Happy reading ❤
Untuk acara tambahan di perayaan HUT SMA TUNAS BANGSA, ada pertandingan antar kelas yaitu untuk putri. Memang perlombaan ini jarang diminati bagi siswi SMA. Mereka berfikiran akan kecapean, atau mungkin gak akan menang. Tapi disetiap perlombaan memang ada menang dan juga kalah 'kan? Dan pasti setiap yang kita lakukan akan membuat kita lelah, tergantung kita melakukannya senang hati atau karena terpaksa.
"Untung belum telat," ucap Sherin ketika kakinya sudah tiba di kelasnya.
Lyna dan Levi yang memiliki indra pendengaran cukup tajam mendengar ucapan Sherin itu, kemudian menoleh ke sumber suara.
"Sher, tumben banget lo terlambat. Gak sama Lisa lo?" timpal Levi. Karena hari ini merupakan acara tambahan yang dibuat hanya untuk memeriahkan, jadi Levi sebagai anggota OSIS bebas dari tugasnya. Dia akan ikut melihat tim kelasnya bertanding. Terkhusus untuk melihat sahabatnya bermain basket. Untuk acara kali ini hanya basket yang Levi ketahui, selain itu mungkin tidak ada. Karena rendahnya kelas yang mau ikut berpartisipasi.
"Mana gue sempet, keburu mulai tuh acara."
"Santai aja, lagian cuma acara suka-suka. Gak ada yang bakal marahin kalo lo telat," ujar Sherin. Ya, walaupun acara ini suka-suka, tetapi pihak sekolah sudah mempersiapkan hadiah bagi yang mau memeriahkan acara ini.
"Iya juga sih. Jadi Lisa belum sampe? Mentang-mentang gak gue samperin," cerocos Sherin.
"Hai ada yang nyariin gue ya?" Lisa datang layaknya Miss Indonesia dengan tangan melambai-lambai dan juga langkah kaki yang sengaja dilenggokan.
"Hidih, gak sudi gue." Sherin menimpali.
"Lo berangkatnya tumben pagi banget Lis," ejek Lyna. Lisa yang melihat itu hanya melengos.
"Sher, lo beneran mau tanding basket sendirian? Lawan laki-laki lagi." Lisa berharap supaya Sherin berubah pikiran agar membatalkan keputusannya. Tetapi Sherin tetaplah Sherin yang selalu keras kepala. Jadi Lisa tidak berharap lebih terhadap keputusan Sherin. Memang ini perlombaan untuk putri, tetapi karena kurangnya anggota putri jadi untuk laki-laki bisa mengikuti.
"Iya. Lagian ini cuma permainan dan lawan gue seangkatan sama gue. Jadi kalian tenang aja ya," ucap Sherin meyakinkan. Karena Sherin tau kalau sahabatnya akan mencemaskannya.
"Tenang pala lo. Terakhir kali lo tanding dan itu buat lo cidera coba, gimana gue gak cemas Juned," sindir Lyna.
"Utututu, makasih ya atas kecemasan kalian. Gue makin sayang kalian," ucap Sherin dengan tangan direntangkan mengisyaratkan untuk dipeluk oleh ketiga sahabtnya.
"Gue juga sayang kalian semua," timpal Lisa dan Levi bersamaan dengan membalas pelukan Sherin, kemudian diikuti Lyna.
"Udahlah, gue mau ke lapangan dulu. Jangan lupa lihat ok?" Sherin melepas pelukannya seraya berjalan untuk kelapangan.
"Hati-hati myboo."
"Ih lebay banget sih lo Lyn," ucap Lisa.
"Biarin."
Kemudian mereka bertiga berjalan untuk melihat pertandingan Sherin sekaligus memberi semangat kepadanya.
Sesampainya dilapangan, mereka melihat bahwa pertandingan segera dimulai.
PRIIT!
Bola dilambungkan keatas. Jean yang tengah berada didepan bola langsung mengapainya dan segera men-drible bola tersebut dan menggiringnya ke daerah lawan. Bisa dibilang dia adalah rival yang paling disegani oleh Sherin, bukan hanya pertandingan antar kelas saat ini, tetapi di dalam kegiatan ekskulnya juga dia termasuk salah satu incaran Sherin. Dengan gerakan cepat Sherin dapat mengelabui Jean. Tentu saja Sherin tak mau kalah dan sesegera mungkin untuk merebut bola tersebut, namun kecepatannya kalah dengan kecepatan rival-nya itu, sungguh dia dibuat tercengang oleh gerakan itu, ini adalah gerakan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, apa mungkin rival-nya itu sudah memiliki strategi yang baru untuk menaklukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
best friend's footprints
Fiksi RemajaPersahabatan memang bisa dilambangkan seperti halnya tembok tinggi yang membatasi agar tidak mudah dihancurkan. Tetapi bagaimana jika tembok itu dihancurkan oleh sang pemilik walaupun tembok itu sudah berdiri gagah nan kokoh? Persahabatan itu terjal...