~Semua pasti akan ada waktunya~
Sherin Avera Kenzye
Happy reading ❤
Pagi menyambut kembali, menyebabkan sebagian orang mulai sibuk dengan rutinitas paginya seperti biasa. Mulai dari yang mencari nafkah untuk keluarga, dan juga para pelajar baik anak-anak maupun remaja yang harus bersekolah lagi dengan semangat yang baru seharusnya.
Tapi tidak untuk Sherin. Karena keadaan kakinya yang masih sedikit kurang baik membuatnya kesulitan berjalan, sudah dipastikan kalau ibunya menyuruh Ervin menjemputnya. Sedangkan Ervin mau saja menjemput Sherin. Biasanya, kalau tidak atas perintah dari dirinya sendiri sudah dipastikan Ervin tidak akan mau. Tumben banget.
Tinn
"Baru juga diomongin," monolog Sherin sambil berjalan kearah sumber suara.
"Abang datang," teriak Ervin sambil menyembulkan kepalanya, membuat Sherin bergidik. Bukan karena kaget dengan suaranya tapi ucapannya itu. Mau ditampol tuh mulut.
Dengan cepat Sherin duduk di bangku sebelah sopirnya itu. Ia lebih memilih tidak menanggapi ucapan saudaranya itu jika tak mau adu mulut. Suasana hening beberapa saat sampai suara Ervin memasuki gendang telinga Sherin.
"Gimana lo kemarin?"
"Ha?" tanya balik Sherin.
"Ya elah, gak usah ditutupin segala kali."
Sherin memutar bola mata malas. Ia sudah tahu pasti saudaranya akan bertanya demikian. Oleh sebab itu ia sebenarnya malas jika harus bersama Ervin, tapi atas perintah ibunya dan juga kondisi kakinya yang membuat ia berpikir dua kali saat menolak permintaan ibunya.
"Gak lebih jauh dari yang kemarin," tutur Sherin.
"Untung aja." Ervin merasa lega atas penuturan Sherin.
"Emang kenapa? Kok kayak lega gitu," selidik Sherin bersamaan dengan mesin mobil yang dinyalakan dan melaju di jalanan.
"Ya gapapa. Gue kira lo ditanya lebih jauh," jawab Ervin.
"Santai napa. Gue ngerasa kalau gue itu beban banget buat ibu gue ya," terang Sherin membuat Ervin terkejut.
"Sadar juga lo kalau lo itu beban keluarga yang paling berat dibanding benda berat apapun didunia ini."
"Idih. Omongan lo ketinggian," ucap Sherin.
"Biarin. Yang penting lo sadar. Nyusahin soalnya," ledek Ervin.
"Tau gitu gue berangkat bareng Lisa aja tadi. Biarpun nanti tambah sakit nih kaki. Daripada dianter sama orang gak ikhlas," sindir Sherin.
"Eh iya, gara-gara lo gue lupa sama masa depan gue."
"Masa depan lo?" Ervin menganggukan kepala tanpa menoleh kearah Sherin.
"Suram," sambung Sherin.
"Ya elah gitu aja ngambek," ledek Ervin kembali sambil menoel dagu Sherin, membuat Sherin ingin segera mandi kembang tujuh rupa untuk mensucikan dirinya. Sherin sungguh terlalu memang.
Dengan cepat Sherin mengeluarkan pembersih muka miliknya untuk membersihkan dagunya. Siapa tahu ada kotoran, ya 'kan? Tapi bukan itu tentunya alasan Sherin.
"Gimana lo gak banyak pacar. Kalau semua perempuan lo godain," ucap Sherin sambil terus membersihkan dagunya dengan kaca yang ada di mobil.
"Lo gitu amat Sher sama saudara."
KAMU SEDANG MEMBACA
best friend's footprints
Fiksi RemajaPersahabatan memang bisa dilambangkan seperti halnya tembok tinggi yang membatasi agar tidak mudah dihancurkan. Tetapi bagaimana jika tembok itu dihancurkan oleh sang pemilik walaupun tembok itu sudah berdiri gagah nan kokoh? Persahabatan itu terjal...