Bab 1

413 185 274
                                    

Ini cerita aku up ulang ya wkwk karena ada beberapa perubahan yang mau aku buat. Yang udah baca sampe beberapa part, harap baca ulang yaaa... biar ga pada bingung hehehe

Di tunggu ya komentarnya,

mohon dukungannya untuk cerita pertamaku!

Thank You! ♥️

Happy Reading!

***

Semua orang pasti memiliki kehebohan tersendiri setiap pagi. Baik itu pelajar, mahasiswa, maupun pekerja. Mungkin, banyak orang yang menginginkan pagi yang damai ketika hendak beraktivitas. Namun, entah mengapa pagi hari tanpa kehebohan itu sangat sulit. Terlebih hari senin, hari dimana orang-orang malas memulai aktivitas setelah menghabiskan waktu bersantai saat weekend lalu.

Hal itu juga tak luput dari gadis sudah mengenakan seragam salah satu sekolah menengah atas, tempatnya menimba ilmu. Dengan rambut panjang yang digerai disertai jam tangan yang melekat di tangan kirinya, ia sudah siap berangkat menuju sekolahnya. Ia selalu bersiap-siap dengan santai, menghindari gerutuan-gerutuan di pagi hari, agar ia bisa bersekolah dengan damai pula. Namun, ada saja hal yang membuatnya menghela napas. Seperti saat ini.

"Kak Dhira, kaos kaki Dafa di mana?" teriak seseorang. Padahal, baru saja ia tersenyum simpul kala melihat notif yang muncul di layar hp-nya. Hanya ucapan semangat biasa, tetapi mampu membuatnya amat bahagia.

Tampak gadis yang dipanggil "Dhira" itu menghela nafas sebentar. Kemudian pergi ke tempat suara teriakan itu berasal. Anindira Davina Vegard, seorang gadis enambelas tahun yang memiliki rambut panjang yang indah, kulit bersih, hidung mancung, dan alis mata yang tebal.

"Dafa, Kakak masuk ya."

Dan, pandangannya jatuh kepada baju baju yang berserakan di lantai, serta bocah kecil yang terlihat sedang mencari sesuatu. Sekali lagi, helaan nafas itu keluar.

"Ini apa?" tanya nya sambil menunjukkan sepasang kaos kaki putih yang baru di dapatnya dari ujung lemari. Dhira itu sudah seperti ibu-ibu yang mengurus anaknya. Disaat barang tersebut tidak dilihat oleh Dafa, tetapi dapat dilihat oleh Dhira dalam waktu sekejap.

"Sayang banget deh sama Kak Dhira," ucap bocah kecil tersebut, seraya memeluk sang kakak.

"Nanti pulang sekolah beresin sendiri pakaiannya. Kakak pulang sekolah harus udah beres. Sekarang, kita ke bawah, sarapan. Yuk."

Ini hari pertama masuk sekolah, di semester genap. Wajar saja anak itu tak tau dimana tempat barang-barangnya. Dapat menemukan seragamnya saja, Dhira sudah bersykur. Maka dari itu gadis tersebut sudah maklum. Akan selalu seperti ini jika baru masuk sekolah.

Dafa Aditya Vegard, berusia 10 tahun dengan rambut tebal dan lurus, hidung mancung, serta wajah oval yang membuatnya semakin tampan. Entah mengapa, ia selalu mengandalkan kakaknya itu dibanding orang lain, untuk mengurus keperluannya.

Mereka akhirnya pergi ke bawah sambil menenteng tas masing-masing, tak lupa sebelah tangan sang kakak menggandeng tangan sang adik agar tak terjatuh di tangga tersebut.

Mereka langsung duduk di kursi masing-masing ketika sudah sampai di meja makan.

"Duh, anak Mama keren banget pakai seragam," ucap seorang wanita yang berbeda usia dengan mereka.

"Iya, adik Kak Elina keren banget. Barang-barangnya ga ada yang ketinggalan 'kan?" tanya seorang gadis yang duduk di seberang Dafa.

Mereka adalah Martha Ameyla dan juga Elina Zamora, ibu dan saudari tiri Dhira dan Dafa. Ibu kandung mereka sudah lama meninggal, karena melahirkan Dafa. Sehingga Henry Elvano Vegard, ayah mereka memutuskan untuk menikah lagi.

"Makasih, Ma, Kak, semua udah lengkap disiapin sama Kak Dhira tadi malam," ucapnya.

Setelah itu mereka melakukan perbincangan ringan, sambil memakan nasi goreng buatan Dhira pagi ini.

***

Haiiii

Segini dulu ya, perkenalan ga usah panjang panjang xixi

Ini cerita pertama ku, semoga kalian suka ya.

Selamat membaca ♥️

CHANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang