Happy Reading yo!
Pukul 21.00
Dhira baru saja keluar dari kamar Dafa. Berhubung tadi adalah hari pertama sekolah di semester genap, jadi mereka tidak memiliki tugas untuk dikerjakan. Dan malam ini mereka habiskan untuk menonton film di ruang tengah, tetapi Dafa ketiduran, jadilah Dhira menggendong Dhafa ke kamar nya.
Sesampainya di kamar, Dhira langsung mengecek ponselnya. Karena tadi ponselnya kehabisan baterai. Lima belas missed call dan beberapa ratus spam chat. Sudah tau 'kan dari siapa?
Dhira tersenyum, dan kemudian langsung mendial nomor yang meneleponnya tadi. Baru dering pertama dan panggilan sudah tersambung.
"Ra ...." Dhira tau orang di seberang sana sedang mengkhawatirkannya. Terdengar dari suaranya ketika memanggil Dhira.
"Iya, Ken, maaf. Aku kehabisan baterai tadi. Jadi lupa ngabarin. Dafa juga tadi minta di temenin nonton di ruang tengah. Maaf ya."
Kenzo menghela nafasnya dengan kasar. Sedari tadi ia panik dengan keadaan gadisnya ini. Tapi yang di khawatirkan malah asik nonton. Untung sayang :)
"Iya gapapa, aku tutup ya."
"Kamu marah?" tanya Dhira pelan. Jika kalian di posisi Kenzo? Apakah kalian akan marah?
"Hal sepele gini kenapa harus marah? Hm?"
"Ya siapa tau." Sungguh Dhira takut jika Kenzo marah kepadanya. Baru kemarin malam Dhira hampir diganggu oleh preman-preman, saat gadis itu hendak ke minimarket yang tidak jauh dari komplek rumahnya. Beruntung ada seseorang yang menolongnya saat itu.
Disaat yang bersamaan Kenzo juga menghubungi gadis itu. Namun, entah memang lupa atau sedang mengalami sial, Dhira lupa membawa ponselnya. Ketika memberitahu Kenzo tentang kejadian ini, lelaki itu sungguh amat panik, bahkan berniat ke rumah Dhira, sehingga ia dengan susah payah menenangkan Kenzo melalu telepon, agar lelaki itu tidak perlu untuk ke rumahnya. Maka dari itu, sedari tadi ia tak henti-hentinya menelpon Dhira, untuk memastikan kekasihnya aman.
"Aku tadi habis ngantar kue ke tempat langganan nya Mama, jadi mau istirahat," ucap Kenzo.
"Ya udah. Selamat mala--"
Tuutt tuuuttt
Panggilan di putuskan sepihak oleh Kenzo. Gantian Dhira yang menghela nafas. Lebih baik meminta maaf besok, lagian Kenzo pasti akan semakin kesal jika Dhira mengganggunya.
Baru beberapa menit panggilan mereka terputus, tetapi Kenzo sudah ngespam chat Dhira lagi. Dahi Dhira berkerut "katanya mau istirahat," batin Dhira.
Buru-buru Dhira mendial nomor Kenzo. Dhira sangat panik saat ini. Kenzo terus mengirimi nya chat yang isinya 'Tolong Ra.' Gadis itu tak tau Kenzo kenapa, yang pasti ia sangat panik sekarang.
"Kamu kenapa?" tanya Dhira tanpa menyapa terlebih dahulu.
"Raaa," panggilnya lirih. Dhira pun semakin panik.
"Iya Ken, kenapa? Kamu dimana? Ada apa emangnya?"
"Ra ...."
"Ken, dimana?" suara Dhira pun jadi lirih.
"KEN!"
"Astaga, Ra." Dhira sengaja sedikit menguatkan suaranya, karena setiap dia menguatkan suaranya pasti Kenzo akan kaget dan akan meninggikan suaranya. Namun, sekarang kagetnya Kenzo pun tak seperti biasa. Dhira ingin sekali pergi ke tempat Kenzo berada, memastikan keadaannya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE
Teen FictionIni tentangku, tentang seorang gadis enambelas tahun yang selalu mengalah pada setiap situasi yang ada. Yang ada dipikiranku hanyalah tidak ada gunanya menyanggah, karena itu akan memperburuk suasana, dan membuatnya semakin lama. Sehingga, itu menja...