma tinggal pecahin teka-teki itu.

"Teka-teki yang mana?!" tanya Aruna sembari menangis. Jujur, baru kali ini ia merasa begitu terpuruk dalam hidupnya. Aruna kacau. Aruna kacau. Aruna kacau. Gadis itu bahkan sudah seperti kehilamgan arah sekarang.

Kaisha tertegun. Belum berani menjawab pertanyaan Aruna tadi. Dengan gemetaran, Kaisha membuka pelan bibir indahnya yang pucat itu, "k-kamu, sempet buka buku diary aku, 'kan?"

ALSHANA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang