Liya bergegas memasuki rumahnya dengan perasaan khawatir, sayup-sayup terdengar suara gaduh dari arah ruang tengah.
Liya berlari menuju sumber suara, dan dia melihat ayah dan ibunya yang sudah tewas dengan berlumuran darah disekujur tubuh.
Seketika kaki liya melemas, Akbar yang sedari tadi menangis didekat tubuh orang tuanya, langsung berlari memeluk liya dengan sangat erat.
Ia bisa merasakan tubuh adiknya yang bergetar hebat, karna ketakutan dan syok melihat kejadian itu.
"K-ka aku takuut hiks, aku takut ka." ucap akbar disela isakannya.
"Ga hhh ini ga nyata kan? apa ini bagian dari akting tadi, sumpah ga lucu. Bar jawab pertanyaan kaka!" gertak liya pada adiknya.
"Kaka liat sendiri kan kondisi mama papa gimana, masih sempet kaka bilang ini akting?! " jawab akbar yang terpancing emosi.
Seketika liya tersungkur didepan kedua orang tuanya, air matanya tidak bisa dia tahan lagi. Liya memejamkan matanya berharap ini semua cuman mimpi, tapi nyatanya ini semua nyata.
Wajah liya seketika berubah menjadi seram dan mengerikan, "Dimana orang itu?"
Akbar mulai merasa aura gelap menyelimuti kakanya sedetik kemudian dia memundurkan dirinya beberapa langkah, sebenarnya dia sedikit takut kalo kakanya sudah seperti ini." Dia sudah pergi ga lama setelah kaka datang."
Segera vina menelpon sahabatnya untuk datang kerumahnya dengan ka gilang juga, dia memberitahukan orang tuanya dibunuh dan dia ingin mencari orang itu sampai dapet.
Liya menyerahkan urusan adiknya dan orang tuanya sementara kepada sahabatnya, lalu ia bergegas mencari orang tersebut.
"Ka, ma-mau kemana. Jangan tinggalin akbar, akbar takut ka." akbar mencekal tangan kakanya.
Liya membalikkan badannya,"Sebentar lagi meira, yura, ka gilang dateng. Jangan khawatir gue akan temuin orang itu sampai dapat."
Lalu dia pergi dengan langkah panjang keluar rumah, liya sedang menelpon seseorang.
Lacak orang yang terakhir datang kerumah gue sebelum gue datang.
Baik nona 5 menit lagi semua data dan keberadaannya akan saya kirim ke nona.
Cari orang itu sampai ketemu, jangan biarkan dia lolos. Kalau tidak kalian yang akan gue bunuh.
Baik nona.
Liya mematikan telponnya, lalu liya segera pergi dari rumahnya, menuju kesebuah mansion yang didalamnya terdapat anggota mafia.
Mereka semua yang berada dalam mansion yang tadinya ribut, sekarang menjadi diam akibat kedatangan liya.
Seorang laki-laki menghampiri Liya, " My lovely, gue udah dapet orangnya. Gimana, mau langsung temuin hm?"
Liya tersenyum devil dan mengangguk pertanda dia ingin menemui pembunuh itu."Gue udah gasabar AL,"
Laki-laki yang bernama lengkap Alvano Ken sanjaya itu memegang tangan liya, lalu mereka berdua pergi keruang bawah tanah mansion tersebut.
Kenapa Alvano manggil liya my lovely? mereka pacaran ya? iya mereka itu udah pacaran lama dan yang ngenalin liya kedunia mafia itu tidak lain adalah Alvano sendiri.
"Anjaayy king and queen dateng nih gayes! karpet merahh mana karpet, woy kembang 7 rupa nya mana cepet."ucap seorang cowok yang usianya sebaya dengan Alvano dan liya.
"Brian stabilo! serius jangan bercanda." peringat Alvano pada ian dengan mata tajam, walaupunmereka berteman tetap saja mereka selalu bertengkar.
"Eh sanjaya gue panggil anjay juga lo s sama a nya gue ilangin. Nama gue bukan stabilo tapiii B-R-I-A-N X-A-B-I-L-O, sampai sini paham?" sahut ian dengan muka dibuat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I Y A
Teen FictionSTEFANI AULIYA seorang gadis biasa yang mempunyai sejuta rahasia dibalik sikapnya. Ini kisah perjalanan liya dengan segala lika liku kehidupan yang dihadapinya. "Jangan pernah bandingin hidup lo dengan orang lain diluar sana. Mereka punya jalan...