1. Awal

15 7 0
                                    

Harap follow sebelum membaca!
.
.
.

Pukul 05.00,Zara terbangun dari tidurnya karena alarm dari hp nya berbunyi. Ia pun segera bangkit dan menuju kamar mandi, setelah itu Zara langsung melaksanakan kewajibannya.

Waktu menunjukkan pukul 06.15, ia keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Zara, ayo sarapan dulu sayang. Hari ini kan kamu upacara." ucap Lisa.

Ya, memang hari ini adalah hari Senin. Mungkin bagi sebagian siswa hari Senin adalah hari yang sangat melelahkan, tetapi tidak bagi Zara. Ia selalu semangat di setiap hari apapun.

"Iya bun, ayah mana bun.?" tanya Zara pada sang bunda, karena tidak melihat keberadaan Rio.

"Ayah udah berangkat dari pagi sayang, katanya majikan kita lagi ada acara penting. Jadi ayah harus berangkat pagi-pagi." ucap Lisa seraya mengusap kepala Zara.

Zara hanya membalas dengan senyum manisnya.

"Kamu berangkat sama siapa, nak?" tanya Lisa pada Zara.

Zara yang sedang makan pun berhenti terlebih dahulu.

"Euummm Zara berangkat naik angkot aja, bun." jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu nggak malu sayang.?" tanya Lisa lagi.

"Kenapa harus malu bun? Zara kan mau sekolah bukan mau lomba ajang kekayaan. Lagian Zara gak akan pernah malu bun, sekalipun mereka hina Zara. Karna tujuan Zara mau cari ilmu" ucapnya.

Lisa, sang bunda yang sedari tadi mendengarkan perkataan anaknya pun merasa terharu. Lalu ia bangkit dari duduknya dan memeluk sang putri.

"Maafkan bunda nak, bunda gak bisa seperti orang tua diluar sana. Yang nggak bisa ngebahagiain kamu, yang nggak mampu membelikan kamu kendaraan untuk berangkat sekolah. " ucap Lisa parau sembari mengecup kening Zara.

"Zara gak perlu punya motor atau kendaraan mewah untuk ke sekolah, bun. Yang terpenting Zara bisa bikin bunda sama ayah bahagia, Zara janji. Zara pasti tunjukkin prestasi Zara ke bunda." ucap Zara mengambil alih tangan sang bunda lalu memeluknya.

"Yaudah Zara berangkat dulu ya, bun." lanjut Zara bangkit lalu mencium punggung tangan Lisa.

"Hati-hati sayang." ucap Lisa setengah teriak karena Zara yang sudah sampai di ambang pintu.

•••

Setelah menempuh jarak kurang lebih 15 menit, Zara sudah sampai di sekolah. Tak lupa juga, semua siswa maupun siswi memperhatikan Zara karena turun dari angkot.

Zara ya tetap Zara, perempuan si baik hati dan tak akan pernah membalas cacian orang-orang. Bagi Zara, orang yang mengurus hidup orang lain adalah orang yang tidak punya kerjaan.

Zara berjalan sepanjang koridor, hingga suara melengking membuatnya berhenti. Siapa lagi kalau bukan Aqila?

"Zaraaaaaaaaaaaaa." teriak Aqila.

Aqila pun segera berlari dan menghampiri sang sahabat. Setelah sampai, Aqila langsung memanyunkan bibirnya.

"Kenapa bibirnya dimajuin gitu, Qi?" tanya Zara karena melihat Aqila yang sedikit manyun.

"Zara mah, aku kerumah kamu tauuu. Tadinya pengen berangkat bareng soalnya aku dibolehin bawa mobil sama papa, tapi harus sama kamu. Eh pas sampe rumah kamu kata bunda kamu, kamu udah berangkat naik angkot." ucap Aqila panjang x lebar.

"Aku kan gak tau, Qi. Lagian salah kamu juga nggak ngabarin aku dari malem." jawab Zara membuat Aqila diam.

"Iya juga ya, hehe." cengir Aqila membuat Zara menggelengkan kepalanya.

"Udah yuk masuk kelas, nanti terlambat." ajak Zara seraya menarik lengan Aqila.

Setelah sampai kelas, Zara langsung mendudukkan diri. Begitupun Aqila.
Bel masuk pun berbunyi, siswa-siswi yang diluar berhamburan langsung memasuki kelasnya masing-masing.

Kelas X IPA 1, yang tak lain adalah kelas Zara. Guru pelajaran pertama mereka yaitu guru Fisika pun masuk.

"Assalamualaikum, anak-anak." ucap Bu Ambar, guru mata pelajaran Fisika yang terlihat masih muda.

"Waalaikumsallam, bu." jawab anak-anak kelas X IPA 1.

"Baik hari ini kalian buka buku paket halaman 121 pahami, lalu kerjakan latihan soalnya." titah Bu Ambar.

Anak-anak kelas X IPA 1 pun langsung membuka bukunya masing-masing.
Zara, si murid cerdas itu pun membacanya dan memahami dengan teliti. Setelah menurutnya mengerti, Zara segera mengambil buku tulis lalu mengerjakan latihan soal tersebut. Berbeda dengan Aqila, ia masih stay memahami materi yang diberikan Bu Ambar.

"Zara... Kamu udah paham?" tanya Aqila berbisik karena takut ketahuan Bu Ambar.

Zara hanya menjawab dengan anggukan. Lalu kembali fokus pada tugasnya.
Setelah selesai, Zara melipat tangannya diatas meja sembari memperhatikan isi kelas.
Bu Ambar yang sedari tadi melihat Zara yang hanya celingukan pun angkat suara.

"Zara, kamu sudah selesai?" tanya Bu Ambar.

Zara yang sedang melihat isi kelas pun lantas terkejut lalu mengalihkan pandangannya ke arah Bu Ambar.

"Sudah, bu." ucap Zara sambil tersenyum dan tak lupa teman-teman seisi kelas nya pun langsung mendongakkan kepalanya.

"Wih hebat banget si Zara, bisa cepet paham gitu." ucap salah satu teman sekelas Zara.

"Yasudah, bawa sini bukunya Ra. Ibu mau lihat dulu." ucap Bu Ambar.

Zara pun segera bangkit dan menuju meja guru.
Zara memberikannya kepada Bu Ambar. Setelah itu ia kembali duduk ke kursinya.
Zara memperhatikan Bu Ambar yang sedang memeriksa tugasnya, karena Zara merasa aneh pada Bu Ambar. Pasalnya Bu Ambar memeriksa tugas Zara sambil tersenyum.

"Zara, kamu memang hebat!" ucap Bu Ambar membuat semua murid X IPA 1 menoleh.

"Tugas kamu benar semua, ibu sangat bangga sama kamu, Ra." lanjut Bu Ambar.

Zara yang sedari tadi memperhatikan Bu Ambar pun ikut tersenyum.
Setelah 3 jam belajar bersama Bu Ambar, bel istirahat pun berbunyi.
Murid-murid berhamburan menuju kantin, sama hal nya dengan Zara dan Aqila.

Kedua sejoli itu jalan berdampingan menuju kantin. Zara berjalan sambil memperhatikan sekolah, karena saking fokusnya hingga ia menabrak sesuatu.

Bruuuukkk.





Hai... Penasaran kelanjutannya ya? Jangan lupa vote dan komen dulu ya temen-temen......
Hargai author nulis, jangan jadi silent readers ya!
See you!

•TBC•

ARZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang