4 | Alibi

25 3 0
                                        

SEKEMBALINYA dari kamar ganti, Tara rencananya masuk ke kelas hanya untuk mengembalikan pakaian olahraga ke dalam loker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEKEMBALINYA dari kamar ganti, Tara rencananya masuk ke kelas hanya untuk mengembalikan pakaian olahraga ke dalam loker. Namun instingnya mengatakan jika sudah terjadi sesuatu yang tidak beres selama ia meninggalkan kelas. Putra dan kameradnya yang biasanya sudah memiliki beribu amunisi kalimat merendahkan mendadak bersikap manis. Ia hanya menyunggingkan senyum yang masih tidak bisa menyembunyikan perasaan skeptisnya.

Begitu membuka pintu loker, ia menyadari tasnya sudah lenyap dari pandangan. Sebelum ke luar, dirinya lupa untuk mengunci lokernya. Jelas-jelas ia sudah mengetahui bahwa tidak ada satu pun yang bisa dipercaya di kelas ini saat para cowok yang mengakuisisi kelas, terutama jika kedua biangnya sedang tidak alpa.

"Lo tahu tas gue nggak, Ta?" bisiknya pada Dewinta yang tengah mengembalikan sebuah buku ke lokernya sendiri.

"Nggak tahu, tuh, Tar. Baru aja dari kantin gue sama Sarla. Kenapa? Ilang lagi?"

Terkekeh getir, Tara menjawab, "Ya gitu deh, Ta. Makasih lah, ya."

"Mau gue bantu cariin?"

"Boleh," jawab Tara. Dengan canggung menggaruk lehernya dan meneruskan, "Kalau lo nggak keberatan, sih."

"Ya nggak, lah. Paling-paling di kolong meja, Tar. Anak-anak kelas mah udah ketebak tingkahnya."

Tara mengangguk berulang.

"Nah, gue bantu. Tapi kalau kolong meja agak susah, sih, gue ngelihatnya. Ya... udah pakai rok, soalnya. Tapi gue usahain, kok," ucap Dewinta dengan mengangkat jempol.

"Iyaa, Dewinta. Makasih banyak, serius."

Dia dan Dewinta memulai pencarian terhadap tas yang telah hilang. Diduga Putra dan kelompoknya adalah tersangka utama, meski Tara tidak tahu jelas siapa yang pasti sebab semuanya sama-sama memiliki rekor pernah melakukan hal bodoh semacam ini padanya.

"Nggak ada, Tar. Lo ketemu?" tanya Dewinta usai beberapa menit menelusuri seisi kelas. Tara menggeleng, Dewinta menghela napasnya kecewa.

"Cari apa, Ta?" Elang, tanpa jas almamater dan kemeja putihnya yang tidak rapi bersandar pada salah satu meja.

"Tasnya Tara. Lo tahu?"

Jika pendaftaran ekstrakurikuler teater masih dibuka, Elang mungkin bisa langsung masuk. Tara tahu Elang tahu perihal ini. Mana mungkin tidak. Tapi yang ada Elang malah menggeleng dengan wajah meyakinkan. "Nggak, tuh."

"Lo jangan sok innocent ya, El," sembur Dewinta kesal.

Alis tebal Elang naik. "Sok innocent gimana? Jelas-jelas gue nggak tahu, kok."

"Halah! Biasanya lo sama Putra yang seneng banget buat bully Tara."

"Hellow? Tanya ke Putra aja, jangan ke gue. Karena gue emang nggak tahu."

Perfeksi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang