Insiden

14 1 0
                                    

Aku tau ini salah, tapi aku ingin

~Jeon Somi~

🍁🍁🍁

Raesung hampir saja terbahak karena sebuah stasiun televisi yang sedang menampilkan salah satu acaranya. Pemuda itu kini masih diam di ruang tengah apartemennya. Tak ada niatan untuk pergi bekerja atau hanya sekedar keluar. Berdiam diri untuk beberapa hari mungkin bisa menghilangkan setidaknya sedikit stres yang dialaminya akhir-akhir ini.

"Mengapa dia selalu saja ceroboh?"monolognya. Mata sipitnya masih menatap fokus ke layar televisi.

"Aku akan menggodanya nanti" lanjutnya dengan sedikit tawa.

Raesung kembali diam dengan sesekali tangannya meraih cola disamping tempat duduknya.

"Jjakkaman"

"Mengapa aku tiba-tiba memikirkannya?"

"Oh Choi Raesung. Kau sepertinya mulai gila"

Meneguk habis cola nya lalu menatap kembali televisinya.

Fokusnya teralih karena dering dari handphone yang membuat benda diatas meja lainnya ikut bergetar.

Noa Hyung is calling..

Tanpa pikir panjang, Raesung reflek mengangkat panggilan yang sama sekali tak pernah dipikirkannya.

"Hyung!! Ya!!"

"Yaish pelan kan suaramu" suara dari sebrang membuat Raesung mengangkat ujung bibirnya.

"Ah mian. Aku sangat merindukanmu"

"Aku geli mendengarnya. Ya! Jemput aku di bandara"

"Mwo?! Kau datang?"

"Menurutmu?"

"Eoh. Kau tunggu disana, aku akan berangkat sekarang"

Bip!

Tanpa menunggu balasan lagi dari Noa, Raesung langsung berdiri menyambar jaket denim nya dan bergegas pergi. Tak lupa sebuah topi dan masker yang menjadi barang wajibnya.

Jalanan hari ini terlihat cukup ramai. Terbukti dengan tersendatnya jalan taksi yang ditumpangi Raesung. Langit yang mulai menggelap membuat Raesung semakin tak sabar untuk segera bertemu sahabatnya itu.
Mata sipit yang sedari tadi menatap layar handphone tiba-tiba teralih karena sebuah sorotan sinar terang yang muncul di depannya dan.. ramai.

Dilain tempat Somi baru saja selesai membersihkan diri setelah tampil di M Countdown. Ruangan pribadinya tiba-tiba menjadi ramai dengan para staf yang terlihat fokus pada layar televisi.

"Eonnie, mwonde?"

"Eoh. Kau sudah selesai?" tanya manager-nim yang diangguki Somi.

"Ada kecelakaan beruntun"

"Jinjja? Bagaimana itu terjadi?"

"Sebuah truk kehilangan arah dan menabrak taksi di sebrang jalan" jelas manager-nim seraya membereskan barang-barang.

Somi meringis melihat beberapa korban yang tengah dievakuasi dengan darah yang mengalir dimana-mana.

"Somi-ah ada panggilan" suara manager-nim membuat Somi berbalik mengambil handphone yang belum sempat di pegangnya.

"Yeobse.."

"Somi-ah eodisseo?!"
"Aku masih di M Net, wae?"

"Somi-ah, dengarkan ini baik-baik"

"Mwonde?"

"Aku meminta ini dengan segala yang ku punya, aku tau ini akan berakibat fatal jika tidak berhati-hati melakukannya. Tapi aku sudah tidak bisa menemukan jalan lainnya"

"Jjakkaman eonnie. Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti"

"Somi-ah"

🍁🍁🍁

Somi berlari menyusuri koridor bercat putih. Sepanjang langkahnya tak henti-hentinya gadis itu memanjatkan segala doa. Keringat dan air mata sudah tak bisa dibedakan saat sama-sama muncul di wajah cantiknya.

Sebuah ruangan tertutup dengan lampu merah yang menyala diatas pintunya membuat Somi terdiam berdiri didepannya.

Sebuah papan LCD menampilkan nama seorang pasien yang membuat Somi reflek mundur beberapa langkah.

Sudah hampir satu jam, namun Somi masih diam menunggu sebuah kabar. Percayalah, wajah cantik yang tertutup masker dan kacamata itu kini sedang menampilkan raut khawatir. Jemarinya masih bertaut sejak tadi menjadi tanda yang terlihat jika ketakutan kini sedang menguasainya.

Ting!

Lampu yang semula berwarna merah kini berumah menjadi hijau. Hal tersebut reflek membuat Somi bangkit dari duduknya.

"Bagaimana?"

"Ada sedikit masalah pada kepala dan kakinya. Dan, dari darah yang tidak lancar, dapat dilihat bahwa pasien terlalu sering mengalami stres"

"Separah itu?"

"Cukup jaga pasien dengan sabar dan tolong jauhkan dia dari beberapa hal yang bisa membuatnya stres. Hal itu bisa mengakibatkan otak pasien semakin tidak stabil"

"Ba..baiklah te..rimakasih"

Perlahan, Somi melangkahkan kakinya dan mendorong pelan pintu kaca yang lalu menampakkan seorang pemuda dengan balutan di kepala dan bibir yang memutih.

Somi hampir saja menangis histeris karena melihat sesuatu yang tak pernah dibayangkannya akan terjadi di depan matanya sendiri.

Dengan tangan bergetar, Somi memberanikan diri untuk menyentuh kepala pemuda di depannya.

"Pasti sakit sekali bukan rasanya?"

"Bagaimana ini bisa terjadi padamu? Kita baru saja menjadi teman dan kau malah muncul dengan keadaan seperti ini" monolog Somi dengan suara tergugu.

"Oppa.. apa kau mendengarku?"

"Oppa.. ireona"

"Kau tak ingin bermain denganku lagi di atap?" perkataan Somi terjeda. Gadis itu tak lagi bisa menahan air matanya.

"Aku berjanji tidak akan membuatnya berantakan lagi" lanjutnya dengan suara yang semakin parau.

"Oppa.. jebal.. ireona" Somi lemas, bibirnya sudah tak sanggup lagi untuk berbicara lebih panjang. Menyatukan kepalanya dengan lipatan selimut untuk meredam tangisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IrregularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang