02

41 2 0
                                    

haechan, haechan, terus haechan.
☞ ͡ ͡° ͜ ʖ ͡ ͡°☞

Setelah kepergian orang tua mereka dulu, Nara dan Rana diasuh oleh sang Nenek (Ibu dari Ayah). Tetapi beliau sudah meninggal saat saudara kembar itu kelas 9 SMP.

Selalu saja kehilangan lagi, pikir Rana.

Rana memutuskan mencari pekerjaan sendiri, seperti bekerja menjadi tukang bersih-bersih dan cuci piring dirumah makan. Lama dia berprofesi seperti itu, akhirnya Rana menyerah bekerja disitu karena gajinya tidak cukup untuk menghidupi Nara dan dirinya.

Rana mencari pekerjaan lain dan itu mendekati ujian kenaikan kelas 10.

Rana pantang menyerah dan terus berusaha mencari pekerjaan yang mau memperkerjakan anak-anak dibawah umur sepertinya. Rana sudah berjalan jauh sekali, sampai-sampai ia harus menaiki angkutan umum dua kali perjalanan.

Disaat itu juga, Rana sudah pasrah akan nasibnya.

Ketika Rana sedang berjalan tanpa tahu arah, Rana melihat sebuah bengkel yang terlihat ramai di pertigaan jalan ini. Awalnya Rana hanya menumpang duduk disana karena lelah dan sambil melihat-lihat bagaimana montir disana bekerja. Lama-kelamaan, Rana memiliki keinginan untuk bisa memperbaiki kendaraan seperti montir tersebut.

Salah satu montir disana memandang Rana heran dan berjalan mendekati Rana.

Perawakannya cukup tampan, membuat hati Rana berbunga-bunga. Namun pikiran itu lenyap, Rana tidak mau mengkhianati cintanya kepada Lee Haechan.

“Adek dari tadi duduk disini ngapain?” tanyanya lembut. Hati Rana itu lemah sekali jika dihadapkan dengan yang ganteng-ganteng.

“Sa—, oh saya cuma mau liat-liat aja, Kak. Nggak boleh ya liatin orang-orang itu? Kalo nggak boleh saya pergi deh.” Rana ingin beranjak, namun tangannya dicekal terlebih dahulu oleh laki-laki tersebut.

“Nggak papa, kamu boleh duduk disini, apalagi kalo ngeliatin saya aja, hehe,” ujarnya menggoda Rana. Laki-laki tersebut terkekeh setelah membuat wajah Rana menjadi merona. Ya Tuhan, Rana tidak bisa dihadapkan oleh situasi begini. Hatinya ambyar seambyar-ambyarnya.

“Jangan blushing gitu dong. Yaudah saya mau kerja lagi, see you.” Rana mengangguk, duh kok ganteng yaa.

“Tenang, Chan! Gue nggak bakal lupa sama lo kok,” gumam Rana pasti. Rana love Lee Haechan, oke jangan lupakan itu.

1 jam kemudian laki-laki itu menghampiri Rana yang masih tetap terduduk ditempatnya. Disaat itu juga laki-laki tersebut memberikan satu botol air minum dingin. “Buat kamu, kamu pasti haus. Saya liatin dari tadi kamu cuma bengong sambil ngeliatin orang-orang kerja. Kamu ada masalah apa? Mau cerita sama saya? Saya gak bakal cerita sama siapapun kalo kamu takut,” ucapnya panjang lebar. Rana terdiam, bukan seperti itu sih sebenarnya, Rana hanya sedang mengontrol detak jantungnya yang sedang dugun-dugun.

Karena Rana juga haus, jadi dia memilih mengambil air tersebut. “Makasih ya, kak." Laki-laki itu mengangguk dan ikut duduk disamping Rana.

“Kamu kenapa? Baru kali ini saya liat kamu disini, kamu bukan orang sini ya?” Rana mengangguk mengiyakannya.

“Kenapa bisa sampe sini, ngapain? Ada masalah dirumah mu?”

Fereastra [ft. Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang