.
.
.
.
.
.Pagi yang cerah membuat siapapun melakukan sebuah kegiatan dengan suka cita, itu memang betul tapi tidak dengan Lisa dan Sherin karena mereka sedang terburu-buru untuk melakukan bimbingan pagi khusus Olimpiade yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini memang setiap tahun diadakan, untuk memperdalam ilmu yang akan diujikan.
Lisa yang sedang menatap jalan sembari mempercepat langkahnya, karena kelas akan dimulai sebentar lagi. Untuk sekarang Lisa dan Sherin tidak menumpang pada mobil Lyna, yah Lyna memang selalu menggunakan mobil untuk berangkat ke sekolah. Tetapi tidak untuk sekarang karena tadi Lisa dan Sherin sedang bangun kesiangan.
Tak sadar Lisa menabrak kembali seseorang yang sedang buru-buru ke kelas. Tapi Lisa tak sempat jatuh karena orang itu dengan sigap menangkap tubuh Lisa yang cukup di dekapannya.
Ini orang kan yang kemarin, batin Lisa.
Tiba-tiba dunia serasa hanya milik berdua. Sherin hanya memandang dalam diam apa yang sedang terjadi di depannya.
"Ehm. Batuk gue," dehaman Sherin memberhentikan aksi Lisa yang ditangkap orang itu.
Gue belum pernah lihat orang ini. Mungkin baru, pikir Sherin. Karena ia juga melihat logo di bajunya yang diisi oleh logo dari sekolah lain.
"Maaf-maaf gak sengaja," ucap Lisa sambil memperbaiki sikap berdirinya.
"Lo anak baru ya?" tanya Sherin kemudian saat orang tersebut sudah siap melangkahkan kakinya lagi.
"Iya." Kemudian tanpa mendengar jawaban Sherin, dia dengan segera melanjutkan langkahnya.
"Datar banget tuh muka," ucap Sherin sesaat setelah kepergian orang itu. Sherin mengingat nametage dari orang itu, kalau tidak salah namanya Leon.
"Gue udah pernah lihat dia tahu Sher, kemarin waktu gue pulang sama Levi," ungkap Lisa.
"Dimana?" tanya Sherin antusias. Sambil berjalan kearah kelas masing-masing, Lisa dengan menjawab. Dari saat dia pulang sampai kejadian yang hampir saja merenggut nyawanya, dan orang itu adalah Leon. Lisa tahu namanya karena dia tidak sengaja melihat nametage dibajunya saat dia ditangkap olehnya.
***
Sesampainya di kelas Fisika, Lisa langsung duduk bersama sesorang yang pasti perempuan yang juga mengikuti Olimpiade Fisika.
"Hai, aku Lisa dari kelas XI MIPA 4," sapa Lisa membuka percakapan sambil mengulurkan tangan.
"Hai ka, aku Farah kelas X MIPA 2," jawab dengan sopan membalas uluran tangan Lisa.
"Kamu dari mana Far?"
"Dari kelas X MIPA 2 ka," jawab Farah mengulangi.
"Bukan. Maksud aku, kamu tinggal dimana?" Tanya Lisa membenarkan, dengan senyum tipisnya mengingat apa yang diucapkan adik kelasnya.
"Aku tinggal di rumah kak," Ucap Farah yang hanya dibalas anggukan Lisa. Niatnya mengerjai orang malah kena sendiri, hadeuuh.
"Kamu tahu ngga, disini ternyata banyak penampakan lho," ucap Lisa memirip- miripkan suara seperti orang yang sedang ketakutan kepada adik kelasnya. Membuat wajah Farah sedikit takut. Memang Lisa suka meledek kepada siapa saja. Tetapi beruntungnya mereka tidak ada yang menyimpan dendam kepada Lisa. Mungkin karena wajah polosnya yang tertutupi oleh sikapnya.
"Emang iya kak? Kakak indigo? Dimana kak hantunya?" Farah bertanya dengan sangat cepat dan jangan lupa nada ketakutannya. Beruntung Lisa, karena orang yang dikerjai baru kelas 10. Bagaimana jika sudah lama, dan mengetahui bahwa ucapan Lisa hanya kebohongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
best friend's footprints
Teen FictionPersahabatan memang bisa dilambangkan seperti halnya tembok tinggi yang membatasi agar tidak mudah dihancurkan. Tetapi bagaimana jika tembok itu dihancurkan oleh sang pemilik walaupun tembok itu sudah berdiri gagah nan kokoh? Persahabatan itu terjal...