Bagian ke delapan

50 1 0
                                    

Dea masuk ke dalam rumah nya sembari mengomel pelan, benar benar kacau, bagaimana bisa si dodol itu berada di rumah nya.

"CI!" Dika berteriak.

"APA?!" Dea turut menjawab dengan berteriak, ia kembali berbalik menuju teras rumah tempat dimana sumber suara berada.

"Cici Dica nelpon nyuruh gue buat jemput, gue pergi dulu," Dika bergegas masuk kembali ke rumah dan mengambil hacker, helm beserta kunci motor.

"Loh loh," Dea melongo melihat Dika yang sudah mengeluarkan motor dari garasi.

Bukan nya Disha membawa mobil???

Itu lah isi fikiran Dea sekarang. Positif  thinking mungkin mobil nya mogok.

"NTAR GUE BALIK KITA MABAR LAGI," Dika berteriak dan melambai ke arah Dave.

"YOI MEN," Dave mengacung kan jempol nya.

Dea melirik ke arah Dave yang tak kunjung mengenakan kaos milik nya.

"Ngapa Lo ga balik?" Dea menaikkan sebelah alis nya.

"Ngusir gue Lo?" Dave mengerut kan kening nya.

"Menurut Lo?" Dea nyolot.

"Lo ngajak gue nyari makan," Dave segera memakai baju basket nya dan menyeret Dea.

"EH BENTAR ANJRIT MAU KEMANA?" Dea menarik tangan nya kembali.

"Kan gue ngusir Lo, Napa Lo mau bawa gue lari," Dea mendengus kesal.

Dave memutar bola mata nya malas, gadis ini rupa nya sangat sangat tidak peka. Dave meletakkan jari tengah dan telunjuk nya di jidat Dea.

"Ayo.cari.makan," Dave mendorong pelan jidat Dea.

Dea terdiam, ia mengedip kan mata nya beberapa kali dalam tempo cepat, menatap Dave yang lebih tinggi lima belas Senti meter dari nya.

"Baju gue?"

"Gausah pake baju," Dave menggedikkan bahu nya.

"Mesum Lo kambing," Dea menabok bahu Dave.

"Maksud gue gausah ganti baju, orang beli makan di lalapan depan Sono doang," lalapan yang Dave maksud memang tidak terlalu jauh dari komplek perumahan. Letak nya di pertigaan jalan besar.

"Mau Lo makan di lalapan?" Dea menatap Dave heran. Bukan kah laki laki ini sering sombong dengan kekayaan nya.

Ia juga selalu terlihat makan di restoran mahal. Tumben mau makan di pinggir jalan. Seperti nya kepala Dave terbentur setir mobil.

"Gue ga seperti yang Lo kira Dalila," Dave menyodor kan hodie hitam milik nya pada Dea.

Dan apa apaan panggilan itu. Membuat ujung kepala Dea berdenyut  sekaligus membuat perut nya di penuhi kupu kupu.

Dalila.

Ah apa apaan sih, katakan pada Dea ini tidak benar, masa ia salah tingkah cuman karena di panggil Dalila doang.

"Ayo masuk dodol," Dave memencet klakson agar gadis itu segera masuk ke dalam mobil. Ia nampak bengong dan menatap udara kosong. Dave hanya takut jika Dea nanti di rasuki oleh setan pagar rumah nya.

"Sabar," Dea memakai hodie beraroma vanila milik Dave dan masuk ke dalam mobil Dave.

Dave melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang. Hening.

"Dea,"

"Apa?"

"Gue suka sama Lo," Dave bicara dengan nada pelan.

Lima ParagrafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang