Happy reading ❤
"Kok lo jadi mewek sih?" Pertanyaan Sherin masih dihiraukan oleh Lyna. Justru Lyna memperkeras tangisannya.
"Bukan temen gue nih, kalo nangis kayak gini," sindir Sherin.
"Sherin,hiks kalo nangis itu manusiawi. Hiks,"
"Kalo mau nangis, nangis aja gak usah sambil jawab," ucap Sherin lalu mendudukkan dirinya di ranjang nya.
"Sherin," rengek Lyna.
"Apa? Hm?" Sherin mengalihkan pandangannya dari layar handphone ke Lyna.
"Sher, lo jangan ngomong 'hm' deh. Gue geli." Lyna berjalan untuk duduk disamping Sherin sambil mengelap bekas air matanya dan juga ingus yang keluar.
"Kenapa?"
"Gak papa."
"Lo tadi ingusan kan? Basuh cepet muka lo di kamar mandi," titah Sherin.
"Gak lah, males." Lyna beralih duduk menjadi tiduran sambil memegang guling milik Sherin.
"Eitsss, gak boleh megang barang gue sebelum lo cuci tangan sama basuh tuh muka lo yang kena ingus tadi."
"Ya elah Sher." Dengan langkah malas Lyna mengikuti ucapan Sherin.
"Sher," panggil Lyna keluar dari kamar mandi.
"Apa?"
"Udah boleh tiduran kan?" Lyna langsung merebahkan dirinya sebelum persetujuan dari Sherin.
"Kenapa tanya kalo lo udah tiduran kayak gini."
"Hehehe."
"Eh iya Lyn, kenapa lo dateng malam-malam gini? Pake acara nangis segala."
"Biasa, lagi berantem sama doi tadi. Daripada gue pulang ke rumah, lebih baik kesini."
"Terus?"
"Ya udah."
"Sher! sebentar lagi kan Lisa ultah, gak mau bikin kejutan gitu?"
"Iya juga ya, ya nanti kita bicarain."
"Gue gapapa kan waktu itu dorong Lisa, sebenarnya gue merasa bersalah banget anjir. Lo juga si pake acara kayak gitu," jelas Lyna mulai kesal. Bagaimana jika Lisa tidak mau memaafkan kelasalahannya, hanya karena rencana konyol kayak gini?
"Udah tenang aja, Lisa gak akan masukin ke hati kelakuan lo waktu itu."
"Mana ada masukin hati, lo liat Lisa kan? Luka kayak gitu, sampe diperban juga. Makin bersalah gue."
"Itu yang Ervin kemarin bilang juga rencana lo kan? Gue udah terlanjur nampar Lisa lagi," Lyna menatap nanar tangan nakalnya itu.
"Gak tau itu Ervin."
"Yang bener Sher? Gue makin gak enak hati deh. Kebawa suasana juga gue." Wajah Lyna mulai lesu.
"Sok sok an gak enak hati. Punya hati aja gak," sarkas Sherin mendapat pukulan dari Lyna.
"Hahaha," tawa Sherin hampir saja mendatangkan Ibunya. Tapi itu semua berakhir ketika Lyna memasukkan tangannya ke mulut Sherin.
"Anjir! Ngapain lo masukin tangan lo sih?" Sherin mengelap mulutnya dimulai dari bibir, kemudian lidah.
"Lagian lo ngapain tawa kaya mba kunti aja. Bikin gue merinding."
"Ya lo gak usah pake masukin tangan lo. Tangan dipake buat cebok di masukin ke mulut gue yang higenis. Hidih," hina Sherin kemudian memperagakan orang yang sedang muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
best friend's footprints
Teen FictionPersahabatan memang bisa dilambangkan seperti halnya tembok tinggi yang membatasi agar tidak mudah dihancurkan. Tetapi bagaimana jika tembok itu dihancurkan oleh sang pemilik walaupun tembok itu sudah berdiri gagah nan kokoh? Persahabatan itu terjal...