#02

151 26 1
                                    

“denger denger kemarin putra hades keluar dari ruang bawah tanah lagi” aku terkejut dengan apa yang diucapkan adrian.

nggak biasa nya, putra hades keluar dari persinggahan nya. ya aku tahu posisi dimana ditempatkan di tempat yang sunyi, gelap, dan mistis itu. tahu juga kok bahwa nggak semua orang bisa bertahan di tempat seperti itu.

tapi bukan nya dia tempatkan karena tempatnya memang disitu? apa hati hades menaruh ragu? atau dia bosan di tempat itu? nggak mungkin. itu rumah nya, tempat ia berpulang dan berteduh.

“bosen kali ya? tapi gak mungkin sih itu kan tempat nya dia” yap! aku juga mikir gitu terence.

di sisi lain putra eros ini berpikir dan bertanya tanya dalam batin.
‘adakah seseorang yang membuat nya ia bangun? untuk melindungi seseorang mungkin?’

“aku mau ke perpustakaan dulu, bye” pamit allison. mereka berdua saat ini sedang di godden forest.

menikmati angin malam, diatas bukit. bukan sesuatu yang baru, melainkan sebuah kebiasaan lama yang sering mereka lakukan.

“hey! tumben apa kamu al? masuk ruang rekreasi aja ogah ogahan, kali ini malah mau ke perpus? gak bisa sembarang tidur al” ucap adrian.

allison menggeleng, “bukan–bukan, hari ini aku bantu draco belajar”

mereka berdua menatap allison tak percaya, “hah? belajar? sama draco?”

allison mengangguk, “lagian gak papa sih ah, aku tahu kok rasanya jadi aku, dan draco itu sekarang sedang berada di fase jadi aku”

“menderita atas tuntutan?” tanya terrence lembut. hEHE tumben apa coba.

“gak sepenuhnya sih tapi yakin. aku juga lihat sesuatu yang buruk di tahun depan”

“iyakah?” tanya terrence, kali ini yang mengangguk adrian. “aku juga dengar itu dari mamaku, akan ada sesuatu yang buruk di masa depan”

“mereka bersangkutan dengan kita?” adrian mengangguk, “mereka meminta pertolongan kita semua, para keturunan dewa”

allison meringis. ini sih perang ucap dalam hati nya.

 ini sih perang ucap dalam hati nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“tu kurang satu soal lagi draco... habis itu kamu bisa balik terus tidur”

“aku bakal jawab satu soal ini kalau kamu bisa jawab pertanyaan ku”

“apa?” tanya allison dengan ragu. 

“tangan kamu kenapa? setiap kamu dari luar kamu selalu luka, aku juga jarang lihat kamu akhir akhir ini”

allison yakin tahu apa yang ingin draco tanyakan. harus kah ia percaya draco?

“aku tanya satu hal ke kamu, baru aku jawab pertanyaan mu tadi”

“apa?” tanya draco.

“kamu percaya semua orang? maksudku ada beberapa orang yang kamu percaya nggak di dunia ini?”

draco mengangguk tanpa ragu, alias mengangguk mantap, “iya, satu aku percaya mama ku, kedua kamu”

“aku? kenapa kamu menaruh kepercayaan sama aku? yang awalnya kita gak deket sama sekali, ya sampai saat ini sih”

“ya kita deketan sekarang, aku mulai percaya sama kamu itu dari pertama kali aku peluk kamu kemarin, aku tahu kamu tulus bukan dari cara bicaramu tapi dari tindakan kamu”

allison tersentak, apa yang diucapkan draco itu benar, kita jangan mudah menaruh kepercayaan karena dari cara bicara seseorang, melainkan dari tindakan seseorang.

aku mengangguk, “ooh” 

“terus itu tangan kamu kenapa?” tanya lagi.

“cuman ke gores pisau” bohong ku.

‘aku tahu allison bohong, mana ada kena goresan pisau setiap dia dari luar? pasti ada sesuatu yang disembunyiin’ ucap nya dalam batin.

“terus kalau kaki kamu kenapa? jadi susah jalan gitu, lagian kenapa gak diobati sih?”

“aku sering jatuh, kedua aku rasa itu gak perlu di obati deh”

“gak baik membiarkan luka semakin terbuka lebar kayak gitu, tapi aku rasa kamu gak bisa ngobatin sendiri sih, tangan kanan kiri kamu aja luka”

“ya gak papa sih, kan luka luka aku ju–” tanpa aba aba draco menarik lengan panjang allison.

“eh eh pelan pelan draco! mau kemana!?” draco terus berjalan agak cepat menuju?

“common room? ngapain hey!?”

draco mendudukan allison di ranjang nya, lalu draco berjalan kearah lemari putih untuk mengambil sesuatu.

‘peralatan obat?’ ucap dalam batin allison.

“sini tangan nya” perintah draco. allison mengulurkan kedua tangan nya untuk diobati draco.

“aku sering kok lihat kamu ngobatin si potter kalau dia kena luka, tapi kenapa kamu gak bisa ngobatin diri sendiri?”

“hey! kalau ngobatin sendiri tuh suka deg deg an soalnya kan kita ngerasain, kalau orang yang kita obatin kan kita gak ikut ngerasain”

“jadi kamu takut obat merah ini kena lukamu?”

“gak si —aw!” allison meringis. dengan sengaja dan tanpa dosa draco menekan luka goresan pedang di tangan allison.

“eh? ini luka baru?” aku mengangguk ragu, “gak baru baru juga sih”

“kena pisau juga?” tanya nya. allison mendengus, “kamu banyak tanya ya, aku kira kamu cuman bisa membully harry”

“memang”

hening,

allison sedang bergulat dengan pikiran dan batin nya. sampai akhirnya draco membuka suara, “udah, ini udah” ucap nya.

“wow! perban kamu tebal banget, allison” allison menatap pasrah tangan nya. ini alasan besar mengapa allison nggak mau mengobati luka nya karena akan berujung di perban.

allison nggak mau terlihat rapuh, di hadapan semua orang, allison nggak mau terlihat lemah, dan jadi sorotan banyak orang.

“makasih loh, repot repot gini” ucap allison. draco mengangguk.

lalu hening.

“terus kamu mau sampai kapan disini?” draco membuka suara.

allison jadi gugup, “ah iya, a–aku duluan” pamit nya. sedangkan draco menatap kepergian allison, lalu tersenyum.

“harus jadi terence apa ya? biar bisa sama kamu terus?”

+TBC

suffering ft. draco malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang