Prolog Part 1: Tentang Suaranya

19 2 0
                                    

Malam hari, rintik-rintik setelah hujan.

Suasana terlihat sepi, tidak seperti biasanya di tengah taman kota.

Benar juga, pakaianku, Aku sedang tidak di rumah.

Apa aku bersama teman-temanku?

Sepertinya aku sendirian di sini, seperti takdirku akhir-akhir ini.

Semuanya terlihat berbeda.

Aku tidak pernah merasakan suasana ini.

Mungkin saatnya untuk pergi dari hal yang tidak familiar.

"Arsya, aku ingin bertanya"

Suara perempuan?

Diriku bersama seorang perempuan?

Siapa dia?

Aku tidak bisa melihat wajahnya.

Rambutnya, sungguh menawan.

Mustahil.

Pakaiannya sangat indah.

Cocok sekali dengan dirinya.

Tunggu, kenapa dia menggenggam tanganku?

aku bisa merasakan tangannya.

"Apa kau bisa berdansa?"

Dansa?

bagaimana?

aku tidak tahu.

Aku tahu seseorang yang bisa melakukannya.

Tapi dia bukan siapa-siapa.

Apa kau kenalannya?

Kenapa dia mengajakku berdansa?

Oh tidak dadaku, berhentilah berdegup kencang.

Berhentilah, dia akan mendengarnya.

"Hahaha.. maafkan aku. Aku akan mengajarkanmu. Tanganmu, pegang disini. Yang satu lagi, pegang tanganku"

"Tunggu dulu, aku tidak bisa memegang pinggulmu"

, aku melepas tanganku darinya

"Tidak apa, ini hanya latihan"

, dia memegang tanganku dan menaruhnya di pinggul dirinya.

Tentu saja aku berkeringat dingin.

Tidak ada yang bisa diharapkan dariku.

"Lalu kakimu bergerak seperti ini.. dan ini...."

"Ya.. benar, seperti itu"

"Hehehe... aku merasakan tangan yang dingin sekali. Apa kau tersipu malu, Arsya?"

, dia tersenyum kepadaku

"Tidak, aku....."

Aku melepas tangan kananku darinya.

"......."

, dia berusaha menginjak kakiku

Aku berusaha untuk memindahkan pijakanku

"Refleks yang bagus, Arsya. Coba jangan lepas tangan kirimu"

"Tunggu.. apa?"

Dia berusaha untuk menginjak kaki kiriku.

Aku langsung berpindah pijakan.

Diikuti oleh usaha dia untuk melakukannya lagi, dan lagi, seterusnya hingga dia tiba-tiba diam.

.
.
.
.
.

Jeda yang lama membuat suasana menjadi dingin.
.
.
.
.
.
Dia memecah jeda itu dengan berkata,

Saat Aku di Dunia MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang